ppmindonesia.com, Jakarta– Pesan dalam Surah Yasin (36:76), “Falaa yahzunka qauluhum” (Jangan berduka atas perkataan mereka), adalah penghiburan sekaligus peringatan penting bagi Rasulullah ﷺ dan kaum beriman. Allah mengingatkan bahwa cercaan, penolakan, dan cemoohan dari orang-orang yang menentang wahyu tidak perlu menjadi sumber kesedihan, karena Allah Maha Mengetahui segala yang mereka sembunyikan maupun yang mereka katakan secara terang-terangan.
Allah Lebih Mengetahui Segala Perkataan
Dalam Surah Qaf (50:45), Allah menegaskan bahwa Dia lebih mengetahui semua yang diucapkan oleh orang-orang yang menentang ajaran-Nya. Karena itu, tidak perlu memaksa mereka untuk menerima kebenaran (bi jabbarin). Sebaliknya, tugas Rasulullah ﷺ dan kaum beriman adalah memberikan peringatan kepada orang-orang yang takut pada janji Allah, dengan menyampaikan kebenaran melalui Al-Qur’an.
Kegundahan Rasulullah dan Kaum Beriman
Surah Al-Kahf (18:6) menggambarkan betapa beratnya Rasulullah ﷺ merasakan penolakan dari orang-orang kafir hingga hampir saja beliau berbuat aniaya kepada diri sendiri karena kesedihan itu. Demikian pula, dalam Surah Hud (11:12), Allah mengisahkan bahwa cemoohan dari para penentang—yang mempertanyakan mengapa Rasulullah tidak diberikan perbendaharaan atau malaikat—menjadi ujian yang hampir membuat beliau tergoda untuk meninggalkan sebagian dari wahyu.
Dalam kondisi kegundahan yang sangat mendalam, Surah Al-An’am (6:35) memberikan nasihat: “Jika terasa berat berpalingnya mereka dari ajaranmu, maka jika engkau mampu, carilah jalan untuk membuat lubang di bumi atau tangga ke langit agar dapat membawa mukjizat kepada mereka.” Ayat ini menekankan bahwa manusia tidak dapat memaksakan hidayah kepada siapa pun. Allah menegaskan bahwa Dia mampu mengumpulkan seluruh manusia dalam petunjuk-Nya, tetapi memilih untuk tidak melakukannya agar setiap manusia dapat berproses dengan kehendak dan usahanya sendiri. Oleh karena itu, jangan menjadi orang bodoh yang menyalahkan Allah atas pilihan manusia untuk menolak kebenaran.
Tidak Semua Orang Memenuhi Syarat untuk Mendapat Petunjuk
Surah Al-An’am (6:35) mengingatkan bahwa Allah tidak menutup pintu hidayah, tetapi ada manusia yang dengan kesombongannya menolak dan bahkan melepaskan diri dari ayat-ayat Allah. Orang-orang seperti ini dijelaskan dalam Surah Al-A’raf (7:146) dan (7:175-176), bahwa mereka berpaling dan tidak menempuh jalan untuk menerima petunjuk. Bahkan, sebagian dari mereka berada dalam belenggu kesesatan yang membuat hati, pendengaran, dan penglihatan mereka tertutup rapat (lihat Surah Al-Baqarah 2:6-7).
Manusia yang dibelenggu kesesatan itu, seperti dijelaskan dalam Surah Al-A’raf (7:147 dan 7:179), adalah mereka yang dengan sengaja menolak kebenaran dan lebih memilih kesia-siaan. Dalam Surah Yunus (10:9), Allah menegaskan bahwa Dia memberikan petunjuk kepada orang-orang melalui iman mereka sendiri. Artinya, petunjuk Allah datang kepada mereka yang berusaha mencarinya dan membuka hati mereka bagi kebenaran.
Jangan Berduka dan Tetap Istiqamah dalam Menyampaikan Kebenaran
Melalui tulisan ini , kita belajar bahwa menghadapi penolakan dan cemoohan adalah bagian dari perjalanan iman. Rasulullah ﷺ dan kaum beriman diajarkan agar tidak terpuruk dalam kesedihan karena perkataan orang-orang yang menentang wahyu. Tugas kita adalah tetap istiqamah menyampaikan peringatan melalui Al-Qur’an dan tidak memaksa siapa pun untuk menerima petunjuk, karena hidayah hanya datang kepada mereka yang berusaha meraihnya.
Pada akhirnya, Allah tidak menghalangi petunjuk bagi siapa pun, tetapi manusia sendirilah yang sering menutup pintu hatinya. Maka, bagi mereka yang benar-benar mencintai Allah dan takut pada janji-Nya, Al-Qur’an menjadi cahaya dan petunjuk sempurna. Tugas kita adalah terus menyampaikan pesan itu dengan penuh kesabaran dan tidak menjadi bodoh dengan menyalahkan takdir atau putus asa atas penolakan dari orang lain.(husni fahro)