ppmindonesia.com, Jakarta – Dalam Islam, kebebasan kesadaran atau taharru rasyada adalah esensi dari seorang muslim sejati. Seorang muslim tidak boleh hanya mengikuti tanpa pemahaman, yang dalam istilah agama dikenal sebagai taklid. Lebih jauh lagi, taklid buta—mengikuti secara membabi buta tanpa ilmu—menjadi penghalang bagi seseorang untuk meraih kesadaran yang merdeka dan keberhasilan spiritual. Al-Qur’an memperingatkan kita dalam Surah Al-Isra’ (17:36) agar tidak menempuh jalan yang kita tidak memiliki ilmu tentangnya. Pendengaran, penglihatan, dan hati akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah atas setiap peran dan tindakan yang dilakukan.
Kesadaran merdeka adalah kunci keberhasilan seorang muslim. Seorang yang merdeka kesadarannya tidak menggantungkan diri kepada pendapat atau praktik orang lain tanpa pemahaman, sebagaimana ditegaskan dalam Surah Al-Jinn (72:14): “Dan sungguh, di antara kami ada yang telah berserah diri (aslama), maka mereka itulah orang yang menuju petunjuk (taharru rasyada).” Maka, menjadi muslim sejati berarti memahami dan mempraktikkan agama dengan ilmu, bukan sekadar ritual tanpa makna.
Orang yang hanya ikut-ikutan tanpa pemahaman jelas tidak memiliki kesadaran merdeka. Bagaimana seseorang dapat mandiri jika ia tidak memiliki ilmu? Banyak orang yang tampak aktif dalam menjalankan ibadah, tetapi sebenarnya hanya menjalankan perintah agama secara harfiah tanpa pemahaman mendalam. Al-Qur’an Surah Al-Hajj (22:11) menyebutkan bahwa orang yang demikian hanyalah mencari manfaat dunia, dan jika mengalami ujian, mereka justru menjauh dari agama. Mereka termasuk orang-orang yang merugi di dunia dan di akhirat.
Proses menjadi hamba Allah yang sejati, sebagaimana dinyatakan dalam Surah Ali Imran (3:79), tidak terlepas dari mempelajari dan mengajarkan kitab Allah. Inilah jalan untuk membebaskan diri dari kebodohan dan belenggu taklid. Tanpa ilmu, bagaimana mungkin ibadah seseorang bisa benar dan berkesadaran penuh?
Lebih dari itu, kitab suci diturunkan untuk membebaskan manusia dari kegelapan dan kezaliman, yaitu kebodohan dan ketergantungan tanpa ilmu. Surah Ibrahim (14:1) menyebutkan bahwa risalah kerasulan hadir untuk membawa manusia dari kegelapan menuju cahaya.
Bahkan Allah dan malaikat-Nya senantiasa mendampingi dan memberi rahmat kepada manusia, sebagaimana dinyatakan dalam Surah Al-Ahzab (33:43), demi mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan menuju cahaya ilmu.
Dengan demikian, melalui Syahida 039, kami menyerukan kepada setiap individu agar berupaya mencapai kesadaran yang merdeka. Jangan puas hanya dengan menjalankan ibadah sebatas harfiah, tetapi berusaha memperdalam pemahaman dan ilmu.
Marilah kita renungkan kembali pesan-pesan dari Surah Al-Jinn (72:14) dan Surah Al-Hajj (22:11). Keselamatan diri dan keluarga kita tergantung pada usaha membebaskan diri dari taklid dan kebodohan. Hanya dengan ilmu dan kesadaran yang merdeka, kita dapat menjalani kehidupan beragama yang benar dan menuju keselamatan di dunia dan akhirat.(husni fahro)