Scroll untuk baca artikel
BeritaNasional

Inovasi Biostimulan Berbasis Rumput Laut: Solusi Usup Supriyatna untuk Budidaya Perikanan yang Lebih Efisien

180
×

Inovasi Biostimulan Berbasis Rumput Laut: Solusi Usup Supriyatna untuk Budidaya Perikanan yang Lebih Efisien

Share this article
Direktur Jenderal PDSPKP KKP Budi Sulistyo bersama Ketua Koperasi Produsen Mina Agar Makmur, Usup Supriyatna saat mengecek tambak rumput laut jenis gracilaria di Karawang, Jawa Barat. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Example 468x60

ppmindonesia.com, KarawangUsup Supriyatna, seorang produsen biostimulan berbasis rumput laut pertama di Indonesia, awalnya kesulitan mengatasi masalah kualitas air dalam budidaya ikan sidat di kolam biofloknya. Meskipun telah mencoba berbagai jenis prebiotik, hasilnya tetap tidak memuaskan. Hingga akhirnya, Usup bertemu dengan Prof. Jasmal Basmal, Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat BRIN. Dari pertemuan tersebut, tercetuslah ide untuk memanfaatkan rumput laut gracilaria yang dibudidayakan Usup sebagai bahan baku biostimulan yang juga berfungsi sebagai prebiotik.

Menurut Usup, biostimulan tersebut memiliki dua fungsi utama: menjernihkan air kolam dan mendorong pertumbuhan ikan. Setelah diaplikasikan dalam kolam biofloknya, hanya dalam tiga hari, kualitas air yang keruh akibat sisa pakan yang tidak terurai membaik secara signifikan. Biostimulan ini juga terbukti efektif untuk budidaya udang.

Prof. Jasmal menambahkan bahwa biostimulan berbasis rumput laut ini bertindak sebagai prebiotik yang membantu ikan mencerna pakan dengan lebih baik. Dengan demikian, jumlah feses yang dihasilkan berkurang, kadar amonia menurun, dan pertumbuhan ikan menjadi lebih optimal. Pengujian di kolam bioflok Usup menunjukkan bahwa air benar-benar bebas amonia, dengan hasil uji menunjukkan warna kuning keorenan, yang mengindikasikan tidak ada amonia.

Keberhasilan biostimulan ini juga dirasakan oleh pembudidaya ikan bandeng, Mursin. Setelah menggunakan biostimulan berbasis rumput laut, ikan bandeng yang dibudidayakannya tumbuh lebih cepat dan besar, dengan kebutuhan pakan yang lebih sedikit.

Saat ini, produksi biostimulan Usup mencapai 1.000 liter per bulan, yang membutuhkan 60 kg rumput laut gracilaria basah. Produk biostimulan ini tidak hanya digunakan untuk ikan bandeng dan udang, tetapi juga bisa diaplikasikan pada rumput laut itu sendiri. Usup berharap inovasi ini dapat terus berkembang dan memberikan dampak positif bagi budidaya perikanan di Indonesia. (mhasan)

Referensi : https://www.cnbcindonesia.com/news

Example 120x600