ppmindonesia.com. Jakarta– Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali disibukkan dengan berbagai urusan dunia: mengejar kekayaan, mengejar jabatan, memperindah rumah, atau mencari kenyamanan hidup.
Semua itu adalah bagian dari kehidupan yang memang harus dijalani, tetapi masalah muncul ketika manusia terbuai olehnya hingga melupakan tujuan hakiki penciptaannya.
Allah SWT telah memberikan peringatan dalam Al-Qur’an tentang bagaimana dunia bisa membutakan hati manusia dan menjauhkannya dari akhirat. Firman Allah dalam QS. Al-Infithar: 6 menggugah kesadaran kita:
“Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakanmu terhadap Tuhanmu Yang Maha Mulia?”
Pertanyaan ini bukan sekadar teguran, tetapi sebuah ajakan untuk merenungi apa yang membuat manusia lalai kepada Tuhannya. Apakah itu kesibukan mengejar harta?
Apakah itu keinginan terhadap kedudukan dan kekuasaan? Ataukah karena merasa puas dengan kehidupan dunia sehingga lupa akan kehidupan setelah mati?
Dunia yang Memalingkan Manusia dari Akhirat
Dalam QS. Yunus: 7-8, Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, yang merasa puas dengan kehidupan dunia dan merasa tenteram dengannya, serta orang-orang yang lalai terhadap ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya adalah neraka, disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.”
Ayat ini menggambarkan salah satu penyebab utama kelalaian manusia, yaitu ketergantungan pada dunia hingga mereka tidak lagi berharap akan pertemuan dengan Allah.
Dunia menjadi begitu menarik hingga manusia merasa cukup dengannya, tanpa memikirkan kehidupan setelahnya.
Tidak hanya itu, dalam QS. Hud: 15-16, Allah mengingatkan bahwa mereka yang hanya mengejar dunia akan mendapatkan apa yang mereka inginkan di dunia ini, tetapi di akhirat mereka akan merugi:
“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, Kami akan berikan kepada mereka balasan amal mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.
Tetapi mereka tidak memperoleh apa pun di akhirat kecuali neraka. Amalan mereka menjadi sia-sia dan apa yang mereka kerjakan menjadi batal.”
Dari ayat ini, kita memahami bahwa dunia memang memberikan balasan bagi siapa pun yang bekerja keras untuknya, tetapi tanpa niat yang benar dan kesadaran akan akhirat, semua itu tidak akan memiliki nilai di hadapan Allah.
Dunia: Ujian yang Membuat Manusia Lupa Diri
Allah SWT telah menjelaskan dalam QS. Al-Kahfi: 103-106 bahwa ada orang-orang yang merasa telah berbuat baik di dunia, tetapi ternyata amal mereka sia-sia karena niat mereka bukan untuk Allah. Dunia membutakan mereka hingga tidak menyadari bahwa mereka telah melupakan akhirat.
“Katakanlah (Muhammad), ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling rugi perbuatannya?’” (QS. Al-Kahfi: 103)
Dalam lanjutan ayat tersebut, Allah menggambarkan orang-orang yang sibuk dengan urusan dunia dan merasa dirinya telah melakukan sesuatu yang baik, padahal mereka justru tersesat jauh dari jalan yang benar.
Begitu kuatnya pengaruh dunia, hingga dalam QS. Al-Hadid: 16 Allah menegur manusia dengan pertanyaan yang menggugah hati:
“Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka dalam mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah diturunkan?”
Ayat ini adalah panggilan bagi mereka yang telah lama larut dalam urusan dunia. Seolah-olah Allah bertanya, “Sampai kapan kamu akan terus tertidur dalam kelalaian? Tidakkah waktunya hatimu kembali mengingat-Ku?”
Cinta Dunia yang Menghancurkan
Kelalaian manusia terhadap Allah tidak hanya membuat mereka lupa beribadah, tetapi juga bisa menyeret mereka kepada kezaliman dan maksiat. Dalam QS. An-Nahl: 106-107, Allah menggambarkan bagaimana ada manusia yang berani melanggar hukum-Nya secara terang-terangan karena kecintaan mereka terhadap dunia.
Banyak orang yang awalnya baik, tetapi berubah menjadi lalai ketika diuji dengan kekayaan atau jabatan. Mereka merasa tidak membutuhkan Tuhan karena dunia telah memberikan mereka segala yang diinginkan.
Inilah tipu daya dunia yang paling berbahaya: membuat manusia merasa cukup hingga lupa bahwa semua yang dimilikinya hanyalah titipan sementara.
Dalam QS. Al-A’raf: 50-51, Allah menggambarkan bagaimana di akhirat nanti, orang-orang yang lalai terhadap Allah akan menangis penuh penyesalan, tetapi semua sudah terlambat.
Mereka baru menyadari bahwa kehidupan dunia hanyalah ujian, sementara kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan akhirat.
Bagaimana Agar Tidak Terjebak dalam Kelalaian?
Agar dunia tidak membutakan hati, ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan:
1.Mengingat Kematian
Rasulullah SAW bersabda:
“Perbanyaklah mengingat sesuatu yang memutuskan kelezatan, yaitu kematian.” (HR. Tirmidzi)
Mengingat kematian akan membantu kita menyadari bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara.
2. Menjadikan Akhirat sebagai Tujuan Utama
Allah berfirman dalam QS. Al-Qashash: 77:
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi jangan lupakan bagianmu di dunia…”
Islam tidak melarang manusia untuk mencari dunia, tetapi dunia tidak boleh menjadi tujuan utama yang membuat kita melupakan akhirat.
3. Menjaga Hati dengan Dzikir dan Ibadah
Dalam QS. Ar-Ra’d: 28, Allah berfirman:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
Dzikir dan ibadah akan menjaga hati agar tidak keras dan tidak mudah terpedaya oleh dunia.
4.Bersama dengan Orang-Orang yang Mengingat Allah
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap hati seseorang. Berada di sekitar orang-orang yang selalu mengingat Allah akan membantu kita tetap dalam jalan yang benar.
Dunia memang menggoda dan penuh dengan kenikmatan, tetapi jika tidak dikendalikan, ia bisa membutakan hati dan menjauhkan manusia dari Allah. Allah telah memberikan banyak peringatan dalam Al-Qur’an tentang bahaya kelalaian akibat pesona dunia.
Pada akhirnya, setiap manusia harus bertanya kepada dirinya sendiri: Apakah aku masih ingin terpedaya oleh dunia, ataukah aku akan segera kembali kepada Allah sebelum terlambat?
“Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakanmu terhadap Tuhanmu Yang Maha Mulia?” (QS. Al-Infithar: 6)
Semoga kita senantiasa terjaga dari kelalaian dan selalu mengingat bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara. Wallahu a’lam. (husni fahro)