Scroll untuk baca artikel
BeritaDaerah

Potensi Rumput Laut dan Ekonomi Biru di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

13
×

Potensi Rumput Laut dan Ekonomi Biru di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

Share this article
Petani tengah memanen rumput laut di pinggir pantai. (IST/RADAR LOMBOK)
Example 468x60

ppmindonesia.com, Jakarta – Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki kekayaan wilayah pesisir yang luar biasa dengan 10 kabupaten/kota yang berada di sepanjang pesisir, meliputi 401 pulau kecil, 31 di antaranya berpenghuni. Garis pantainya membentang sepanjang 2.003 km, menjadikannya wilayah yang sangat potensial untuk pengembangan sektor kelautan dan perikanan.

Terlebih lagi, NTB terletak di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II dan didukung oleh tujuh pelabuhan perikanan, termasuk dua Pelabuhan Perikanan Nusantara. Provinsi ini juga menempati peringkat ketiga nasional sebagai penghasil rumput laut, dengan produksi mencapai 3.678.560 ton pada periode 2019-2023.

Sebagai bagian dari Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI) 713 dan WPP-RI 573, NTB memiliki potensi luar biasa dalam perikanan budi daya, baik di air laut, air payau, maupun air tawar.

Produksi kelautannya pada tahun 2002 mencapai 229.223.088 ton. Salah satu keunggulan alam NTB adalah keberadaan Teluk Saleh, yang dikenal sebagai akuarium alam terbesar dan berstatus cagar biosfer. Ekosistem pesisirnya, seperti mangrove, terumbu karang, dan padang lamun, juga menjadi sumber potensi blue carbon. Komoditas utama sektor ini meliputi udang vaname dan lobster.

Pemaparan pada FGD Ekonomi Biru

Dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Ekonomi Biru: Pengembangan dan Pemanfaatan Potensi Rumput Laut dan Garam” yang diadakan Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Jakarta pada 30 Oktober, Lalu Suryadi, Plt. Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) NTB, menyampaikan berbagai fakta dan tantangan terkait pengembangan rumput laut di NTB.

Tantangan dan Prospek Pengembangan Rumput Laut

Lalu Suryadi menjelaskan bahwa meskipun rumput laut NTB memiliki potensi besar, sektor ini menghadapi tantangan signifikan dalam lima tahun terakhir. Produksi mengalami fluktuasi akibat dampak pandemi Covid-19, yang menurunkan permintaan komoditas kelautan dan perikanan di pasar ekspor dan domestik.

Penurunan daya beli masyarakat juga memengaruhi stabilitas sektor ini. Namun, seiring pulihnya perekonomian global pasca-pandemi, prospek pasar rumput laut NTB dinilai semakin cerah, baik untuk kebutuhan lokal, antar daerah, maupun ekspor internasional.

Permintaan produk rumput laut meningkat, tidak hanya untuk bahan makanan tetapi juga untuk bahan baku industri farmasi, makanan, kimia, dan kecantikan. Hal ini didukung oleh melimpahnya potensi perairan NTB, yang kaya nutrisi bagi pertumbuhan rumput laut, dengan kondisi alam yang mendukung, seperti suhu air hangat dan sinar matahari optimal.

Upaya dan Strategi Pemerintah NTB

Untuk mendukung pengembangan rumput laut, Pemerintah NTB telah meluncurkan berbagai inisiatif, termasuk:

  1. Penyediaan Bibit Unggul: Pemerintah menyediakan bibit unggul yang tahan penyakit dan memiliki produktivitas tinggi.
  2. Proyek Percontohan Budidaya: Diluncurkan di Perairan Ekas, Lombok Timur, sebagai model untuk budidaya skala besar.
  3. Penggunaan Biostimulan: Inovasi ini bertujuan meningkatkan kualitas dan produktivitas rumput laut.
  4. Penyempurnaan Regulasi: Aturan dan perizinan diperbarui untuk mendukung pertumbuhan sektor ini.
  5. Dukungan kepada UKM: Pemerintah membantu produksi, pemasaran, hingga sertifikasi produk untuk meningkatkan daya saing.

Target pengembangan rumput laut hingga tahun 2024 meliputi:

  1. Produksi budi daya mencapai 950.000 – 1.000.000 ton.
  2. Serapan tenaga kerja hingga 86.000 orang.
  3. Pembentukan 1.000 wirausaha baru.
  4. Produksi olahan sebesar 500 ton dengan rintisan ekspor produk.
  5. Peningkatan jumlah produk dengan Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP).

Strategi utama dalam pengembangan sektor ini melibatkan penerapan teknologi budi daya modern, ekstensifikasi lahan baru, intensifikasi produktivitas, dan revitalisasi lahan yang ada. Selain itu, pengawasan mutu panen, pengembangan industri pengolahan, dan perluasan pemasaran juga menjadi prioritas.

Kolaborasi dan Potensi Investasi

Lalu Suryadi menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, perbankan, perguruan tinggi, dan sektor swasta. Dalam pengembangan rumput laut, pemerintah mendorong investasi swasta melalui pengembangan lahan baru, kemitraan dengan pembudidaya, dan pembangunan pabrik pengolahan.

Sebagai upaya konkret, Provinsi NTB juga merancang tata niaga yang lebih terstruktur melalui rancangan peraturan gubernur, pembentukan Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI), dan kemitraan strategis lainnya. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan NTB mampu meningkatkan daya saing komoditas rumput laut di pasar global sekaligus mendukung perekonomian lokal.

Dengan potensi yang dimiliki dan langkah-langkah strategis yang dijalankan, rumput laut di NTB diyakini akan menjadi motor penggerak utama dalam mendukung ekonomi biru sekaligus menjaga keberlanjutan ekosistem pesisir. (asyary)

Referensi :

  1. https://brin.go.id
  2. https://radarlombok.co.id/
Example 120x600