Scroll untuk baca artikel
Tokoh

Ija Rahmat Pejuang Ekonomi Kerakyatan Yang Berkeadilan

265
×

Ija Rahmat Pejuang Ekonomi Kerakyatan Yang Berkeadilan

Share this article
IJa Rahmad tokoh gerakan pemberdayaan pedagang grosir
Example 468x60
Oleh : Suprajitno Mz. Aktifitis PPM

ppmindonesia.com-Jakarta-Ija Rahmat yg merupakan sosok terlahir dari keluarga pedagang, dimana warga desa Kreo Cirebon, hampir dapat dikatakan sebagian besar terjun jadi pedagang dan mereka sebagian besar merantau ke Jakarta.

Di Jakarta, mereka melakukan kegiatan dagang dengan sebuah model yaitu menempatkan ragam jenis barang dagangan yg mereka beli di pasar pagi Jakarta ke warung-warung seluruh penjuru di Jabotabek. Alat transportasi mereka ada ragam jenisnya, sepeda onthel, sepeda motor, mobil, mobil maupun Kereta api.

Sebelum Reformasi, komunitas pedagang keliling cirebon dibawah komando Ija Rahmat menjalin kerjasama dengan PPM dan terbentuklah sebuah nama PGK (Pedagang Grosir Keliling) dan terbentuk lembaga koperasinya..

Pedagang grosir keliling melakukan akad kredit pinjaman tanggung renteng (doc.ppm)

PGK dibawah pimpinan Ija Rahmat, anggotanya pernah mendapat pelatihan khusus dari PT. Astra Internasional dan mendapat sertifikat setelah mengikuti pelatihan tersebut.

Dalam tata kelola organisasi Peagang Grosir Keliling  mengalami pasang surut. Pada tahun 2003, dimana PGK menjelma menjadi sebuah Asosiasi yg bernama APGKI (Asosiasi Pedagang Grosir Keliling Indonesia), dimana APGKI menjadi anggota KADIN UKM serta pelantikannya bersama Asosiasi lainnya di sebuah Hotel Ancol Jakarta.

Pada tahun 2003 itu, dimana APGKI menjalin kerjasama dgn Bank BNI Pusat dlm penyaluran kredit. Saat penyaluran kredit ke anggota APGKI nilainya sudah lumayan besar jika diakumulatif  kisaran sdh diatas 10 milyar. Saat terjalin kerjasama antara APGKI dengan Bank BNI, dimana untuk perolehan kredit dengan sistim KTR ( Kelompok Tanggung Renteng) dan variasi kredit yg diterima anggota APGKI antara 2-5 juta.

Saat terjalin kerjasama dgn Bank BNI pusat, sudah mampu memberikan kredit ke anggota APGKI yg jumlahnya ribuan orang dan saat itu sdh terbentuk 96 cabang APGKI. Selain dgn Bank BNI, dimana APGKI juga menjalin kerjasama dgn Bank Mandiri, BRI dan Bank Bumi Putera.

Wajah Sanidu terlihat gembira. Penuh semangat ia bercerita bagaimana usahanya kini berkembang. Jika dulu pedagang grosir keliling bersepeda ini baru mampu melayani kebutuhan 5-6 warung, kini naik hingga 10-15 warung. Lelaki asal Cirebon itu mengaku peningkatan usahanya tercapai sejak ia menerima kredit dari Bank BNI. Jumlahnya tidak besar, hanya Rp 2 juta untuk jangka waktu satu tahun.

Namun jumlah ini sudah mencukupi untuk penambahan modal kerja per hari. Dulu, Sanidu dalam sehari harus tiga kali pergi ke Pasar Pagi Mangga Dua untuk bisa berbelanja barang-barang pesanan warung pelanggannya di kawasan Slipi, Jakarta. Ini karena modalnya tak cukup besar untuk belanja satu kali dalam jumlah besar. Sekarang, belanja barang modal satu kali sehari tak jadi masalah baginya. Tak hanya itu, margin keuntungan yang didapat juga meningkat.

Sanidu tak sendirian. Ia mendapatkan kredit tanpa agunan dari BNI bersama puluhan temannya yang tergabung dalam Asosiasi Pedagang Grosir Keliling. Seperti diceritakan Ija Rachmat, Ketua Asosiasi Pedagang Grosir Keliling se-Indonesia, pedagang keliling yang memasok barang dagangan ke warung-warung kebanyakan memanfaatkan pinjaman dari rentenir.

“Dari kredit sebesar Rp 1 juta, untuk melunasinya para pedagang ini harus menyetor Rp 40 ribu tiap hari ke rentenir. Itu jelas mengurangi keuntungan, dan modal usaha pun jadi terbatas,” ucap Ija. Sementara dengan pinjaman dari Bank BNI, lanjut Ija, angsuran bisa dilakukan mingguan atau bulanan. Bungapun cukup ringan, 1,8% per bulan dalam waktu sampai setahun.

Selain itu pihak APGKI pernah mendapat bantuan sepeda dagang dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI yg jumlahnya ratusan buah. Tujuan bantuan sepeda dagang tsb adalah ikut memasarkan produk-produk perikanan (blm diolah maupun sdh diolah).

APGKI sebuah Asosiasi dan punya keanggotaan ragam pedagang (pedagang kaki lima, warung, pedagang keliling, pedagang pasar dll) menarik banyak pihak untuk menjalin kerjasama. Itulah, kisah perjalanan secuil tentang APGKI dan semenjak Ija Rahmat sebagai Pimpinan atau Ketua APGKI meninggal dunia beberapa tahun yg lalu, maka aktifitas APGKI juga ikut berhenti.

Example 120x600