- Salman Mardira , Okezone
KERAJAAN Sunda Pajajaran mencapai puncak masa kejayaan saat dipimpin oleh Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi pada 1482 sampai 1521 Masehi. Siliwangi konon punya kesaktian dan disegani lawan. Ia membentuk pasukan militer yang kuat sehingga Tatar Sunda atau wilayah kedaulatan Pajajaran sulit ditaklukkan.
Salah satu bala tentara Prabu Siliwangi yang kekuatannya sangat disegani adalah Balamati, pasukan elite berani mati. Mereka benteng terakhir yang mempertahan wilayah inti keraton Pajajaran.
Menurut riwayat, Balamati hanya berjumlah 1.000 orang, tapi mereka sangat kuat dan punya kemampuan khusus dalam perang. Balamati direkrut dari petarung-petarung terbaik di masa itu.
Balamati selalu setia mengawal Prabu Siliwangi dan selalu siap bertempur untuk Sri Baduga Maharaja.
Setelah Prabu Siliwangi mangkat, sang cucunya Surawisesa dinobatkan jadi Raja Pajajaran. Mulai saat itulah musuh mulai kembali berani menyerang Pajajaran.
Masa pemerintahan Surawisesa, pasukan Pajajaran beberapa kali terlibat perang dengan Cirebon dan Banten.
Setiap pertempuran, pasukan Balamati selalu berada di samping Surawisesa menumbangkan musuh-musuh. Balamati konon tak terkalahkan dalam perang darat. Mereka mampu mematahkan serangan tak terduga sekalipun ke Keraton Pajajaran.
Namun di laut, pasukan Balamati sulit menandingi kekuatan Banten dan Cirebon.
Setelah Surawisesa mangkat, Balamati masih terus jadi pasukan khusus tempur Pajajaran. Tapi, kekuatan Pajajaran setelah Siliwangi dan Surawisesa meninggal terus melemah karena konflik internal kerajaan dan masifnya serangan lawan.
Hingga akhirnya Pajajaran berhasil ditaklukan oleh kekuatan Islam dari Banten dan Cirebon.
