MALANG, KOMPAS.com – Dosen Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ir. Suyatno, M.Si menciptakan gen ayam kampung petelur super dengan produksi telur yang tinggi. Ayam bernama UMMChick ini diyakini dapat meningkatkan kesejahteraan para peternak petelur.
Suyatno menilai, masyarakat Indonesia sebenarnya lebih menyukai konsumsi telur ayam kampung. Terutama sebagai bahan untuk membuat makanan dan minuman. “
Untuk diceplok, martabak, STMJ dan lainnya. Kalau ayam ini banyak masyarakat yang mengaplikasikan, saya kira ini akan meningkatkan pendapatan,” kata Suyatno, Selasa (21/5/2024).
Menurutnya, menjadi peternak ayam kampung petelur dengan gen ayam kampung petelur super hasil ciptaannya memiliki peluang keuntungan ekonomi yang besar.
Sebab, telur ayam kampung biasanya dijual satuan butiran, atau tidak kiloan seperti penjualan telur ayam ras.
“Karena jualnya untuk telur yang dihasilkan itu butiran, kalau ayam ras per kilo, kalau butiran lebih menguntungkan karena dihitung antara Rp 2.500 sampai Rp 3.000, walaupun kecil ukurannya tetapi harganya sama, kalau ayam ras itu kan kalau ukuran kecil ditimbang kiloan ya kurang,” jelasnya.
Gen ayam kampung petelur yang diciptakannya diklaim mampu bertelur setiap hari tanpa pejantan. Hal ini seperti halnya ayam ras petelur, dan berbeda dengan ayam kampung petelur pada umumnya. Dia menjelaskan, bahwa ayam kampung biasa hanya mampu bertelur dengan skala kecil. Atau, sekitar 50-60 butir saja dalam setahun
Dia menjelaskan, bahwa ayam kampung biasa hanya mampu bertelur dengan skala kecil. Atau, sekitar 50-60 butir saja dalam setahun.
“Ayam kampung biasa tidak bisa, sedangkan yang ini tanpa pejantan, bertelur setiap hari, jadi ini seperti ayam ras tanpa pejantan, ayam untuk produksi telur saja,” katanya
Gen ayam kampung petelur super yang diciptakannya diklaim mampu memproduksi telur dengan Hen Day Production (HDP) lebih dari 60 persen.
“Kalau pengukuran terakhir ada yang sampai 76 persen, kalau punya 100 ekor, 76 yang bertelur. Kalau ayam kampung biasa 40 persen kurang. Maka saya berani katakan ini baru pertama di muka bumi, ada ayam kampung petelur super, mampu menghasilkan telur lebih dari 60 persen,” jelasnya. Suyatno menjelaskan, bahwa gen ayam kampung petelur super ciptaannya juga tidak memerlukan pakan yang berkualitas dan berlebih. Hal ini seperti pada pemeliharaan ayam kampung pada umumnya, sehingga bisa menekan biaya pakan.
“Ayam kampung itu keuntungannya, dengan pemeliharaan yang jelek, manajemen yang jelek, pakan yang jelek, masih mampu berproduksi dengan baik, kalau ayam ras tidak bisa, pakannya harus bagus, dikasih macam-macam,” katanya.
Sejauh ini, populasi ayam kampung petelur super hasil ciptaannya masih 100 ekor. Dia berencana untuk memasarkan telur ayam fertil dari gen tersebut sehingga diharapkan semakin banyak peternak ayam kampung petelur.
“Kalau telur fertilnya rencana dijual harga Rp 5 ribu per telur,” katanya.
Suyatno memerlukan waktu sekitar 5 tahun untuk menciptakan gen ayam tersebut. Dia meneliti sejak tahun 2019 lalu dengan seleksi dan pengaturan jalur perkawinan untuk menciptakan strain baru jenis ayam kampung petelur super.
Prosesnya menggunakan kombinasi beberapa sistem breeding seperti cross breeding, reciprocal cross, dan outbreeding. Begitupun dengan program seleksi yang tepat, seperti seleksi berat badan umur tiga bulan. Finalnya adalah strain baru ayam petelur yang diberi nama UMMChick.
Ia mendesain perkawinan silang induk ayam kampung dari beberapa wilayah di Jawa Timur untuk menciptakan strain baru yang memiliki keunggulan dalam memproduksi telur.
“Ada empat jenis ayam dari beberapa wilayah di Jawa Timur yang disilangkan yaitu ayam kampung putih, ayam kampung lurik merah, ayam kampung ranupane, dan wareng,” katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Dosen UMM Malang Ciptakan Gen Ayam Kampung Super, Bisa Produksi Telur Setiap Hari”,