Alif Purnomo, salah satu Wakil Sekretaris Jenderal PPM, baru saja menyelesaikan studi Magisternya dengan cemerlang. Dalam Sidang Magister yang diadakan pada tanggal 28 Juni 2024, Alif mempresentasikan tesisnya yang berjudul “Implementasi Multiple Intelligences untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di School of Human, Kota Bekasi, Sebuah Kajian Komparatif
ppmindonesia.com, Jakarta- Dalam upaya menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan memberdayakan, sebuah riset baru sedang mengembangkan penerapan model kecerdasan jamak (Multiple Intelligences) di sekolah-sekolah. Riset ini bertujuan untuk menggali potensi unik setiap siswa dan membantu mereka merancang masa depan yang cerah dan sesuai dengan bakat mereka.
Riset ini didasarkan pada kritik terhadap penggunaan tes Intelligence Quotient (IQ) tradisional yang kerap kali dianggap diskriminatif dan tidak adil. Tes Intelligence Quotient (IQ) yang diperkenalkan oleh Alfred Binet pada awal 1900-an telah menghasilkan penilaian kecerdasan yang sangat beragam, mulai dari yang paling berbakat hingga yang paling tidak berbakat. Akibatnya, banyak siswa yang merasa tertekan dan kurang dihargai.
Mengambil inspirasi dari teori Multiple Intelligences (MI) yang diperkenalkan oleh Howard Gardner pada tahun 1983, riset ini memperkenalkan pendekatan baru dalam menilai dan mengembangkan kecerdasan siswa. Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang bernilai dalam suatu budaya. Dia mengidentifikasi bahwa kecerdasan bersifat jamak, dengan sembilan jenis kecerdasan yang berbeda, dan kemungkinan masih banyak lagi yang belum teridentifikasi.
Riset ini menggunakan instrumen Multiple Intelligences Research (MIR) untuk menilai jenis kecerdasan dominan yang dimiliki siswa. Berdasarkan hasil penilaian ini, sekolah akan bekerja atas dasar peta kecerdasan yang dimiliki untuk merancang kurikulum dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kekuatan dan minat setiap siswa.
Peneliti utama dari riset ini menyatakan, “Tujuan utama kami adalah menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan adil. Dengan mengakui dan menghargai berbagai bentuk kecerdasan, kita dapat membantu setiap anak berkembang sesuai dengan bakat dan minat mereka, tanpa harus terikat oleh label-label yang merugikan.”
Model pendidikan berbasis Multiple Intelligence (MI) ini diharapkan dapat mengubah paradigma pendidikan saat ini. Dengan pendekatan yang lebih holistik dan individual, setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk sukses dan diakui keunikan mereka. Uji coba model ini di beberapa sekolah menunjukkan hasil yang menjanjikan, dengan siswa merasa lebih dihargai dan termotivasi, serta menunjukkan peningkatan dalam prestasi akademik dan keterampilan sosial.
“Dengan mendukung berbagai kecerdasan, kita menciptakan lingkungan belajar yang lebih kaya dan beragam,” tambah peneliti tersebut. “Harapan kami, model ini dapat diadopsi secara luas dan menginspirasi perubahan positif dalam sistem pendidikan kita.”
Melalui penerapan model kecerdasan jamak, dunia pendidikan diharapkan dapat bergerak menuju masa depan yang lebih inklusif, di mana setiap anak dapat menemukan dan mengembangkan potensinya dengan cara yang paling alami dan efektif. Dengan demikian, mereka dapat merancang masa depan yang cerah dan sesuai dengan bakat dan minat mereka, memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat dan budaya mereka.(ppm)