Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Abshar dan Ulil Albab: Ilmuwan Qur’ani dalam Sejarah Kehidupan

126
×

Abshar dan Ulil Albab: Ilmuwan Qur’ani dalam Sejarah Kehidupan

Share this article

Penulis: syahida| Editor: asyary|

ppmindonesia.com, Jakarta — Al-Qur’an tidak hanya berfungsi sebagai kitab suci yang mengatur aspek spiritual, tetapi juga sebagai sumber inspirasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Dua istilah penting yang berulang kali muncul dalam Al-Qur’an adalah Abshar (penglihatan yang tajam, pemahaman mendalam) dan Ulil Albab (orang-orang yang berakal). Keduanya menggambarkan sosok ilmuwan Qur’ani yang menggabungkan kekuatan akal, hati, dan iman dalam memahami realitas kehidupan.

Abshar: Melihat dengan Mata Hati

Kata abshar dalam Al-Qur’an tidak sekadar merujuk pada penglihatan fisik, tetapi juga pada kemampuan menangkap makna di balik fenomena.

Allah berfirman:

قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۖ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ

“Katakanlah, Dialah yang menciptakan kamu, dan menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan (abshar), dan hati; (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.” (QS Al-Mulk [67]: 23)

Ilmuwan Qur’ani dengan sifat abshar mampu mengamati alam semesta sebagai tanda kebesaran Allah, menyimpulkan hukum-hukum alam melalui penelitian, dan menjadikan pengamatan sebagai jalan menuju penguatan iman. Sejarah mencatat, Ibnu al-Haytham — dikenal sebagai Bapak Optik — meneliti cahaya dan penglihatan, namun tetap menempatkan penemuannya dalam kerangka tauhid.

Ulil Albab: Akal yang Berpadu dengan Iman

Istilah Ulil Albab muncul berulang kali dalam Al-Qur’an. Mereka adalah sosok yang tidak hanya berpikir logis, tetapi juga menimbang dengan hati nurani.

Allah berfirman:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Ulil Albab).” (QS Ali Imran [3]: 190)

Ulil Albab merenungkan ciptaan Allah, menghubungkan sains dengan nilai moral dan spiritual, serta menjadikan ilmu sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Tokoh seperti Ibnu Sina dan Al-Farabi kerap dipandang sebagai representasi Ulil Albab, karena karya-karya mereka tidak hanya membahas kedokteran atau filsafat, tetapi juga menautkannya pada hikmah ketuhanan.

Ilmuwan Qur’ani dalam Sejarah

Sejarah peradaban Islam menunjukkan lahirnya ilmuwan yang tidak memisahkan ilmu duniawi dan ukhrawi. Mereka mengembangkan sains sekaligus menjaga spiritualitas:

  • Astronomi: Al-Battani dan Al-Biruni menyusun perhitungan astronomi yang akurat.
  • Kedokteran: Ibnu Sina menulis Al-Qanun fi al-Tibb, rujukan kedokteran dunia selama berabad-abad.
  • Matematika: Al-Khawarizmi memperkenalkan konsep aljabar, pondasi matematika modern.
  • Optik: Ibnu al-Haytham meneliti cahaya dan penglihatan, sejalan dengan makna abshar.

Menurut Prof. Osman Bakar, pakar pemikiran Islam kontemporer, konsep Ulil Albab dalam Al-Qur’an adalah kerangka epistemologis yang memadukan sains dan tauhid. “Dalam tradisi Islam, ilmu tidak pernah netral. Ia selalu diarahkan untuk menemukan makna yang lebih tinggi, yakni pengabdian kepada Allah,” ujarnya.

Relevansi Abshar dan Ulil Albab di Era Modern

Di era modern, konsep Qur’ani ini tetap relevan. Tantangan besar seperti krisis lingkungan, kecerdasan buatan, hingga ketidaksetaraan sosial menuntut hadirnya ilmuwan yang bukan sekadar ahli teknologi, tetapi juga memiliki kedalaman moral.

Ilmuwan Qur’ani masa kini dituntut untuk:

  • Mengembangkan ilmu dengan landasan etika dan spiritualitas.
  • Menjadikan penelitian sebagai sarana menjaga keseimbangan alam.
  • Mengintegrasikan teknologi dengan nilai kemanusiaan.
  • Menjadi agen perubahan yang membawa manfaat luas bagi umat manusia.

Al-Qur’an mengingatkan:

وَمَا يَتَذَكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

“Dan tiada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal (Ulil Albab).” (QS Al-Baqarah [2]: 269)

Abshar dan Ulil Albab

Abshar dan Ulil Albab adalah dua konsep Qur’ani yang menggambarkan sosok ilmuwan sejati: cerdas, berakal, tajam pandangan, sekaligus memiliki kedalaman spiritual. Sejarah membuktikan peradaban Islam pernah melahirkan ilmuwan-ilmuwan besar yang memberi kontribusi bagi dunia.

Kini, di tengah krisis global, semangat Abshar dan Ulil Albab perlu dihidupkan kembali agar ilmu pengetahuan tidak hanya menjadi alat kemajuan teknologis, tetapi juga jalan menuju kebijaksanaan, keadilan, dan keberkahan. (syahida)

*Husni Nasution, alumnus IAIN Sumatera Utara dari Bogor, dikenal sebagai pemikir kebangsaan dan pengkaji Al-Qur’an. Ia dikenal dengan konsep ‘Nasionalisme Religius’ yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan, serta perhatian besar terhadap solidaritas sosial.
Example 120x600