Kemandirian Petani lebih Terjamin dan Anti Kelangkaan Urea
SEMARANG (ipama.asia) – Meski pemerintah sudah mempunyai pabrik pupuk urea begitu banyak, dengan investasi minimal Rp 10 triliun per pabrik, pada kenyataannya petani masih susah mendapat urae. Apalagi urea bersubsidi.
Sementara, kebiasaan petani memupuk padinya dengan urea sudah mendarah daging. Padi tanpa urea seperti belum merasa sudah makan kalau belum makan nasi.
Upaya pemerintah untuk memberangus kartel pupuk juga sudah serius. Tapi hasilnya nol besar. Pupuk bersubsidi sebagai komoditas primer bagi petani selalu jadi mainan para kartel pupuk. Itulah kenapa, produksinya melimpah ruah, tapi barang tidak pernah tersedia dengan setok yang memadahi buat petani.
Maka dari itu, satu-satunya jalan adalah membuat pabrik urea dan NPK organik skala rakyat. Pabrik-pabrik ini berada di tingkat Kecamatan untuk melayani gapoktan di kecamatan itu. Dengan basis pabrik di tingkat kecamatan, maka semua menjadi terukur; Baik total kebutuhan dan distribusi yang lebih ringkas. Karena kedekatan lokasinya.
Apa saja yang Perlu Disiapkan
Jangan dikira, pabrik urea skala rakyat ini besar dan butuh investasi banyak. Tidak. Pabrik ini hanya butuh lahan seluas 100 m2.
Konstruksi pabrik ini hanya bangunan terbuka seluas 5 x 20 m2. Yang 20 m2 untuk proses pengolahan pupuknya. Selebihnya untuk gudang.
- Buat kolam panjang 3 m, lebar 1 m dan tinggi 1 meter. Tiga kolam ini jejer rapat. Khusus tiga kolam ini untuk produksi pupuk organik untuk horti.
- Buat juga kolam panjang 3 m, lebar 1 m dan tinggi 1 m. Tapi tiga kolam ini diberi jarak antar kolam 0,5 meter. Tiga kolam khusus ini untuk memproduksi urea.
- Dasar dari kolam-kolam itu dibuat kemiringan 10 derajat celcius.
- Di dasar kolam bagian luar juga diberi kran, untuk mengeluarkan hasil produksi pupuk yang dalam bentuk cair.
- Satu kolam produksi itu untuk memupuk lahan seluas 1 hektare.
- Khusus untuk produksi pupuk organik untuk horti, di bagian lantai diberi parai-parai dari bambu.
- Fungsinya untuk memisahkan antara yang padat dan yang cair.
Semua proses produksi berlangsung selama 14 hari.
Jadi untuk membangun satu unit produksi pupuk urea dan pupuk horti hanya membutuhkan uang antara Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. Bandingkan dengan investasi pabrik urea yang mencapai Rp 10 triliun.
Meski skala kecil, kualitas produknya juga sama persis fungsinya sebagai pupuk urea produksi pemerintah. Dan ini yang penting, petani tidak akan pernah lagi pusing dengan kelangkaan urea yang mereka alami tiap musim tanam, bertahun-tehun.
Bagaimana proses membuat pupuk organik untuk horti dan urea organik, bisa dibaca di artikel-artikel sebelumnya. (tamat)
*) Guntoro Soewarno, Peneliti di Institut Pengembangan Masyarakat (Ipama), satu perusahaan konsultan pemberdayaan masyarakat di bawah PT Aurora Alpha Centauri.