ppmindonesia.com, Jakarta- Al-Qur’an, sebagai kitab suci umat Islam, tidak hanya berisi hukum dan pedoman hidup, tetapi juga mengandung ajaran mendalam tentang Rahmat Allah. Rahmat, yang berarti kasih sayang dan pengampunan, merupakan salah satu sifat Allah yang paling utama, yang mencerminkan sifat-Nya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dalam konteks kehidupan manusia, Rahmat Allah memiliki peranan penting yang tidak bisa diabaikan, mengingat segala kelemahan dan keterbatasan yang dimiliki oleh seorang hamba.
Dalam surah Al-A’raf (7:56), Allah berfirman, “Dan janganlah kamu menjarah (menciptakan kerusakan) di bumi setelah Allah memperbaikinya, dan carilah kebahagiaan dengan apa yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu berbuat keburukan di muka bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.” Ayat ini menunjukkan bahwa Rahmat Allah hadir untuk mendorong manusia bergerak menuju kebaikan dan memperbaiki diri. Ketika kita mematuhi perintah-Nya dan berusaha menjauhi kemaksiatan, kita akan merasakan kehadiran Rahmat-Nya dalam kehidupan kita.
Kecenderungan manusia untuk berbuat jahat dan melawan norma sering kali menjadi tantangan dalam hidup. Dalam surah Yusuf (12:53), Allah menegaskan bahwa “Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
” Ini menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang terlepas dari pengaruh negatif dalam dirinya. Namun, dengan Rahmat Allah, kita diberikan kesempatan untuk mengendalikan nafsu tersebut dan kembali pada jalan yang benar.
Rahmat Allah juga menjadi harapan bagi setiap jiwa yang tersesat. Dalam surah Al-Zumar (39:53), Allah berfirman, “Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu. Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini ada kebaikan, dan di bumi Allah ada tempat yang luas.
Sesungguhnya, hanya orang-orang yang sabar akan diberikan pahala tanpa batas.’” Dalam ayat ini, Allah mengingatkan kita bahwa meskipun kita mungkin telah melakukan kesalahan, pintu pengampunan-Nya selalu terbuka bagi mereka yang taat dan bertobat.
Salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Rahmat Allah adalah melalui penghayatan terhadap Al-Qur’an. Dalam surah Al-A’raf (7:204), Allah memerintahkan, “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat.
” Mendengarkan firman Allah dengan penuh perhatian adalah salah satu cara untuk menarik Rahmat-Nya. Ketika kita membuka hati dan pikiran untuk menerima petunjuk-Nya, kita mengundang rahmat dan bimbingan dalam setiap aspek kehidupan.
Peran masyarakat juga sangat penting dalam membentuk lingkungan yang penuh dengan Rahmat. Dalam surah Al-Anfal (8:61), Allah berfirman, “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” Masyarakat yang saling mendukung dan mengingatkan satu sama lain untuk berbuat baik akan semakin memperluas jangkauan Rahmat Allah.
Kesaksian Al-Qur’an tentang pentingnya Rahmat Allah adalah pesan yang harus selalu kita ingat dan laksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Rahmat-Nya bukan hanya menyelamatkan kita dari keburukan tetapi juga mendorong kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain. Melalui kedisiplinan dalam beribadah, menjalani kehidupan dengan penuh rasa syukur, dan saling membantu dalam komunitas, kita dapat merasakan kehadiran Rahmat Allah yang abadi dalam hidup kita.
Dengan demikian, marilah kita terus berupaya untuk mengaitkan setiap langkah kita dengan rahmat dan kasih sayang Allah, menjadikan hidup ini lebih bermakna dan penuh kebaikan.(husni fahro-asyary)