Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Memaknai Ghaib: Kunci Ketaatan yang Sempurna

358
×

Memaknai Ghaib: Kunci Ketaatan yang Sempurna

Share this article
Makna "Bil Ghaib" dalam Al-Qur'an: Keimanan Sejati dalam Ketidakterawasi (ppm.doc)

Dalam surah Yasin (36:11), Allah berfirman: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan takut kepada Ar-Rahman dengan ghaib (bil ghaib) yang dapat diberi peringatan. Maka, berilah kabar gembira kepadanya dengan ampunan dan pahala yang mulia.”

ppmindonesia.com, Jakarta, Ayat ini mengisyaratkan bahwa orang yang patuh pada peringatan adalah mereka yang memiliki rasa takut kepada Allah bil ghaib, yaitu ketika mereka tidak sedang terawasi atau berada di luar pantauan manusia. Orang-orang ini tetap setia dan teguh dalam mengikuti perintah Allah meskipun tidak ada pengawasan langsung, menunjukkan integritas sejati. Mereka inilah yang akan memperoleh ampunan (maghfirah) dan diberi kabar gembira berupa kemuliaan di akhirat.

Penggunaan istilah “bil ghaib” dalam ayat ini menekankan bahwa ketaatan yang sejati bukan hanya ketika seseorang diawasi, melainkan juga dalam situasi yang bebas dari pengamatan. Pertanyaannya, bagaimana dengan penggunaan istilah serupa dalam ayat lain, seperti dalam surah Al-Baqarah (2:3):

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dengan ghaib (yu’minuna bil ghaib).”

Apakah ayat ini lebih tepat dimaknai sebagai “beriman dengan ghaib” daripada sekadar “beriman kepada yang ghaib”?

Beriman Dengan Ghaib

Memahami keimanan “bil ghaib” sebagai “beriman dengan ghaib” berarti seorang mukmin memiliki keyakinan dan ketaatan penuh, baik dalam kondisi terlihat maupun tidak terlihat. Mereka tetap beriman secara konsisten tanpa bergantung pada keberadaan pengawasan eksternal. Ini berbeda dengan pemahaman konvensional “beriman kepada yang ghaib,” yang cenderung merujuk pada keyakinan terhadap hal-hal di luar jangkauan indera, seperti malaikat, takdir, dan alam akhirat.

Menguji Keimanan dalam Situasi Tanpa Pengawasan

Contoh lain yang relevan terdapat dalam surah Al-Maidah (5:94):

“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya Allah akan menguji kalian dengan binatang buruan yang mudah dijangkau oleh tangan dan tombak kalian, agar Allah mengetahui siapa yang takut kepada-Nya meskipun tidak terlihat.”

Ayat ini menggambarkan ujian yang dihadapi manusia ketika sesuatu berada dalam jangkauan dan dapat diperoleh dengan mudah. Dalam situasi seperti ini, seseorang diuji apakah ia akan tetap mematuhi aturan Allah atau justru memanfaatkan kesempatan untuk melanggar. Keimanan sejati tampak ketika seseorang tidak memanfaatkan situasi tersebut untuk melampiaskan keinginan buruknya.

Allah dan Kegaiban

Seluruh yang ghaib berada dalam kekuasaan Allah, sebagaimana disebutkan dalam surah Al-An’am (6:59):

“Dan kunci-kunci semua yang ghaib ada di sisi-Nya. Tidak ada yang mengetahuinya selain Dia.”

Ayat ini menegaskan bahwa Allah adalah pemilik segala yang ghaib dan tidak termasuk ke dalam kategori “ghaib” itu sendiri. Allah adalah Zahir (Yang Nyata) dan Batin (Yang Tersembunyi), sebagaimana disampaikan dalam surah Al-Hadid (57:3). Dengan demikian, konsep beriman kepada yang ghaib tidak logis jika dipahami sebagai beriman kepada Allah, karena Allah bukan bagian dari ghaib.

Tafsir Qur’an dengan Ayat Qur’an

Memahami makna suatu istilah dalam Al-Qur’an dengan merujuk pada ayat-ayat lain yang menggunakan istilah serupa adalah metode tafsir Al-Qur’an bil Qur’an. Metode ini memungkinkan kita memahami konteks Al-Qur’an secara objektif, tanpa terpengaruh oleh interpretasi subjektif. Berdasarkan pendekatan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa istilah “bil ghaib” dalam berbagai ayat menggambarkan sikap iman dan ketaatan yang tidak bergantung pada pengawasan atau situasi tertentu.

Kesimpulan

Pemahaman tentang istilah “bil ghaib” dalam Al-Qur’an memperlihatkan pentingnya ketaatan dan keimanan yang konsisten, baik saat terawasi maupun tidak. Beriman dengan ghaib adalah karakteristik utama dari orang-orang yang bertakwa (muttaqin), sebagaimana dijelaskan dalam surah Al-Baqarah (2:2-3). Ketaatan ini tidak hanya merupakan bentuk keimanan formal, tetapi juga menjadi bukti ketulusan dalam menjalankan perintah Allah tanpa pamrih.(husni fahro)

Example 120x600