“Fa aqim wajhaka lid-dīn fithratallāh”
“Maka hadapkan perhatianmu kepada ad-Din, yaitu fithratallah.” QS, 30:30
ppmindonesia.com, Jakarta-Perintah ini mengajarkan agar manusia menghadapkan dirinya secara serius kepada ad-Din—agama yang sesuai dengan fitrah yang Allah tetapkan sejak penciptaan manusia (fithratallah allatī faṭara al-nāsa ‘alayhā). Artinya, agama atau aturan kehidupan (ad-Din) adalah sesuatu yang sudah tertanam dalam diri manusia sejak awal penciptaannya, sebagai bagian dari kodrat manusia itu sendiri.
Tantangan dalam Berpegang Teguh pada Ad-Din Fithratallah
Memahami perintah ini secara konseptual mudah, tetapi melaksanakannya dalam kehidupan nyata sering menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan adalah menghadapi pihak yang tidak tertarik pada ad-Din fithratallah dan memilih aturan hidup lain di luar dinillah (agama Allah).
Namun, yang lebih berat lagi adalah tantangan dari dalam diri sendiri. Ketika seseorang ingin taat dan setia kepada Allah, ternyata tidak cukup hanya dengan ucapan; ia harus dibuktikan melalui tindakan. Dalam hal ini, pemahaman yang benar tentang ad-Din menjadi sangat penting agar ketaatan tersebut bisa direalisasikan dengan baik.
Kewajiban Memiliki Ilmu Pengetahuan dalam Ad-Din
Salah satu pilar penting dalam dinillah adalah larangan untuk melakukan sesuatu tanpa ilmu: QS 17:36 – “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya.”
Dari peringatan ini, jelas bahwa memahami ad-Din dengan ilmu pengetahuan adalah kewajiban. Oleh karena itu, seseorang harus mempelajari kitab risalah kerasulan (Al-Qur’an) agar tidak menjadi korban taklid buta (ikut-ikutan). Orang yang beribadah hanya secara formalitas atau tanpa pemahaman yang mendalam dapat merugi di dunia dan akhirat: QS 22:11 – “Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di pinggiran (tanpa pemahaman mendalam).”
Selain itu, QS 3:79 menegaskan bahwa seseorang dapat menjadi robbanīy (orang yang benar-benar bertuhan) jika mempelajari dan mengajarkan kitab risalah kerasulan. Ini berarti pemahaman yang benar atas ad-Din adalah syarat utama untuk bisa setia dan taat kepada Allah.
Kewaspadaan: Agama yang Diterima Hanya “Islama Dinan”
Allah juga memberikan peringatan dalam QS 3:85, yaitu: “Barang siapa mencari agama selain Islam (Islama Dinan), maka tidak akan diterima darinya.”
Ayat ini tidak hanya menjadi peringatan, tetapi juga jawaban terhadap pertanyaan dalam QS 3:83: “Apakah mereka mencari agama selain agama Allah, padahal segala sesuatu di langit dan di bumi telah menyerah kepada-Nya, baik dengan kesadaran (ṭaw‘an) maupun dengan terpaksa (karhan)?”
Ayat ini menegaskan bahwa semua manusia di muka bumi pada dasarnya telah tunduk kepada Allah—sebagian dengan kesadaran dan ketaatan, dan sebagian lainnya karena keterpaksaan. Dari sini, kita bisa memahami bahwa istilah “pindah agama” atau “muallaf” sebenarnya tidak relevan. Sebab, sejak awal, semua manusia dalam posisi berserah diri (aslama) kepada Allah.
Ajaran Agama yang Benar Hanya dari Allah
- QS 3:19 – “Sesungguhnya agama (din) di sisi Allah hanyalah Islam.”
Ayat ini menjelaskan bahwa ajaran yang disebut “Islam” adalah ajaran dari Allah. Maka, jika ada ajaran yang disebut sebagai agama tetapi bukan berasal dari Allah, tentu ajaran tersebut tidak dapat diterima sebagai bagian dari Islam.
Jika ajaran itu tetap dianggap sebagai Islam, bukankah itu sama saja dengan mengatas-namakan Allah atas sesuatu yang bukan dari Allah? Hal ini jelas dilarang, karena:
- QS 3:94 – “Barang siapa membuat-buat kebohongan atas nama Allah, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
- QS 3:60 – “Kebenaran itu datang dari Tuhanmu (al-haqqu min rabbika).”
Dengan demikian, tidak dibenarkan mengatakan sesuatu atas nama Allah kecuali yang haq (benar). Segala ajaran atau agama yang tidak sesuai dengan petunjuk Allah jelas bertentangan dengan ajaran Islam dan tidak akan diterima oleh Allah.
Kesimpulan
Perintah dalam QS 30:30 untuk menghadapkan perhatian kepada ad-Din fithratallah adalah panggilan kepada manusia agar kembali pada aturan dan agama yang sesuai dengan fitrah penciptaannya. Namun, melaksanakan perintah ini membutuhkan pemahaman yang benar dan ilmu pengetahuan.
Allah telah memberikan janji dan peringatan melalui berbagai ayat dalam Al-Qur’an. Ajaran yang benar hanyalah ajaran yang berasal dari Allah, yaitu Islama Dinan. Segala bentuk penyimpangan atau ajaran yang bukan dari Allah tidak akan diterima dan bertentangan dengan petunjuk-Nya. Untuk itu, penting bagi setiap Muslim untuk memahami ad-Din dengan benar dan menjauhkan diri dari taklid buta.(husni fahro)