Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Ruh dari Perintah Allah dan Perjalanan Spiritualitas Rasulullah

354
×

Ruh dari Perintah Allah dan Perjalanan Spiritualitas Rasulullah

Share this article
Rūḥan min Amrinā" – Ruh dari Perintah Allah dan Perjalanan Spiritualitas Rasulullah (ppm.doc)

Dalam surah Asy-Syūrā (42:52), Allah berfirman:“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur’an) dari perintah Kami. Sebelumnya, engkau tidak mengetahui apa itu kitab (wahyu) dan apa itu iman, tetapi Kami menjadikannya sebagai cahaya (nur), yang dengan cahaya itu Kami memberi petunjuk kepada siapa yang Kami kehendaki dari hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”

ppmindonesia.com, Jakarta– Ayat ini menegaskan bahwa sebelum menerima wahyu, Rasulullah ﷺ belum memahami makna sebenarnya dari iman dan kitab (wahyu). Barulah setelah menerima wahyu, yang disebut sebagai rūḥan min amrinā (ruh dari perintah Kami), beliau memperoleh pencerahan atau nur—sebuah peningkatan kecerdasan spiritual yang menjadi sarana petunjuk bagi umat manusia.

Melalui nur ini, Allah tidak hanya memberi petunjuk kepada Rasulullah ﷺ, tetapi juga menjadikan beliau sebagai pembimbing yang dapat menunjukkan jalan yang mulia dan lurus kepada orang lain. Namun, kemampuan Rasulullah untuk memberikan petunjuk ini baru muncul setelah Allah menganugerahkan wahyu kepadanya.

Rasulullah Sebelum dan Sesudah Wahyu: Proses Penyempurnaan

Dalam surah Adh-Dhuhā (93:7), Allah berfirman:

“Dan Dia mendapatimu dalam kesesatan, lalu Dia memberi petunjuk.” (wa wajadaka ḍāllan fa-hadā)

Ayat ini menunjukkan bahwa sebelum menerima wahyu, Rasulullah ﷺ—seperti manusia pada umumnya—belum mengetahui kebenaran hakiki dan berada dalam keterbatasan pengetahuan. Namun, setelah menerima petunjuk dari Allah, beliau memperoleh hidayah dan memahami kebenaran. Hal ini menekankan bahwa Rasulullah ﷺ adalah manusia biasa (basyarun mitslukum), seperti ditegaskan dalam surah Al-Kahfi (18:110):

“Katakanlah (Muhammad): Sesungguhnya aku ini hanyalah manusia seperti kamu.”

Proses Menuju Karakter yang Agung (Khuluqun ‘Azhim)

Dalam surah Al-Qalam (68:4), Allah menyatakan:

“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas akhlak yang agung (khuluqun ‘azhim).”

Menariknya, ayat ini menggunakan frasa “la’alaa khuluqin ‘azhim,” yang mengisyaratkan bahwa Rasulullah ﷺ sedang dalam proses menuju kesempurnaan karakter. Artinya, kemuliaan akhlak beliau adalah hasil dari proses pengembangan dan penyempurnaan yang berlangsung seiring dengan perjalanan spiritual dan penerimaan wahyu.

Rasulullah sebagai Manusia dan Utusan Allah

Kendati Rasulullah ﷺ adalah manusia seperti manusia lainnya, beliau memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki orang lain—yaitu dipilih sebagai utusan Allah. Terpilihnya beliau bukan karena kesempurnaan yang sudah dicapai sebelumnya, tetapi karena Allah mempercayainya untuk menerima wahyu dan menyampaikannya kepada umat manusia. Dalam tugas inilah Rasulullah ﷺ menjadi perantara bagi petunjuk ilahi dan teladan dalam kehidupan spiritual dan akhlak.

Kesimpulan

Rasulullah ﷺ adalah manusia biasa yang menjalani proses spiritual dan penyempurnaan melalui wahyu Allah. Sebelum wahyu datang, beliau belum memahami makna hakiki iman dan kitab, tetapi setelah menerima rūḥan min amrinā (ruh dari perintah Allah), beliau memperoleh pencerahan. Proses inilah yang menjadikan beliau sebagai sosok dengan akhlak agung dan pembawa petunjuk bagi umat manusia. Kehidupan Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa pencapaian spiritual dan kesempurnaan akhlak adalah perjalanan dinamis yang memerlukan petunjuk dan bimbingan ilahi.(husni fahro)

Example 120x600