Scroll untuk baca artikel
BeritaTokoh

Gerakan, Gagasan, dan Jejaring: Warisan Mas Adi untuk Dunia yang Lebih Adil

199
×

Gerakan, Gagasan, dan Jejaring: Warisan Mas Adi untuk Dunia yang Lebih Adil

Share this article

Penulis : m habib chirzin| Editor : asyary

Adi Sasono (tokoh gerakan pemberdayaan masyarakat Indonesia), Habib Chirzin (intelektual Muslim dan aktivis kemanusiaan), bersama Anwar Ibrahim (Perdana Menteri Malaysia saat ini), tengah menghadiri sebuah seminar strategis yang mempertemukan gagasan dan semangat perubahan lintas negara. Ketiganya dikenal sebagai sahabat seperjuangan yang menjunjung tinggi nilai keadilan sosial, demokrasi, dan peradaban Islam yang rahmatan lil 'alamin (foto doc.hc)

 “Keadilan bukanlah hadiah dari penguasa, tetapi hasil dari kerja bersama rakyat yang sadar.” (Mas Adi Sasono)

ppmindonesia.com.Magelang– Di tengah riuh rendah sejarah bangsa, ada sosok-sosok yang memilih bekerja di balik layar, menyulam gagasan besar, membangun jejaring lintas batas, dan menggerakkan perubahan dari akar rumput. Salah satu di antaranya adalah Mas Adi Sasono, seorang aktivis, pemikir, sekaligus pelaku sejarah yang warisannya menjangkau jauh melampaui zamannya.

Gerakan, gagasan, dan jejaring adalah tiga pilar yang menopang hidupnya. Dari pesantren hingga kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa, dari kampung-kampung hingga ruang rapat BPPT, Mas Adi menjahit ketiganya dengan satu benang merah: membela rakyat kecil dan memperjuangkan dunia yang lebih adil.

Gerakan: Dari Pesantren ke Masyarakat

Sejak muda, Mas Adi sudah terlibat dalam gerakan pemberdayaan rakyat. Tahun 1984, ia ikut mendirikan Pusat Peranserta Masyarakat (PPM) di Kaliurang, Yogyakarta. Bersama para aktivis dan ulama, ia membangun laboratorium untuk memperkuat peran rakyat dalam pembangunan.

Tak lama berselang, ia menggagas lahirnya Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M). Pesantren—yang selama ini dianggap hanya pusat pendidikan agama—di tangan Mas Adi menjadi basis gerakan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Pelatihan perempuan, teknologi tepat guna, pelestarian lingkungan, hingga kesehatan reproduksi, semuanya dirancang untuk memberdayakan umat.

Bagi Mas Adi, rakyat bukan objek pembangunan, tetapi subjek utama yang harus didengar dan diberdayakan.

Gagasan: Pembangunan Alternatif dan Ekonomi Kerakyatan

Selain gerakan, Mas Adi juga meninggalkan warisan gagasan yang bernas. Ia menawarkan paradigma pembangunan alternatif yang partisipatif, berbasis masyarakat, anti-ketergantungan, dan menolak jebakan utang luar negeri.

Bersama para pemikir dunia seperti Johan Galtung, Andre Gunder Frank, Samir Amin, dan Jomo Sundaram, Mas Adi ikut merumuskan model pembangunan yang lebih adil. Di Indonesia, ia mendorong ekonomi kerakyatan berbasis koperasi, memperjuangkan literasi lewat Gerakan Wakaf Buku, dan menggelar jambore-jambore literasi di banyak kota.

Bagi beliau, ilmu pengetahuan dan kemandirian ekonomi adalah pondasi peradaban yang bermartabat.

Jejaring: Dari Kaliurang ke Jeddah, dari New York ke BPPT

Yang membuat perjalanan Mas Adi istimewa adalah kemampuannya membangun jejaring. Di tingkat internasional, ia aktif di INFID (International NGOs Forum on Indonesian Development), menghadiri forum-forum PBB di New York, Paris, Bonn, dan Canberra, menyuarakan kepentingan rakyat kecil di panggung dunia.

Puncaknya, ia menggagas IIFTIHAR (International Islamic Forum for Science, Technology and Human Resources Development) bersama BJ Habibie dan para cendekiawan Muslim dunia, yang ditandatangani di Jeddah pada 1996. Forum ini mempertemukan tokoh-tokoh dari IDB, Rabithah, IIIT, WAMY, hingga ulama dari Asia, Afrika, dan Eropa untuk mendorong penguasaan sains dan teknologi.

Jejaring itu bukan hanya formalitas, tetapi benar-benar bekerja: menghubungkan pesantren dengan universitas, rakyat kecil dengan lembaga internasional, pengetahuan dengan keadilan sosial.

Warisan yang Hidup

Kini, Mas Adi telah berpulang. Namun gerakan, gagasan, dan jejaring yang ia bangun masih hidup. Dari pesantren hingga kampung, dari koperasi hingga lembaga internasional, kita masih melihat jejaknya: keberanian untuk berpihak kepada yang lemah, ketekunan merangkai harapan dari bawah, dan kebesaran hati untuk selalu berbagi.

Di tengah dunia yang makin timpang dan sering melupakan rakyat kecil, warisan Mas Adi mengingatkan kita: bahwa pembangunan sejati adalah yang menempatkan rakyat sebagai pusat, bukan sekadar angka pertumbuhan.

 Selamat jalan, Mas Adi. Semoga Allah menerima segala amal baktimu, melapangkan jalanmu menuju Jannatin Na‘īm, dan memberi kami kekuatan untuk melanjutkan perjuanganmu.

 اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه

(Ya Allah, ampunilah beliau, rahmatilah beliau, sejahterakanlah beliau, dan maafkanlah segala khilafnya).

*Habib Chirzin ; intelektual Muslim, penulis yang konsisten menyuarakan kemanusiaan, perdamaian, dan keadilan melalui artikel-artikelnya di berbagai media, sekaligus sesepuh   aktivis Pusat Peranserta Masyarakat (PPM)

Redaksi: tulisan ini adalah catatan kenangan seorang sahabat seperjuangan yang mengajak kita semua untuk kembali melihat arah pembangunan bangsa: apakah masih berpihak pada rakyat kecil, atau sudah menjauh dari mereka yang paling membutuhkan.

Example 120x600