ppmindonesia.com, Jakarta- Al-Qur’an memberikan perintah yang sangat jelas dalam QS. Qaf [50]:45: “Maka berilah peringatan dengan Al-Qur’an kepada siapa saja yang takut pada ancaman-Ku.” Ayat ini menunjukkan bahwa peringatan yang diberikan kepada manusia haruslah dilakukan dengan menggunakan Al-Qur’an. Perintah ini tidak hanya menunjukkan apa yang harus digunakan sebagai alat peringatan, tetapi juga bagaimana cara peringatan itu dilakukan.
Ketika peringatan dilakukan dengan cara yang tidak sesuai dengan alat yang telah ditentukan, maka itu dapat dianggap sebagai bentuk pelanggaran terhadap perintah Allah. Dampak dari pelanggaran ini tentu sangat besar, baik pada tataran individu maupun komunitas umat.
Dampak dari Pelanggaran Perintah “Fazakkir bil Qur’an”
1.Minimnya Pemahaman Umat terhadap Al-Qur’an
Dalam realitas umat saat ini, peringatan dan ajakan sering disampaikan melalui media selain Al-Qur’an. Hal ini menyebabkan umat lebih akrab dengan materi-materi lain yang dianggap religius, tetapi tidak sepenuhnya bersumber dari Al-Qur’an. Akibatnya, banyak umat yang tidak memahami isi Al-Qur’an, bahkan tidak mampu membacanya. Ini adalah bukti nyata bahwa perintah fazakkir bil Qur’an tidak ditegakkan secara konsisten.
2.Ketidakmampuan Mengambil Pelajaran dari Al-Qur’an
QS. Muhammad [47]:24 mengingatkan: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an, ataukah hati mereka telah terkunci?” Ayat ini menyoroti pentingnya tadabbur (merenungkan) Al-Qur’an. Ketika umat tidak dibiasakan untuk menerima peringatan melalui Al-Qur’an, mereka cenderung menjauh dari tadabbur dan akhirnya hati mereka menjadi keras, sulit menerima kebenaran.
3.Mengabaikan Kemudahan Al-Qur’an untuk Dijadikan Peringatan
Allah menegaskan dalam QS. Al-Qamar [54]:17: “Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran. Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” Jika umat tidak terbiasa menerima peringatan dengan Al-Qur’an, mereka kehilangan kesempatan untuk merasakan kemudahan yang Allah janjikan dalam memahami kitab-Nya. Sebaliknya, mereka justru menghadapi kesulitan dalam mencari kebenaran karena terfokus pada sumber-sumber lain yang tidak memiliki otoritas ilahiah.
4.Perbedaan Hasil antara Taat dan Menyimpang
Tidak dapat disangkal bahwa ada perbedaan mendasar dalam dampak suatu perintah jika ia dijalankan sesuai dengan arahan Allah atau tidak. Menegakkan perintah fazakkir bil Qur’an membawa umat pada pencerahan, keimanan yang kokoh, dan pemahaman yang mendalam terhadap ajaran Islam. Sebaliknya, pelanggaran terhadap perintah ini menyebabkan umat tenggelam dalam kebingungan dan perpecahan, sebagaimana yang terlihat dalam berbagai fenomena religiusitas umat saat ini.
Membuktikan Pentingnya Menegakkan “Fazakkir bil Qur’an”
Realitas menunjukkan bahwa masyarakat lebih banyak menerima peringatan melalui ceramah, buku, atau tradisi yang tidak sepenuhnya berakar pada Al-Qur’an. Akibatnya, umat Islam yang benar-benar memahami Al-Qur’an, apalagi yang mampu membaca dengan baik, masih sangat sedikit. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa perintah fazakkir bil Qur’an tidak ditegakkan dengan semestinya.
Sebagai umat Islam, penting bagi kita untuk kembali pada Al-Qur’an, menegakkan perintah ini dalam kehidupan sehari-hari, dan menjadikan Al-Qur’an sebagai tolok ukur utama dalam menyampaikan peringatan. Dengan begitu, kita dapat mengembalikan umat pada jalur yang benar, sesuai dengan shirath Allah yang lurus.
Tegaknya perintah fazakkir bil Qur’an adalah langkah awal yang fundamental dalam mengembalikan keaslian ajaran Islam. Ketika umat kembali pada Al-Qur’an, mereka akan mampu menghindari berbagai bentuk penyimpangan yang selama ini menjauhkan mereka dari ajaran yang sejati. Kini saatnya kita bertanya pada diri sendiri: Apakah kita telah menegakkan perintah ini, atau justru menjadi bagian dari mereka yang melanggarnya?(husni fahro)