Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Jaminan Hidayah: Siapa yang Bersungguh-sungguh, Allah Tunjukkan Jalan-Nya

70
×

Jaminan Hidayah: Siapa yang Bersungguh-sungguh, Allah Tunjukkan Jalan-Nya

Share this article

Penulis: husni fahro | Editor; asyary|

ppmindonesia.com.Bogor– Salah satu ketakutan terbesar manusia beriman adalah tersesat dari jalan Allah. Di tengah hiruk pikuk dunia, godaan syahwat, ujian kesabaran, dan gempuran fitnah, tak sedikit yang merasa gamang: apakah aku masih di jalan yang lurus? Apakah aku masih dalam lindungan hidayah?

Pertanyaan itu wajar, bahkan mulia, jika kemudian mendorong seseorang untuk memperkuat ikhtiarnya menapaki jalan Allah. Karena Al-Qur’an sendiri memberi jaminan, bahwa siapa saja yang bersungguh-sungguh mencari-Nya, niscaya Allah akan menuntun mereka.

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَࣖ ۝٦٩

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-‘Ankabut [29]: 69)

Kalimat lanahdiyannahum subulana pada ayat ini, seperti dijelaskan ulama tafsir Al-Maraghi, memakai bentuk yang penuh penegasan, menunjukkan janji pasti, bukan sekadar kemungkinan. 

“Allah tidak pernah mengecewakan kesungguhan seorang hamba. Sebaliknya, orang yang bermalas-malasan, lalai, dan hanya berharap tanpa usaha, tidaklah termasuk dalam jaminan ayat ini,” tulis Al-Maraghi.

Tafsir Ibn Katsir menambahkan bahwa kesungguhan (jihad) yang dimaksud bukan semata jihad fisik, melainkan juga perjuangan diri untuk taat kepada Allah, melawan hawa nafsu, dan terus belajar memahami agama.

Profesor Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah juga menekankan makna aktif dari ayat ini: “Orang yang mencari hidayah dengan sungguh-sungguh, dengan akal, hati, dan amalnya, akan selalu dituntun Allah kepada kebaikan demi kebaikan.”

Jika demikian, maka kesungguhan adalah syarat mutlak untuk mendapat bimbingan-Nya. Bahkan, Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa kesungguhan itu yang membuat kita termasuk golongan yang dipilih Allah, sebagaimana dalam QS. Al-Hajj [22]: 78: “Dia telah memilih kamu dan Dia tidak menjadikan kesulitan untukmu dalam agama.”

Orang-orang terdahulu sudah memberi teladan bagaimana cara bersungguh-sungguh. Dalam QS. Ali Imran [3]: 146-148, Allah mengabadikan doa para pejuang iman yang tetap teguh meski terluka dan tertekan:

“Ampunilah dosa kami, tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum kafir.”

Hasilnya, Allah memberi mereka keberkahan di dunia dan balasan terbaik di akhirat.

Di sinilah kita belajar, bahwa doa dan harapan harus diiringi langkah nyata. Karena jalan menuju hasanah dunia dan akhirat sudah dijelaskan Allah, sebagaimana dalam QS. Al-A’raf [7]: 156-157: bertakwa, menunaikan zakat, dan beriman kepada ayat-ayat-Nya.

Ketiga hal ini bukan sekadar ritual, melainkan fondasi dari kehidupan yang baik: takwa sebagai kompas moral, zakat sebagai wujud kepedulian sosial dan penyucian diri, serta iman yang hidup terhadap petunjuk-petunjuk Allah.

Ustaz Salim A. Fillah pernah berpesan: “Hidayah itu bukan hadiah yang jatuh dari langit tanpa upaya. Ia adalah cahaya yang disulut oleh peluh dan doa, dijemput dengan langkah nyata.”

Maka, ketika kita merasa jauh dari Allah, mungkin kita yang berhenti melangkah. Padahal Dia telah berjanji untuk membimbing siapa pun yang bersungguh-sungguh.

Kini saatnya kita menguji diri: sudah sejauh mana kita sungguh-sungguh mencari keridhaan-Nya? Sudahkah kita menjadikan takwa, zakat, dan iman sebagai pola hidup, bukan sekadar jargon?

Jalan Allah selalu terbuka. Dan janji-Nya tak pernah diingkari: lanahdiyannahum subulana.(husni fahro)

*Husni Fahro, seorang pemikir kebangsaan dan pengkaji Al-Qur’an asal Bogor. Alumni IAIN Sumatera Utara ini dikenal dengan gagasannya tentang Nasionalisme Religius dan kepeduliannya pada isu-isu solidaritas sosial.”

Example 120x600