ppmindonesia.com.Jakarta – Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) adalah sebuah lembaga independen yang menjadi jaringan global jurnalis investigasi yang berfokus pada kejahatan terorganisir dan korupsi.
Sejarah berdirinya OCCRP tidak terlepas dari pertemuan dua pendirinya, Drew Sullivan dan Paul Radu. Keduanya pertama kali bertemu pada tahun 2003 dalam sebuah pelatihan yang diadakan oleh International Center for Journalists (ICFJ) di Bulgaria.
Pada waktu itu, Paul Radu baru saja mendirikan Romanian Center for Investigative Journalism di Bucharest, Romania. Sementara itu, Drew Sullivan sedang dalam proses mendirikan Center for Investigative Reporting (CIN) di Sarajevo, Bosnia-Herzegovina.
Sejak pertemuan tersebut, keduanya terus berkomunikasi secara intensif, saling berbagi informasi dan saran mengenai berbagai isu penting seperti keselamatan jurnalis, keamanan siber, serta teknik pelacakan data lintas negara.
Kehadiran OCCRP lahir dari kesadaran keduanya akan kebutuhan kolaborasi global dalam mengungkap kejahatan transnasional. Mereka menyadari bahwa banyak kasus yang mereka tangani seringkali beririsan, baik dari sisi aktor maupun pola kejahatannya.
Tujuan dan Metodologi OCCRP
Sebagai sebuah organisasi jurnalisme investigasi, OCCRP tidak memiliki kewenangan hukum untuk memberikan vonis atau keputusan hukum. Hal ini ditegaskan oleh Guru Besar Universitas Bhayangkara Jaya, Prof. Laksanto Utomo, yang menjelaskan bahwa hasil kerja OCCRP lebih berupa kumpulan data dan temuan investigasi yang ditujukan untuk memberikan informasi kepada publik atau pihak berwenang.
“Hasil investigasi OCCRP bukanlah putusan hukum, melainkan informasi awal yang dapat menjadi dasar bagi penyelidikan lebih lanjut oleh pihak berwenang,” ujar Prof. Laksanto.
Ia juga menambahkan bahwa sebagai organisasi jurnalisme, OCCRP bertugas mengungkap fakta berdasarkan investigasi jurnalistik, tetapi tidak bertindak sebagai lembaga penegak hukum.
Pendanaan dan Kontroversi
OCCRP didukung oleh sejumlah lembaga donor internasional, termasuk USAID, Open Society Foundations (didirikan oleh George Soros), Dutch Postcode Lottery, Ford Foundation, Rockefeller Brothers Fund, National Endowment for Democracy (NED), serta kementerian luar negeri dari Amerika Serikat, Prancis, dan negara lainnya.
Namun, pendanaan dari organisasi dan lembaga tertentu sering menjadi sorotan karena dianggap dapat mempengaruhi independensi dan netralitas OCCRP.
Salah satu kontroversi yang mengemuka adalah hubungan dekat salah satu pendiri OCCRP, Paul Radu, dengan tokoh politik kontroversial asal Belanda, Geert Wilders, yang dikenal dengan retorika anti-Islamnya.
Peran OCCRP dalam Jurnalisme Global
Meskipun demikian, OCCRP tetap diakui sebagai salah satu pemain utama dalam dunia jurnalisme investigasi global. Dengan jaringannya yang luas, OCCRP berhasil mengungkap berbagai skandal besar, seperti Panama Papers, yang melibatkan tokoh-tokoh berpengaruh dari berbagai negara.
Keberadaan OCCRP memberikan kontribusi signifikan dalam membongkar kasus-kasus kejahatan terorganisir dan korupsi yang sering kali melibatkan jaringan internasional.
Temuan-temuan mereka menjadi dasar bagi otoritas hukum untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut, sekaligus memberikan pencerahan bagi publik tentang ancaman nyata dari korupsi dan kejahatan lintas negara.
Dengan mengedepankan prinsip keterbukaan dan kolaborasi, OCCRP menunjukkan bagaimana kekuatan jurnalisme dapat digunakan untuk mendukung transparansi dan akuntabilitas di tingkat global.(asyary)