ppmindonesia.com-Jakarta– Dalam upaya memperluas sumber pendapatan dan mendukung kegiatan sosial, dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, mulai melakukan diversifikasi bisnis mereka ke sektor-sektor strategis. NU baru-baru ini mengumumkan langkahnya untuk masuk ke industri pertambangan, sementara Muhammadiyah tengah membidik sektor perbankan syariah.
Ketua Umun Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yaqut Cholil Qoumas alias Gus Yahya menyambut positif pemberian izin wilayah usaha pertambangan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo kepada lembaganya. Ia pun berterima kasih atas pemberian izin wilayah usaha pertambangan tersebut.
Gus Yahya mengatakan sejak periode kepengurusannya di PBNU, organisasi ini membentuk koperasi. Mereka berkeinginan agar koperasi tersebut nantinya dapat bekerja sama dengan perusahaan baru yang akan mereka bentuk. Perseroan ini akan berbadan hukum, yang beranggotakan perkumpulan warga NU. “Perusahaan ini diberbagai bidang, ada bidang ritel, perdagangan,” kata Gus Yahya.
Ia berharap perusahaan tersebut akan menghasilkan pendapatan bagi PBNU. Gus Yahya juga menjamin hasil dari perusahaan tersebut akan disalurkan untuk kebutuhan organisasi dan umat
Ia menjelaskan, lebih dari setengah penduduk Indonesia merupakan nahdliyin –sebutan warga NU. Nahdlatul Ulama memiliki pesantren maupun madrasah mencapai 30 ribu unit. Sehingga untuk mengelola pesantren dan madrasah tersebut, PBNU membutuhkan sumber daya dan pendanaan.
Sementara itu, Muhammadiyah yang dikenal dengan jaringan pendidikan dan kesehatannya yang luas, kini mengarahkan fokusnya pada sektor perbankan syariah. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menjelaskan bahwa langkah ini diambil untuk memperkuat perekonomian umat dan menyediakan alternatif perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah.
“Bank syariah merupakan instrumen penting dalam perekonomian Islam. Dengan mengembangkan bank syariah, kami berharap dapat memberikan kontribusi nyata bagi peningkatan kesejahteraan umat dan mendukung kegiatan ekonomi yang lebih beretika dan berkelanjutan,” jelas Haedar Nashir.
Haedar menambahkan bahwa Muhammadiyah memiliki pengalaman panjang dalam mengelola lembaga keuangan syariah melalui koperasi-koperasi syariah yang sudah berjalan.
“Kami optimis bahwa dengan pengalaman dan jaringan yang luas, Muhammadiyah mampu mengembangkan bank syariah yang profesional dan kompetitif,” ujarnya.
Langkah diversifikasi bisnis oleh kedua organisasi ini mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan. Para pengamat ekonomi menilai bahwa masuknya NU ke sektor pertambangan dan langkah Muhammadiyah ke sektor perbankan syariah dapat menjadi contoh bagi organisasi lainnya untuk terus berinovasi dalam mencari sumber pendanaan yang mandiri dan berkelanjutan.
Dengan demikian, baik NU maupun Muhammadiyah diharapkan dapat terus berperan aktif dalam pembangunan ekonomi dan sosial di Indonesia, sekaligus memperkuat posisi mereka sebagai organisasi yang tidak hanya berfokus pada aspek keagamaan, tetapi juga berkontribusi pada kemajuan ekonomi bangsa.(ppm)