ppmindonesai.com.Jakarta – Setiap hari, ruang-ruang tunggu rumah sakit penuh. Deretan pasien datang dengan keluhan yang nyaris seragam: kadar gula darah melonjak, jantung melemah, atau sel-sel ganas mengambil alih tubuh. Diabetes, penyakit jantung, kanker—tiga penyakit ini telah menjadi momok di hampir setiap keluarga Indonesia.
Ironisnya, di saat para pasien bergantung pada obat-obatan kimia untuk bertahan hidup, akar persoalannya justru tak pernah benar-benar diatasi. Padahal, jawabannya sudah lama ada di depan mata: pada piring makan kita sendiri.
Guntoro Soewarno, petani organik dan penggerak gerakan pangan sehat dari Semarang, punya cara pandang yang berbeda. Ia melihat penyakit-penyakit itu bukan sekadar takdir, melainkan dampak dari pola makan yang salah: terlalu banyak bahan kimia, terlalu sedikit asupan alami.
“Penyakit-penyakit berat itu tidak datang tiba-tiba. Itu adalah akumulasi racun yang kita masukkan sendiri setiap hari lewat makanan,” ujarnya.
Menurutnya, beralih ke makanan organik adalah langkah nyata untuk melawan penyakit, bukan sekadar meredam gejala dengan obat-obatan. Sayur, buah, dan beras organik yang bebas pestisida dan pupuk sintetis membantu tubuh memperbaiki dirinya sendiri. “Kalau tubuh kita diberi yang sehat, ia akan sembuh sendiri,” tambahnya.
Penelitian ilmiah juga mulai mendukung pengalaman para petani organik. Sebuah studi di JAMA Internal Medicine menunjukkan bahwa orang yang lebih banyak mengonsumsi makanan organik memiliki risiko lebih rendah terkena kanker. Sementara itu, penelitian di Eropa menunjukkan bahwa makanan yang lebih alami dan tinggi antioksidan dapat membantu mengontrol gula darah dan menurunkan risiko penyakit jantung.
Lebih jauh, pola makan organik tak hanya memberi manfaat bagi tubuh, tetapi juga bagi bumi. Setiap kali kita memilih beras atau sayuran tanpa racun, kita juga membantu menjaga tanah tetap subur, air tetap bersih, dan ekosistem tetap seimbang.
Tentu saja, tidak ada yang salah dengan pengobatan medis. Namun, seperti dikatakan Hippokrates, “Jadikanlah makanan sebagai obatmu, dan obat sebagai makananmu.” Obat kimia hanya menenangkan gejala, sementara makanan sehat membantu memulihkan akar masalah.
Di banyak komunitas petani organik, sudah bukan rahasia lagi bahwa pasien-pasien yang rutin mengonsumsi hasil bumi mereka mulai menunjukkan perbaikan kesehatan: kadar gula turun, berat badan lebih ideal, stamina membaik.
Hari ini, ketika biaya kesehatan melambung tinggi dan rumah sakit penuh sesak, sudah saatnya kita menengok kembali ke dapur kita sendiri. Sudah saatnya kita memberi tubuh kita bahan bakar yang tepat, bukan sekadar memadamkan api dengan pil dan suntikan.
Mengganti nasi putih dengan beras merah organik, mengganti sayuran penuh pestisida dengan sayuran sehat, dan memastikan air yang kita minum bersih—itu semua adalah investasi kesehatan terbaik, lebih murah, lebih aman, dan lebih bermakna.
“Diabetes, kanker, jantung: lawan dengan makanan organik, bukan hanya obat kimia. Karena tubuh kita sudah diciptakan untuk sembuh—asal kita memberinya yang benar.”(acank)