“Alhakumut Takatsur” – Kelalaian Akibat Mengejar yang Berlebih, Surat At-Takatsur (QS 102:1-2),
ppmindonesia.com, Jakarta– Dalam surah At-Takatsur (QS 102:1-2), Allah mengingatkan manusia bahwa kelalaian mereka disebabkan oleh dorongan untuk selalu mendapatkan lebih banyak. Keinginan untuk memperoleh sesuatu dalam jumlah besar bukanlah hal yang salah atau dilarang. Namun, tanpa kendali yang tepat, kecenderungan ini dapat menjerumuskan seseorang dalam kelalaian yang panjang hingga ajal tiba, tanpa ia menyadari bahwa waktunya di dunia telah berakhir.
Al-Qur’an memberi pedoman untuk menjaga diri dari sikap tersebut. Dalam QS 15:88, Allah melarang memanjangkan angan-angan dan hasrat berlebihan terhadap kenikmatan dunia seperti yang dinikmati orang lain. Hal ini mengingatkan bahwa iri hati terhadap kekayaan atau keberuntungan orang lain bisa menjadi jebakan, seperti terlihat dalam kisah Qorun. Di QS 28:76-79, Allah menceritakan bagaimana banyak orang berharap memiliki kekayaan seperti Qorun, yang akhirnya menjerumuskan mereka pada kesalahan fatal.
Kehidupan dunia memang menawarkan pesona dan kemewahan yang sering kali membuat manusia kehilangan kesadaran akan pentingnya akhirat. Terlalu mencintai dunia bisa membalikkan hati manusia, bahkan membuat seseorang yang beriman tergelincir menjadi kufur. Al-Qur’an menegaskan hal ini dalam QS 16:106-107, bahwa kecintaan yang berlebihan pada dunia bisa menyebabkan seseorang meninggalkan keimanannya demi kenikmatan fana.
Agar tidak terperdaya oleh godaan dunia, Al-Qur’an memberikan arahan praktis dalam QS 28:77. Manusia diperintahkan untuk mengutamakan kehidupan akhirat sebagai prioritas utama, tanpa melupakan kebutuhannya di dunia. Keseimbangan ini penting, sebab Allah tidak menghendaki manusia melupakan dunia sepenuhnya, namun kehidupan dunia seharusnya dipandang sebagai sarana, bukan tujuan.
Dalam konteks Alhakumut Takatsur, pesan yang jelas adalah bahwa lalai dalam mengejar dunia bisa berujung pada penyesalan saat kematian tiba. Hal ini diperkuat dengan peringatan dalam QS 107:1-7 tentang mereka yang hidup tanpa kepedulian sosial, hanya mengejar materi, dan mengabaikan kewajiban kepada sesama.
Akhirnya, manusia harus cerdas dalam menempatkan kehidupan dunia dan akhirat pada posisi yang tepat. Kehidupan dunia tidak dilarang, tetapi harus dikendalikan agar tidak menjadi penghalang menuju kebahagiaan abadi di akhirat. Tanpa kendali ini, bahkan seorang mukmin bisa terjerumus dalam kekufuran, seperti diperingatkan dalam QS 16:106-107. Prioritas sejati adalah kehidupan akhirat, namun tetap memperhatikan dunia dengan bijak, sesuai petunjuk QS 28:77. (husni fahro)