ppmindonesia.com, Jakarta– Dalam Al-Qur’an, terdapat dua ayat dalam Surat Al-Anfal yang sangat mirip, tetapi berbeda di bagian akhir:
1.QS 8:22 – “Sesungguhnya makhluk terburuk di sisi Allah adalah orang-orang yang tidak mau menggunakan akalnya (tidak berpikir).”
2.QS 8:55 – “Sesungguhnya makhluk terburuk di sisi Allah adalah orang-orang yang tidak beriman.”
Ayat-ayat ini mungkin terasa kurang nyaman bagi sebagian orang, tetapi sebagai Muslim yang beriman, kita tidak boleh menolak atau mengabaikannya karena pesan tersebut adalah firman Allah yang harus diterima dengan penuh kesadaran.
Bahkan, Al-Qur’an memberikan peringatan lebih keras lagi dalam QS 7:179. Dalam ayat tersebut, Allah menyatakan bahwa manusia yang tidak menggunakan pendengaran dan penglihatan untuk memahami ayat-ayat-Nya memiliki kedudukan lebih rendah dari binatang:
“Mereka memiliki hati, tetapi tidak digunakan untuk memahami, mereka punya mata, tetapi tidak digunakan untuk melihat, dan mereka punya telinga, tetapi tidak digunakan untuk mendengar. Mereka seperti binatang, bahkan lebih sesat lagi.”
Ayat ini menyampaikan pesan tegas bahwa martabat manusia bisa jatuh lebih hina dari binatang jika ia mengabaikan akal, hati, dan pancaindra dalam memahami kebenaran dari Allah.
Pesan Kewaspadaan dalam Al-Qur’an
Banyak pesan kewaspadaan dalam Al-Qur’an, dan semuanya bertujuan membimbing manusia agar tidak terjerumus dalam kesesatan. Namun, jika kita kurang waspada, kita bisa saja tanpa sadar jatuh menjadi makhluk terburuk di sisi Allah.
Oleh karena itu, hidup ini ibarat berdayung di tengah alunan suara firman Allah—firman yang terus membisikkan peringatan dan petunjuk, meskipun di saat yang sama rayuan setan tak pernah henti menggema.
Ketenangan Hati dalam Ketaqwaan
Pesona ketenangan hati yang berbalut sutra ketaqwaan akan hadir dalam diri kita ketika kita menjaga kewaspadaan dan ketaatan kepada Allah. Tetapi, di mana kita bisa menemukan keteduhan semacam itu?
Jawabannya:
- Ketenangan hati tidak berada di tempat tertentu.
- Ia hadir di mana saja dan kapan saja, selama kita mau memanggilnya.
- Ketenangan itu ada dalam iman kita—iman yang terkadang kita lupakan dan anggap sebagai beban.
Padahal, iman itu bukan beban, melainkan pagar keadaban diri. Iman adalah benteng yang melindungi kita dari kehinaan dan kesesatan. Dengan merawat iman dan terus mendekat kepada Allah, kita akan menemukan ketenangan dan keberkahan hidup yang sejati.(husni fahro)