Scroll untuk baca artikel
BeritaSosial Budaya

Pelajaran dari Sawah dan Petani: Kepemimpinan dalam Kesederhanaan

41
×

Pelajaran dari Sawah dan Petani: Kepemimpinan dalam Kesederhanaan

Share this article

Penulis : acank| Editor : asyary

ppmindonesia.com. Jakarta – Dalam riuhnya diskusi tentang kepemimpinan, kita sering terjebak pada gambaran elit dan strategi manajemen modern yang jauh dari jangkauan rakyat biasa. Padahal, hakikat kepemimpinan sejati sering tersembunyi di balik kesederhanaan dan kerja keras yang tak terlihat mata.

Di tengah hamparan sawah yang luas dan di balik tubuh-tubuh petani yang terpapar matahari, tersimpan filosofi kepemimpinan yang murni. Sosok itu adalah petani padi—pekerja sunyi yang tak sekadar menanam, tetapi juga merawat kehidupan. Dari mereka, kita belajar bagaimana seharusnya seorang pemimpin membangun dan menata negeri.

Setiap hari, petani memulai pekerjaannya dengan membajak tanah—sebuah tugas berat yang tidak mengenal waktu dan cuaca. Tanah keras dilunakkan dengan tenaga dan kesabaran. Tidak ada yang istimewa, kecuali ketekunan dan komitmen. Dalam proses ini, tercermin bahwa seorang pemimpin harus hadir lebih awal, bekerja lebih keras, dan mengolah “tanah kehidupan” rakyat dengan penuh kesungguhan hati.

Setelah membajak, petani menyiapkan persemaian. Benih disusun rapi, diberi air, dan dijaga dengan penuh perhatian. Ini adalah gambaran nyata tentang peran pemimpin dalam merancang masa depan bangsa. Rakyat diibaratkan benih yang membutuhkan bimbingan, pendidikan, dan kesempatan untuk tumbuh menjadi generasi yang kuat dan produktif.

Ketika benih mulai tumbuh dan dipindahkan ke lahan yang luas, tantangannya pun bertambah. Hama seperti tikus, keong, atau penyakit bisa datang sewaktu-waktu. Tetapi, petani tidak tinggal diam. Mereka melindungi, memberikan obat, dan memastikan tanaman tetap sehat. Inilah bentuk pelayanan tanpa pamrih—sebuah tugas yang harus diemban pemimpin sejati: melayani, melindungi, dan mengobati.

Dari sini, kita belajar bahwa kepemimpinan bukan sekadar strategi politik atau janji manis saat berkampanye. Kepemimpinan adalah ketulusan, kerja keras, dan keberanian untuk melindungi—bukan untuk kemuliaan diri, melainkan untuk kemaslahatan bangsa dan rakyatnya. Seorang petani tidak mencari pujian. Ia hanya menginginkan hasil panen yang melimpah demi kehidupan banyak orang.

Karenanya, sudah saatnya kita belajar dari kesederhanaan petani. Negeri ini tidak membutuhkan pemimpin yang hebat bicara dan pamer kekuasaan, melainkan pemimpin yang kuat bekerja, tulus hati, dan mampu melayani rakyat seakan-akan merekalah yang pertama dan terakhir untuk bangsa ini.

Mari kita tengok sawah dan petani di sana—di sanalah kepemimpinan yang autentik sedang dipraktikkan dalam bentuk yang paling murni. Sebuah pelajaran berharga yang tak lekang oleh waktu: bahwa memimpin adalah melayani, dan kemuliaan sejati terletak pada keberanian dan ketulusan dalam bekerja keras untuk kebaikan bersama.(acank)

Example 120x600