ppmindonesia.com, Jakarta– Dalam QS 2:45,” Lakabirotun Illa ‘Alal Khosyi’in” Allah menegaskan bahwa memohon pertolongan melalui kesabaran dan shalat merupakan perkara yang tidak mudah. Perintah tersebut disebut sebagai hal berat (kabiirah), kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. Ayat berikutnya, QS 2:46, memperjelas bahwa orang khusyuk adalah mereka yang yakin bahwa mereka akan menemui Tuhan mereka dan akan kembali kepada-Nya.
Makna Khusyuk Menurut Al-Qur’an
Khusyuk dalam Al-Qur’an bukan sekadar kondisi fisik seperti memejamkan mata atau mengikuti bacaan dengan penuh konsentrasi. Khusyuk adalah sikap batin yang memancarkan ketundukan dan kepatuhan total kepada Allah. Hal ini menjadi bagian yang banyak diperbincangkan oleh umat beragama, terutama karena khusyuk dalam shalat sering dijadikan tujuan spiritual.
Namun, definisi khusyuk dalam QS 2:46 lebih mendalam daripada sekadar konsentrasi saat shalat. Khusyuk adalah kesadaran yang berakar kuat pada keyakinan bahwa seseorang pasti akan menemui Allah dan kembali kepada-Nya. Maka, khusyuk bukan hanya soal ibadah ritual, tetapi kesadaran penuh dalam menjalani kehidupan, yang mendorong seseorang untuk mempersiapkan bekal terbaik untuk perjumpaannya dengan Allah.
Konsekuensi dari Sikap Khusyuk
Orang yang benar-benar khusyuk tidak hanya fokus pada shalat, tetapi juga akan berbenah diri secara menyeluruh. Ia berupaya maksimal untuk meningkatkan kualitas iman dan amal sebagai bekal kehidupan akhiratnya. Ia sadar akan perintah dalam QS 28:77 untuk memprioritaskan kehidupan akhirat dan memastikan bahwa segala perbuatannya sejalan dengan nilai-nilai iman.
Khusyuk juga memiliki implikasi etis dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang khusyuk tidak akan berani melanggar hukum atau melakukan kejahatan, karena kesadaran bahwa ia akan kembali kepada Tuhannya mencegahnya dari perbuatan buruk. Hal ini menegaskan bahwa orang yang khusyuk memiliki karakter iman yang kuat, sehingga ia senantiasa meningkatkan martabat pengabdiannya kepada Allah dan menghindari segala bentuk kekafiran.
Hubungan Khusyuk dengan Iman yang Kuat
Orang yang khusyuk memiliki pola hidup yang serupa dengan orang yang keimanannya telah tertanam kokoh dalam hatinya, seperti digambarkan dalam QS 49:7. Bagi orang seperti ini, iman terasa indah di mata dan hatinya, sementara kekafiran dan kemaksiatan sangat ia benci. Dengan kesadaran ini, ia akan selalu berusaha meningkatkan ketahanan imannya dan memastikan bahwa semua tindakannya adalah bentuk pengabdian kepada Allah.
Sabar dan Shalat sebagai Sarana Memohon Pertolongan
QS 2:45 mengajarkan bahwa sabar dan shalat adalah dua kondisi penting di mana seseorang dapat mengajukan permohonan pertolongan kepada Allah. Namun, mencapai tingkat kesabaran dan shalat yang benar-benar efektif bukanlah hal yang mudah. Ini hanya mungkin bagi orang-orang yang memiliki kesadaran khusyuk—yakni, mereka yang benar-benar yakin bahwa hidup ini sementara dan semua manusia akan kembali kepada Tuhannya.
Orang yang tidak memahami khusyuk dalam makna Al-Qur’an sering mengaitkannya hanya dengan shalat dan aspek-aspek ritual belaka. Padahal, khusyuk mencakup seluruh aspek kehidupan. Dengan keyakinan bahwa ia akan menemui Allah, seseorang yang khusyuk akan hidup dengan penuh tanggung jawab, berusaha menghindari dosa, dan selalu memperbaiki diri.
Kesimpulan
Khusyuk bukan sekadar konsentrasi dalam shalat, melainkan sikap hidup yang menyeluruh. Khusyuk berarti memiliki keyakinan mendalam bahwa kita akan bertemu dan kembali kepada Allah. Keyakinan ini mendorong seseorang untuk memperkuat keimanannya dan menjalani hidup dengan penuh kesadaran, selalu mengutamakan akhirat, dan menjauhkan diri dari dosa.
Dengan kesadaran ini, seorang yang khusyuk akan menjalani hidupnya dalam ketaatan penuh kepada Allah, menjadikan iman sebagai hiasan hatinya, dan benci terhadap segala bentuk kekafiran. Inilah makna khusyuk sejati, yang melampaui sekadar ritual ibadah dan melibatkan seluruh aspek kehidupan sebagai bentuk persiapan untuk kembali kepada Sang Pencipta (husni fahro)