Kang Suhali, Kahmi Demak dan Problem Sosial Ekonomi Kemasyarakatannya
Oleh : Guntoro Soewarno *)
Ketokohannya Teruji, Bisnisnya juga Moncer
DEMAK (ipama.asia) – Dua malam yang lalu (23/4/24) Saya sebagai pengurus MW Kahmi Jateng berkesempatan hadir dalam forum business session bersama anggota Kahmi kang Suhali dan petani binaannya. Yang hadir 20 tokoh penggerak lokal binaan kang Hali. Yang sebagian besar tentu petani.
Problem petani Demak hari ini, terutama Demak bagian Barat, menurut kang Hali adalah kelebihan air. Berupa genangan yang kemudian menjelma menjadi banjir. Petani tidak lagi bisa menanam padi. Kalau ditanami ikan, warga juga khawatir, diterjang banjir lagi.
Banjir sudah mulai menjadi langganan bagi petani di sana, terutama sejak dua tahun terakhir. Para petani itu hanya bisa bertahan. Pasrah akan nasib yang menimpa mereka. Hari-hari ini.
Menurut Kang Hali ada dua penyebab kenapa persawahan di Kecamatan Karangtengah dan sekitarnya banjir. Pertama munculnya kawasan industri baru. Dari Karangtengah ke Barat, Pemkab Demak memang menjadikan daerah itu menjadi pusat industri. Kedua keberadaan jalan tol.
“Mereka membuat pipa-pipa kecil untuk buangan air. Tapi yang terjadi, air asin malah menyembul dari pipa-pipa itu. Sehingga sawah di sekitar jalan tol tidak bisa ditanami lagi karena airnya asin,” jelas Kang Hali.
Kader Kahmi Ideal
Saya baru pertama kali bersua dengan Kang Hali. Kader Kahmi yang masih sangat muda. Tapi semangat untuk mandiri dari bisnis begitu kuat. “Saya setuju Kahmi harus jadi pengusaha,” ujarnya malam itu di lokasi kandang ayamnya yang sangat besar, tapi tidak bau sama sekali.
Suhali hari ini adalah tipikal kader Kahmi yang ideal. Dia pengusaha lokal yang skala bisnisnya sudah besar. Ketokohannya sangat teruji. Pengaruhnya kuat. Dan sudah menolong banyak orang untuk menjadi pengusaha ayam seperti dirinya.
Suhali hari ini punya dua kandang ayam pedaging (broiller) besar. Satu kandang isi 20 ribu ekor, yang satunya 30 ribu ekor. Totalnya 50 ribu ekor. Dari bisnis ayamnya itu, setiap 40 hari sekali panen.
Per ekor, menurut Suhali, ia mendapat keuntungan kotor Rp 4.000. Suhali menggandeng Group Samsung untuk bermitra. “Tata kelolanya stabil dan selalu menguntungkan,” jelasnya.
Di luar ayam, Suhali punya dua ekor kuda. “Saya juga punya sapi delapan ekor dan kambing puluhan ekor. Tapi kambing baru saja saya jual,” jelasnya.
Sejak sering ada banjir, Suhali mengaku kesulitan mencari rumput. “Makanya kambing saya jual. Selama ini kalau ada keuntungan dari ayam saya belikan kambing atau sapi,” jelasnya.
Suhali adalah kader ideal Kahmi di daerah. Bisnisnya moncer, ketokohannya teruji. Dan daya panggilnya terhadap rakyat binaannya begitu kuat. “Mas Hakim, Presidium MW Kahmi Jateng sekarang, mas Ali Sya’roni pernah main ke kandang saya,” jelas Suhali.
Problematika Demak
Setelah diskusi panjang lebar soal pertanian organik, Kang Hali dan kelompok tani binaannya akhirnya sepakat untuk mencoba mengubah pola tanam dari konvensiaonal menjadi pertanian organik. Ada beberapa pola budidaya yang juga akan disempurnakan.
Lahan padi yang banjir akan disulap menjadi lahan perikanan nila dan gurame. Lahan yang terus menerus digenangi air akan dijadikan kawasan budidaya azola dan lima. Dua tumbuhan jenis paku yang hidup di atas air.
Azola punya kandungan protein 27%. Sementara Lima 25%. Sangat cocok untuk budidaya ikan dan peternakan ayam kampung organik, kambing dan sapi. Azola dan Lima setiap hari tumbuh 30%. Daya hidupnya tinggi. Sangat mudah budidayanya.
Pasar Azola dan Lima juga sangat luas. Peternakan ayam dan sapi sangat membutuhkan dua jenis tanaman itu. Ini untuk melengkapi kebutuhan protein mereka.
Beberapa petani juga memutuskan untuk segera melakukan budidaya ayam kampung organik. Ini agar jangka pendek ada pendapatan rutin harian pengganti, yang selama ini hilang akibat tidak bisa lagi menanam padi.
Demak sejauh yang kami amati memang unik. Di pantai utara Demak banyak desa yang tenggelam akibat abrasi. Banjir rob semakin meluas. Sementara munculnya kawasan industri baru menimbulkan persoalan banjir.
Dan Pemkab Demak, seperti pasrah dengan keadaan. Abrasi semakin meluas. Banyak memang yang mencoba menanam mangrove untuk menahan laju abrasi laut. Tapi mereka menanam tinggal menanam saja. Tidak pernah ada yang serius menanam, memelihara kemudian melakukan penguatan kelembagaan kepada para warga nelayan di sana.
Akibatnya, miliaran rupiah digelontorkan untuk menanam mangrove, abrasi terus saja terjadi.
Ipama dan kang Hali sepakat untuk juga fokus menangani soal abrasi laut dengan menanam Mangrove. “Saya berharap ada koordinasi MD Kahmi di Pantura untuk bersama-sama ikut menangani problem abrasi,” jelas Kang Hali.
Menurut Suhali, banjir juga dipicu akibat aliran air yang ke laut tertanah. “Selama ini di hilir, air laut malah masuk ke sungai. Jadi ya banjir lagi,” jelasnya. (Ipama.asia).
*) Guntoro Soewarno, Peneliti di Institut Pengembangan Masyarakat (Ipama), satu perusahaan konsultan pemberdayaan masyarakat di bawah PT Aurora Alpha Centauri.
Sumber berita ;
https://ipama.asia/kang-suhali-kahmi-demak-dan-problem-sosial-dan-ekonomi-kemasyarakatannya