Scroll untuk baca artikel
BeritaUmkm

Landasan Filsafat Pertanian Terpadu Berbasis Organik

233
×

Landasan Filsafat Pertanian Terpadu Berbasis Organik

Share this article
pertanian terpadu organik (doc.ipama)
Example 468x60

Oleh : Guntoro Soewarno *)

Bisa Terpaksa Menjadi Kaya Raya itu Ketika Kita Berkhidmad ke Allah dan Ayat-Ayatnya

SEMARANG (ipama.asia) – Jarang orang menyadari bahwa ketika memutuskan untuk meletakkan masa depannya di dunia pertanian, maka secara sadar atau tidak sadar, dia sudah meletakkan masa depannya 100% hanya bergantung kepada Allah SWT. Kenapa bisa begitu? Menanam yang terkait dengan bumi itu sejatinya ruang milik Allah sepenuhnya. Tanaman kita hidup, panen besar, terserang hama sampai ludes, itu benar-benar urusan Allah. Karena itulah rejeki. Di mana rejeki itu sepenuh-penuhnya adalah hak prerogatif Allah.

Itulah landasan filsafat pertanian. Sekali memutuskan hidup dari bertani, maka tingkat kepasrahannya total dan brutal. Tugas kita adalah bekerja keras, tekun, menikmati prosesnya dengan gembira, setia dan sabar. Tentu, kerja-kerja yang kita jalankan setiap hari mesti sejalan dengan ayat-ayat Allah. Ketika bicara hasil itu 100% urusan Allah SWT.

Allah menciptakan bumi ini dengan keteraturan dan keseimbangan. Tanpa keteraturan dan keseimbangan bumi ini bakal hancur lebur.

Karena itu, fokuslah, tekuni tiap hari dengan sabar. Aset itu akan tumbuh dan terus tumbuh. Setiap hari.”

Cahaya matahari itu ada sifat penghancurnya bagi bumi. Makanya Allah ciptakan atmosfir yang bisa menghalau zat dan sifat matahari yang bisa menghancurkan bumi itu. Atmosfir adalah keteraturan dan keseimbangan alam semesta yang Allah ciptakan.

Ketika kita bekerja sebagai petani, tapi sifatnya tidak teratur dan menolak keseimbangan, maka yang terjadi adalah malapetaka bagi petani itu sendiri. Ketika kita menanam tanpa memperhatikan keteraturan dan keseimbangan, maka keberkahan bumi akan hilang. Yang terjadi adalah bencana demi bencana.

Bumi yang dirusak secara alami akan menciptakan keteraturan dan keseimbangan baru yang sifatnya merusak. Maka dari itu, ketika kita melawan keteraturan dan keseimbangan alam, maka dalam sekejap dan seketika, alam akan menjawabnya dengan berbagai kesengsaraan yang berkepanjangan, saat itu dan seketika.

Ketika hulu sungai dirusak, maka keteraturan dan keseimbangan alam telah rusak. Alam kemudian menciptakan keteraturan dan keseimbangan baru. Air yang tadinya secara teratur dan seimbang mestinya terserap ke dalam bumi akibat masih banyak hutan lebat. Ketika hutan itu dibabat, maka air akan mengalir ke tempat-tempat baru, di kota, di desa, di sawah-sawah dan menjadi banjir. Itulah sifat Allah dan ciptaa-Nya; Selalu menciptakan keteraturan dan keseimbangan.

Organik itu Teratur dan Seimbang

Begitu pula di dunai pertanian. Kerusakan tanah hari ini sudah pada tahap yang sangat menghkawatirkan. Tanah hari ini adalah tanah mati. Ini akibat sejak 1984 pemerintah menggenjot swa sembada pangan dengan menggerojok pupuk kimia ke dalam bumi.

Program swa sembada pangan itu program mulia. Sayangnya tidak dijalankan dengan memperhatikan keteraturan dan keseimbangan alam.

Akibatnya, tanah yang saat itu dalam keadaan teratur dan seimbang menjadi rusak. Tanah hari ini adalah tanah yang tandus; Kering, keras, tidak mampu menyerap air, sangat asam dan kandungan humusnya tidak ada.

Maka dari itu, untuk bisa menanam, petani harus menyuntiknya dengan pupuk kimia, sebagai suplemen tanah. Semakin menjadi masalah ketika harga pupuk mahal, dan pupuk bersubidi menghilang. Ketika petani memutuskan untuk membeli pupuk bersubsidipun barangnya tidak ada.

Penderitaan petani, tanah dan tanaman tidak berkesudahan. Efeknya petani hari ini identik dengan kemiskinan. Mereka miskin karena telah terjadi ketidakteraturan dan ketidakseimbangan bumi. Maka tanah menjadi gersang dan tandus. kemudian menciptakan keteraturan dan keseimbangan baru berupa ketidakmampuan tanah memproduksi tanaman dan buah secara maksimal.

Hukum alam kembali terjadi. Siapa yang merusak tanah, air dan bumi maka Allah membalasnya dengan seketika. Hari ini dan sekarang. Berupa kehidupan yang merana, baik yang dialami bumi, tanah, air, tanaman dan petani.

Keteraturan dan Keseimbangan telah dirusak. Dan memproduksi keteraturan dan keseimbangan baru berupa kemiskinan dan kesengsaraan berkepanjangan.

Kembali ke Alam Kembali ke Organik

Maka dari itu, kembali ke organik tidak hanya pilihan. Tapi itu adalah given. Kebutuhan yang sekaligus keharusan. Langkah ini untuk mengembalikan keteraturan dan kesembangan baru di dalam bumi.

Sifat organik adalah teratur dan seimbang. Siapa yang menjalankan cara bertani dengan basis organik, maka dia sejatinya sedang membangun pondasi baru, berupa keteraturan dan keseimbangan baru bagi bumi.

Kita akan menjadikan bumi ini kembali hidup. Kembali teratur dan seimbang. Kembali menjadi tanah yang gembur, dengan posisi basa tidak asam lagi dan ini yang penting kandungan humusnya melimpah ruah.

Pertanian terpadu berbasis organik sejatinya mengajari kita untuk kembali ke pola bertani pada era 1980-an. Ketika petani masih sangat menghargai keteraturan dan keseimbangan. ketika petani begitu mendiri dan tenggelam dalam keanekaragaman hayati.

“Tanaman kita hidup, panen besar, terserang hama sampai ludes, itu benar-benar urusan Allah. Karena itulah rejeki. Di mana rejeki itu sepenuh-penuhnya adalah hak prerogatif Allah.”

Petani era 80-an adalah teknologi pertanian yang sangat maju dan beradab. Dia akan sangat menghargai tanah dan menyayanginya. Maka dari itu tanah kemudian dirawat dengan hati. Petani saat itu akan sangat menghitung hari ini tanam apa, besok tanam apa untuk mengembalikan keteraturan dan keseimbangan alam.

Maka dari itu, bertani dengan basis organik sekarang, langkah pertama adalah bagaimana menyehatkan tanah. Maka dari itu diciptakan pupuk pembenah tanah. Dibuat Zat Perangsang Tumbuh (ZPT) berbasis organik, Urea organik agar tidak merusak dan tidak bergantung pada subsidi. Juga pestisida berbasis organik agar bisa mencegah hama tanpa menyakiti.

Pertanian Organik sejatinya menuntut tanggung jawab besar. Tanggung jawab untuk menjaga dan merawat kualitas bumi. Tanggung jawab untuk tetap menjaga keteraturan dan keseimbangan. Tanggung jawab agar tekun memanfaatkan produk pertanian secara baik dan wajar. Yaitu pertanian yang teratur dan seimbang.

Ketika kita beternak kambing organik, maka kita akan bertanggung jawab untuk memanfaatkan Kohe dan kencingnya untuk pupuk bagi tanaman yang kita pelihara. Bukan malah mengabaikannya. Ketika jagung organik kita panen, tanggung jawab kita tidak hanya membuat pakan fermentasi dari sisa batang jagung untuk ternak kita. Tapi juga menyajikan jagung organik yang manis, berkualitas dan dan ini yang penting; menyehatkan.

Antara peternakan organik dan tanaman jagung organik terjadi keteraturan dan keseimbangan. Saling melengkapi satu sama lain. Saling mengisi dan utuh, secara teratur dan seimbang.

Tanggung jawab ini akan melahirkan keteraturan dan keseimbangan baru. Kalau ini terjadi, maka yang kita lakukan sejatinya adalah menjalankan apa yang diingini Allah SWT yaitu keteraturan dan keseimbangan alam.

Allah akan melihat kerja tekun kita. Selama kerja-kerja pertanian kita sama dan sebangun dengan Allah dan ayat-ayatnya. Maka sejatinya, kita tidak usah bercita-cita jadi orang kaya raya. Tidak usah pakai target-target bisnis yang kadang membuat pening kepala.

Kerjakan saya secara tekun, konsisten, fokus, terus menjaga agar tetap sesuai dengan keinginan Allah dan ayat-ayatnya. Kalau ini kita lakukan dengan tekun dan sabar, maka kekayaan atau berkelimpahan itu tinggal soal waktu saja.

Dengan tekun dan sabar mengembangkan pertanian terintergasi berbasis organik, maka aset akan tumbuh setiap hari. Ayam kampung organik kita, yang kita jalankan secara tekun dan sabar akan bertelor tiap hari tanpa kita minta. Aset akan terus bertumbuh; Setiap hari. Inilah kekuatan bisnis di pertanian organik.

Kekayaan dan keberlimpahan itu akan datang dengan sendirinya. Tidak usah diminta. Kerjakan saja dengan tekun. Mulai hari ini dan setiap hari.

Mengembangkan pertanian terpadu berbasis organik pada hakekatnya adalah implementasi dari tugas kita sebagai Khalifah (wakil) Allah di bumi. Khalifah yang menjadi perantara bagi datangnya rahmat. Khalifah yang ekspresi sosialnya selalu menampakkan wajah tuhan.

Wajah yang penyayang dan pengasih. Wajah yang adil. Wajah yang selalu menjaga keteraturan dan keseimbangan. Wajah yang selalu menolong banyak orang tanpa melihat status sosial, suku dan agama. Wajah yang sabar dan wajah yang selalu memberi pengharapan bagi siapapun.

Bisa jadi tetangga, teman sejawat akan menertawakan kita. Akan mengejek kita. Karena ketika kita berkhidmad kepada pertanian terpadu berbasis organik, ada saatnya kita menjadi pemulung sampah, ada saatnya kita tekun mengumpulkan bahan-bahan sisa yang menjijikkan. Karena itulah pekerjaan fundamental dalam berorganik. Yang menjadikan sampah berubah jadi berkah. Berkah yang secara bisnis sangat produktif dan efisien.

Tapi percayalah. Akan tiba saatnya mereka akan bercerita banyak tentang hal-hal positif kita di depan banyak orang. Karena itu, fokuslah. Tekuni tiap hari dengan sabar. Aset itu akan tumbuh dan terus bertumbuh. Setiap hari. (ipama.asia)

*) Guntoro Soewarno, Peneliti di Institut Pengembangan Masyarakat (Ipama), satu perusahaan konsultan pemberdayaan masyarakat di bawah PT Aurora Alpha Centauri.

Ipama membuka diri untuk berkolaborasi dengan lembaga pemerintah, BUMN, perusahaan swasta, LSM lokal, perorangan dan lembaga lainnya yang mempunyai misi yang sama dengan Ipama. Bagi yang ingin berkolaborasi dalam program-program Ipama bisa menghubungi admin; Email : Infoipama@gmail.com dan whatsapp : 0817422383

Example 120x600