Bisa jadi Solusi saat Urea Sering Menghilang
SEMARANG (ipama.asia) – Ketika rakyat Indonesia masih menggunakan nasi sebagai makanan pokok, maka mata rantai produksi padi tidak boleh terganggu. Kalau ini terjadi maka krisis pangan akan terjadi, atau impor beras akan terus bertambah. Tentu ini sangat memprihatinkan.
Pemerintah, sejatinya sudah berupaya agar ketersediaan pupuk bagi petani terjamin. Bersubsidi pula. Ada Pupuk Indonesia, sebagai holding pabrik pupuk di bawah BUMN. Pabrik pupuk baru juga dibangun dibanyak tempat.
Rata-rata investasi antara Rp 10 triliun sampai Rp 20 triliun untuk membangun satu pabrik pupuk di Indonesia. Pabrik pupuk yang akan dibangun di fak-fak Papua bakal menelan investasi Rp 20 triliun. Satu investasi yang sangat besar.
Urea Tetap Langka
Meski pabrik pupuk sudah begitu banyak, dan produksi sangat melimpah, tapi saat musim tanam, di mana-mana terjadi kelangkaan pupuk. Tentu ini aneh bin ajaib. Produksi berlimpah, tapi saat petani membutuhkan, barangnya tidak ada.
“Melihat kondisi hari ini, maka jalan satu-satunya adalah membangun pabrik urea skala rakyat. Pabrik ini kelak bukan milik siapa-siapa. Tapi juga dimiliki oleh petani untuk melayani satu Gapoktan se kecamatan.“
Kasus kelangkaan pupuk terjadi merata di seluruh Indonesia. Sehingga sangat mengganggu produktivitas petani. Di Ngawi misalnya, setiap musim tanam tiba, pupuk selalu langka. Ketika petani memutuskan untuk membeli pupuk non-subsidi pun barangnya tidak ada. Padahal ketergantungan petani terhadap urea sudah sangat akut.
Kondisi ini tentu menghimpit petani. Siklus tanam menjadi terganggu. Ketika pupuk tidak ada, atau terbatas, maka tanaman akan mengalami penurunan produksi. Sementara biaya tanam meninggi akibat kelangkaan pupuk subsidi.
Nasib petanipun seperti sudah jatuh tertimpa tangga, keinjek gajah lagi. Sungguh babak belur dan sial.
Bagi orang desa, menanam padi itu sudah menjadi kebutuhan. Meski merugi berturut-turut petani desa tetap menanam padi. Alasannya tentu sederhana, karena tidak ada pilihan dan itu sudah menjadi kebiasaan sepanjang hidupnya.
Komitmen tinggi petani dalam menanam padi tidak diimbangi oleh komitmen pemerintah dalam menjaga siklus tanam. Sehingga, apa-apa yang dibutuhkan petani selalu tersedia. Hingga hari ini, itu masih sebatas mimpi.
Pabrik Urea Skala Rakyat
Melihat kondisi hari ini, maka jalan satu-satunya adalah membangun pabrik urea skala rakyat. Pabrik ini kelak bukan milik siapa-siapa. Tapi juga dimiliki oleh petani untuk melayani satu Gapoktan se kecamatan.
Apakah ini bisa? Jawabannya sangat bisa. Sekarang sudah banyak pabrik urea skala rakyat berdiri di Jawa. Mereka memproduksi sendiri, berbasis organik. Karena bahan baku untuk membuat urea ada semua di sekitar petani tinggal.
Jadi dengan berdirinya pabrik urea skala rakyat, maka kasus kelangkaan urea saat musim tanam tiba, tidak akan terjadi lagi. Petani tidak usah membeli, karena mereka yang membuat.
Jadi, kalau ingin petani mandiri. Kalau ingin petani suskes, satu-satunya jalan adalah kelompok tani atau perorangan mesti membuat sendiri pabrik pupuk ureanya. Dengan investasi yang sangat murah.
Bagaimana membuat pabrik urea berbasis rakyat, ikuti penjelasan pada artikel berikutnya. (bersambung ….)
*) Guntoro Soewarno, Peneliti di Institut Pengembangan Masyarakat (Ipama), satu perusahaan konsultan pemberdayaan masyarakat di bawah PT Aurora Alpha Centauri.
Sumber Artikel; ipama.asia