Scroll untuk baca artikel
BeritaNasional

Khalifah di Bumi: Dakwah yang Menjaga Manusia dan Alam

93
×

Khalifah di Bumi: Dakwah yang Menjaga Manusia dan Alam

Share this article

Penulis; emha | Editor: asyary

Bukan sekadar kata, tapi aksi nyata. Kader-kader dakwah ini tengah mempersiapkan diri untuk menjawab panggilan amanah sebagai khalifah fil ardh. Dari ruang pelatihan PPM Islamic Center Bekasi ini, semoga lahir para penggerak yang menjadi solusi bagi umat.(do.ppm)

ppmindonesia.com.Bekasi– Di tengah krisis ekologi dan derasnya arus materialisme, ajaran agama kerap terkurung dalam simbol dan retorika. Namun di satu sudut ruang yang tenang, para peserta Pelatihan Kader Dakwah Bil Hal yang digagas Pusat Peranserta Masyarakat (PPM) membalik arah angin. Mereka tak berbicara banyak soal akhirat, tetapi memilih menggarap bumi, tempat pijakan kaki manusia dan ladang amal yang nyata.

Pelatihan yang digelar awal Juli 2025 di Islamic Center ini berbeda dari pelatihan dakwah pada umumnya. Tak ada sorban, mimbar tinggi, atau dalil-dalil yang berserakan. Yang hadir adalah para penggerak akar rumput: guru sekolah, santri, petani, pelaku UMKM, dan pegiat koperasi dari pelosok negeri. 

Mereka datang membawa keresahan, lalu pulang dengan rencana kerja. Dari Subang sampai Bekasi, dari gerobak es teh hingga ladang kencur, dari koperasi sampai bank sampah—semua berbicara dalam satu bahasa: dakwah yang membumi.

Salah satu peserta merancang program boarding skill bagi santri. Sebuah konsep yang memadukan pesantren dan pelatihan keterampilan—dari menyablon hingga meracik sabun dari cangkang telur. Ini bukan sekadar upaya mencari penghasilan, tapi cara menanamkan kecintaan terhadap kerja dan kemandirian. Lebih jauh lagi, mereka menyiapkan gerakan “seribu pohon cabai”, yang tidak hanya mendidik anak menanam, tetapi juga menyatu dengan tanah sebagai bagian dari ekosistem yang lebih besar.

Di Subang, dakwah berwujud demplot agroforestri kencur seluas satu hektare. Kencur bukan sekadar tanaman obat, tapi simbol keberdayaan komunitas. Masyarakat hutan dilibatkan dari awal—mereka menanam, merawat, dan nantinya memanen. 

Di atas lahan itu pula ditanam pohon buah-buahan seperti alpukat dan nangka sebagai peneduh sekaligus penghasil tambahan. Model plasma ini membuka jalan ke pasar ekspor, tetapi tetap berpijak pada tanah dan komunitas. Dakwah di sini bukan ceramah, melainkan kerjasama lintas akar.

Dari Karawang, muncul ide penanaman cabai sebagai upaya merespons gejolak harga di 22 pasar tradisional. Di Bekasi, koperasi dan usaha laundry menjadi sarana membangun solidaritas warga urban. 

Bahkan bank sampah dirancang sebagai perluasan dari semangat dakwah—dengan prinsip mengelola limbah menjadi nilai. Di Depok, seorang kader menghidupkan kembali usaha frozen food sebagai pemberdayaan ibu-ibu rumah tangga dan pengurangan limbah pangan.

Semua program itu tidak digerakkan oleh investor atau selebritas. Ia digerakkan oleh mereka yang mungkin tak dikenal, tapi punya satu kekuatan: iman yang bekerja dalam sunyi.

Dalam sesi penutupan pelatihan, Ketua Presidium PPM, Eko Suryono, memberikan pesan yang menggugah:

“Apapun yang kita lakukan harus diawali dengan niat yang baik, usaha yang baik, dan proses yang baik. Jangan harapkan balasan dari manusia, karena sesungguhnya kebaikan akan kembali kepada kita. Jaga masyarakat, jaga alam—karena itulah tugas khalifah.”

Pernyataan ini tidak hanya menyentuh ranah spiritual, tetapi juga menegaskan konsep khalifah dalam makna ekologis dan sosial. Manusia, sebagai wakil Tuhan di bumi, tidak diberi kekuasaan untuk mengeksploitasi, melainkan untuk menjaga dan merawat.

Hal ini sejalan dengan prinsip dalam Al-Qur’an, bahwa bumi adalah amanah. “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena ulah tangan manusia…” (QS. Ar-Rum: 41). 

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ ۝٤١

Maka tugas dakwah bukan hanya menjaga akidah, tetapi juga melindungi air, tanah, dan udara. Ketika seorang kader menanam pohon, ia sedang menjalankan perintah Tuhan. Ketika seorang santri mengolah sampah jadi pupuk, ia sedang berdakwah dengan perbuatannya.

Kita hidup di zaman yang membutuhkan lebih banyak dakwah dalam bentuk kerja, bukan kata. Ketika ceramah tak lagi cukup menjangkau perut yang lapar dan bumi yang luka, maka dakwah bil hal menjadi jalan yang paling relevan. Jalan ini tidak mulus, tapi penuh makna.

Gerobak teh, kencur di ladang, koperasi warga, sabun dari cangkang, dan anak-anak yang kembali menanam—semua itu adalah wajah baru dari dakwah. Wajah yang bersahaja, membumi, dan menyatu dengan denyut hidup masyarakat.

Mereka yang hadir di pelatihan ini mungkin tak dikenal di layar televisi. Namun langkah kecil mereka adalah jawaban atas tantangan zaman. Mereka sedang membangun dunia yang lebih adil dan berkelanjutan—sebuah dunia di mana manusia dan alam bisa hidup berdampingan, dengan iman sebagai pijakan.

Itulah dakwah para khalifah bumi hari ini.(emha)

Example 120x600