Scroll untuk baca artikel
BeritaInternasional

Transformasi BRICS: Dari Slogan ke Realitas, Potensi Konflik di KTT Johannesburg

301
×

Transformasi BRICS: Dari Slogan ke Realitas, Potensi Konflik di KTT Johannesburg

Share this article
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping setelah upacara penandatanganan yang diadakan di Aula Besar Rakyat di Beijing, China, 14 April 2023./Reuters/Pool
Example 468x60

ppmindonesia.com, Jakarta-Saat ini, kelompok negara berkembang BRICS yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan telah bertransformasi dari yang awalnya hanya slogan yang diimpikan oleh sebuah bank investasi, menjadi sebuah kelompok nyata yang turut mengendalikan bank pembangunan raksasa. Melansir Bloomberg, Senin (29/5/2023), awalnya mungkin terasa aneh melihat China yang dikuasai Partai Komunis merangkul kesombongan Wall Street. Namun, kini sejumlah negara dari berbagai latar belakang politik, termasuk Iran dan Arab Saudi, mulai mengajukan diri untuk bergabung. Hal tersebut membuat timbul potensi konflik dalam KTT BRICS yang akan digelar pada 22 hingga 24 Agustus 2023 di Johannesburg.

Sejarah Berdirinya BRIC(S)

Mulanya, BRIC dicetuskan oleh ekonom Jim O’Neill, yang saat itu bekerja di Goldman Sachs Group Inc pada 2001, untuk menarik perhatian terhadap tingkat pertumbuhan yang kuat di Brasil, Rusia, India, dan China. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan pandangan optimis kepada para investor di tengah keraguan pasar setelah serangan teroris di Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001. Empat negara terkait akhirnya merealisasikan ide tersebut atas dasar kepentingan bersama.

BRIC telah bekerja sama dalam berbagai forum seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan yakin bahwa peran mereka dalam dunia yang didominasi oleh AS akan lebih besar jika suara mereka digabungkan. Rapat pertama para menlu BRIC digelar oleh Rusia di tengah-tengah Sidang Umum PBB pada tahun 2006, sedangkan pertemuan puncak yang melibatkan para pemimpinnya digelar pertama kali pada 2009. Afrika Selatan kemudian diundang untuk bergabung dalam kelompok tersebut pada akhir 2010, sehingga terbentuklah BRICS.

Fungsi dan Tujuan BRICS

Prestasi nyata terbesar BRICS ada di bidang keuangan. Negara-negara tersebut telah sepakat untuk mengumpulkan senilai $100 miliar, yang bisa dipinjamkan kepada satu dengan yang lainnya selama keadaan darurat. Mereka juga mendirikan Bank Pembangunan Baru, lembaga yang terinspirasi oleh Bank Dunia dan telah menyetujui lebih dari US$30 miliar pinjaman untuk berbagai proyek seperti infrastruktur air dan transportasi sejak mulai beroperasi pada tahun 2015. BRICS berencana untuk mendiskusikan kelayakan mata uang bersama pada tahun ini.

India dan China memiliki hubungan perdagangan yang lemah satu sama lain, sebagian karena persaingan politik dan perselisihan wilayah yang sengit. Adapun hambatan terbesar yang dihadapi oleh negara-negara tersebut antara lain adalah perbedaan kepentingan dalam isu-isu politik dan keamanan termasuk hubungan dengan AS hingga sistem pemerintahan dan ideologi yang berbeda.

Pemegang Tanggung Jawab di BRICS

Dari segi ekonomi, produk domestik bruto China lebih dari dua kali lipat lebih besar daripada gabungan keempat anggota lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa China memberikan pengaruh yang paling besar. Namun, perlahan-lahan India telah melampaui China dalam tingkat populasi, dan menjadi penyeimbang.

Secara resmi, BRICS belum mendukung dorongan pembangunan besar-besaran China yang disebut Inisiatif Sabuk dan Jalan, sebagian karena India keberatan dengan proyek-proyek infrastruktur Sabuk dan Jalan di Pakistan, negara tetangga sekaligus saingan beratnya. Di Bank Pembangunan Baru, tidak ada pemegang saham yang dominan. Beijing menyetujui kepemilikan setara yang dianjurkan oleh New Delhi. Bank ini berkantor pusat di Shanghai, tetapi telah dipimpin oleh seorang India dan sekarang, mantan Presiden Brasil Dilma Rousseff.

Keanggotaan Rusia dalam BRICS

Hingga saat ini, Rusia masih menjadi anggota BRICS, terlepas dari invasinya ke Ukraina pada tahun 2022. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) para pemimpin BRICS yang diadakan tahun lalu digelar secara daring, Putin pun turut hadir. Sementara itu, anggota BRICS lainnya memilih untuk bersikap netral terhadap perang tersebut, dan menganggapnya sebagai masalah regional dan bukan krisis global. Namun, perang tersebut telah mengubah hubungan Rusia dengan lembaga-lembaga BRICS. The New Development Bank dengan cepat membekukan proyek-proyek Rusia dan Moskow tidak dapat mengakses dolar melalui sistem mata uang asing bersama BRICS.

Perbandingan BRICS dengan Organisasi Lain (G20 atau Global South)

Secara umum, BRICS serupa dengan berbagai kelompok seperti G20 yang mewakili pergerakan menuju dunia yang lebih bersifat multipolar serta menjauhi dunia yang didominasi oleh Amerika Serikat sejak berakhirnya Perang Dingin.

Siapa saja yang ingin bergabung dengan BRICS?

Sekitar 19 negara telah menyatakan ketertarikannya. 13 di antaranya telah meminta untuk bergabung, termasuk Arab Saudi dan Iran. Sementara itu, negara lain yang telah menyatakan minatnya termasuk Argentina, Uni Emirat Arab, Aljazair, Mesir, Bahrain, dan Indonesia, bersama dengan dua negara dari Afrika Timur dan satu negara dari Afrika Barat yang tidak disebutkan. Bagi para anggota baru, menjadi bagian dari BRICS merupakan bagian dari pengaruh diplomatik mereka dan membuka peluang perdagangan serta investasi yang menguntungkan.

Apakah dana BRICS masih ada atau konsepnya telah mati sebagai strategi investasi?

Hingga saat ini masih ada minat yang besar terhadap pasar-pasar negara berkembang di antara para investor. Hanya saja BRICS tidak begitu relevan sebagai tema investasi saat ini akibat perubahan geopolitik dan lintasan ekonomi para anggotanya yang berbeda. Menurut Bloomberg Intelligence, BRICS mempunyai kinerja yang lebih rendah daripada negara-negara berkembang lainnya selama lima tahun terakhir. Amerika Serikat telah membuat Rusia tidak dapat diinvestasikan, dan sejumlah bagian dari China terutama perusahaan-perusahaan teknologi juga telah terkena sanksi atau menghadapi potensi larangan investasi.

Pandangan Para Ahli

Pakar Ekonomi Internasional Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Rossanto Dwi Handoyo SE MSi PhD, mengatakan bahwa sebagai mata uang internasional, Dolar AS memiliki volatilitas atau fluktuasi nilai terhadap mata uang lain yang cukup tinggi. Setiap kebijakan yang diambil oleh Amerika akan berpengaruh kepada lainnya.

“Seperti sekarang, Amerika sedang inflasi domestik yang cukup tinggi di atas sepuluh persen, lalu ada respon oleh bank sentral Amerika dengan menaikan suku bunga. Otomatis ini akan berpengaruh dengan mata uang Dolar dan pasar valas di dunia,” ujarnya.

BRICS Organisasi Tidak Mengikat

Prof Rossanto juga menuturkan bahwa sebenarnya di dalam BRICS pun tidak ada kesepakatan yang mengikat satu sama lain. Namun, negara yang tergabung di dalamnya memang negara yang memiliki porsi perdagangan yang cukup besar sehingga mampu mempengaruhi dunia. Walaupun tidak mengikat, tegasnya, BRICS memiliki tujuan yang sama, yaitu mengurangi risiko penggunaan mata uang asing, dalam hal ini Dolar AS.

“BRICS itu bukan seperti kita di Asia Tenggara, kita kan kumpulan mengikat seperti ASEAN. ASEAN itu kalau kita sudah menetapkan tarif untuk barang industri sebesar nol persen, maka barang yang masuk harus nol persen, mengikat,” tambahnya.

Dolar AS Masih Tidak Tergoyahkan

Menurut Prof Rossanto, dengan kekuatan Dolar AS yang cukup kuat hingga kini, penggunaan mata uang lokal bagi transaksi beberapa negara tidak akan membuat hegemoni Dolar AS hilang. Butuh waktu yang cukup panjang untuk mampu menggantikan Dolar AS. Apalagi kondisi ekonomi pun bisa terpengaruh dengan perubahan politik.

Pada akhirnya, BRICS pun akan mengalami kegalauan tersendiri dengan hadirnya Rusia dengan kegoncangan politiknya. Rusia yang sedang mendapatkan banyak sanksi internasional akan menyulitkan banyak negara untuk bertransaksi secara langsung dengan negeri beruang merah tersebut.

“Justru yang perlu diperhatikan adalah bagaimana setiap negara mampu menjamin sistem ekonomi makronya berjalan baik. Pengelolaan manajemen fiskalnya juga baik sehingga bisa menjaga stabilitas,” tutupnya.

Dengan potensi konflik yang ada dan tantangan yang dihadapi, KTT BRICS di Johannesburg akan menjadi momen krusial untuk menentukan arah masa depan kelompok ini.(ppm)

Referensi:

Example 120x600