Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Maka Perangilah Kepemimpinan Setan

373
×

Maka Perangilah Kepemimpinan Setan

Share this article
Ilutrasi ketidakpuasan kepada kepemimpinan yang tidak adil (ppm.doc)

Faqtulū Auliyā’ Asy-Syaithān  Qs, 4:76

ppmindonesia.com, Jakarta- Dalam rangkaian ayat-ayat Al-Qur’an, larangan berbuat kerusakan dan perintah untuk memerangi setan merupakan dua bagian tak terpisahkan dalam menjaga umat dari kebinasaan spiritual. Setelah sebelumnya dibahas larangan berbuat kerusakan (fasād), kini Al-Qur’an dalam QS 4:76 memerintahkan untuk memerangi auliya’ asy-syaithan. Agar perintah ini dapat dipahami dengan jelas, penting untuk mengetahui siapa atau apa yang dimaksud dengan auliya’ asy-syaithan dan bagaimana peran mereka sebagai kepemimpinan setan.

Kepemimpinan Setan dan Cara Kerjanya

Pada dasarnya, setan, baik dari golongan jin maupun manusia (QS 6:112), bekerja dengan tipu daya melalui apa yang disebut sebagai “zukhrufal qauli ghurura”—perkataan yang indah namun menipu. Mereka mendatangi manusia dari segala arah, berusaha menguasai kehidupan manusia dalam aspek harta dan anak keturunan, serta menggiring mereka untuk jauh dari jalan Allah. Hanya orang-orang yang benar-benar ikhlas yang mampu lolos dari jebakan setan.

Namun, Al-Qur’an menegaskan bahwa yang harus diperangi bukan hanya individu-individu setan, melainkan sistem kepemimpinan setan—yaitu mekanisme yang secara terstruktur menjauhkan manusia dari peringatan Allah. Oleh karena itu, auliya’ asy-syaithan tidak merujuk pada satu sosok tertentu, melainkan pada suatu sistem atau struktur kekuasaan yang digerakkan untuk mengalihkan manusia dari ajaran Allah dan mengarahkan mereka pada jalan kesesatan.

Hizbus Syaithan – Golongan Setan

Dalam QS 58:19, Al-Qur’an menggambarkan bahwa mereka yang tergolong dalam hizbus syaithan adalah orang-orang yang telah dilupakan dari peringatan Allah. Mereka bukan hanya berasal dari bangsa jin, tetapi juga dari manusia. Kepemimpinan setan ini muncul dalam bentuk ideologi atau sistem yang secara halus namun sistematis menjauhkan umat dari ajaran Allah.

Sistem Kepemimpinan Setan dalam Berbagai Aspek Kehidupan

Sistem ini bisa lahir melalui peraturan perundang-undangan, budaya, pendidikan, atau bentuk mekanisme lain yang berpotensi mengelakkan manusia dari peringatan Allah. Dalam praktiknya, aturan-aturan tersebut tidak hanya menyalahi ajaran Islam, tetapi juga menyebarkan nilai-nilai yang mengajak pada perbuatan fahsya (kebejatan) dan munkar (kemungkaran).

Oleh karena itu, memerangi auliya’ asy-syaithan berarti melawan setiap sistem atau kebijakan yang menggerakkan umat menuju kesesatan. Ini bukan hanya tentang menolak individu atau kelompok tertentu, melainkan membangun kesadaran kolektif untuk menolak dan melawan tatanan yang menjauhkan umat dari petunjuk Allah.

Perlawanan Terhadap Kepemimpinan Setan

Perintah Al-Qur’an untuk memerangi auliya’ asy-syaithan (QS 4:76) harus dimaknai sebagai seruan untuk melawan kekuatan sistemik yang menyimpangkan manusia dari jalan Allah. Sistem ini dapat muncul dalam bentuk aturan-aturan yang seolah-olah terlihat sah dan legal tetapi berpotensi mengikis nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, umat harus waspada dan berupaya untuk menghadang setiap kebijakan atau ajaran yang bertentangan dengan perintah Allah, baik melalui pendidikan, budaya, maupun politik.

Tidak ada pengumuman resmi atau pelantikan “pimpinan setan” dalam bentuk manusia atau jin. Sebaliknya, kepemimpinan setan adalah mekanisme struktural yang mengalihkan umat dari kebenaran. Ini mengharuskan setiap orang beriman untuk membangun kekuatan kolektif dalam mencegah kerusakan sosial dan moral serta menjaga agar ajaran Allah tetap menjadi pedoman utama.

Kesimpulan

Perintah faqtulū auliyā’ asy-syaithān dalam QS 4:76 adalah seruan untuk melawan sistem kepemimpinan setan yang menyesatkan manusia secara kolektif. Kepemimpinan setan bukanlah sosok individual, tetapi berupa sistem atau tatanan yang menjauhkan manusia dari peringatan Allah. Setiap bentuk aturan atau budaya yang menyimpangkan umat harus dilawan dengan cerdas dan sistematis agar umat tidak terperangkap dalam jebakan kesesatan. Dengan demikian, melawan auliya’ asy-syaithan adalah kewajiban setiap Muslim untuk memastikan bahwa kehidupan sosial, pendidikan, dan budaya tidak keluar dari ajaran Allah dan tetap berjalan dalam kebenaran yang lurus.(husni fahro)

 

Example 120x600