Scroll untuk baca artikel
Daerah

Sejarah Karawang: Dari Masa Kerajaan hingga Era Modern

123
×

Sejarah Karawang: Dari Masa Kerajaan hingga Era Modern

Share this article
Example 468x60

Karawang memiliki sejarah panjang sejak masa kerajaan, dengan peran penting dalam perkembangan agama, budaya, pertanian, dan industri.

ppmindonesia.com, KarawangKarawang memiliki sejarah panjang sejak era Kerajaan Tarumanegara hingga kini menjadi salah satu kota industri besar. Letaknya di pesisir pantai utara Jawa Barat dan kedekatannya dengan Jakarta membuat Karawang menjadi tujuan banyak orang yang mencari peluang hidup di kota satelit ibu kota negara.

Letak dan Geografi Karawang

Kabupaten Karawang berada di Jawa Barat, dengan luas 1.753,27 km² atau sekitar 3,73% dari luas Jawa Barat. Wilayah ini sebagian besar berupa dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 0,6 meter di atas permukaan laut. Karawang berbatasan dengan Kabupaten Bekasi, Subang, dan Purwakarta, serta memiliki 30 kecamatan yang mencakup 298 desa dan 11 kelurahan.

Asal Usul Nama Karawang

Nama “Karawang” diyakini berasal dari kata dalam bahasa Sunda, yaitu “ke-rawa-an” yang berarti daerah berawa-rawa. Hal ini sesuai dengan kondisi geografis masa lalu, di mana wilayah Karawang masih banyak dipenuhi hutan dan rawa. Banyak tempat di Karawang menggunakan kata “rawa”, seperti Rawagede, Rawamerta, dan Rawagempol. Dalam catatan perjalanan Tiongkok kuno (220-280 M), nama wilayah ini juga disebut sebagai Koying, pusat perdagangan penting di Nusantara.

Perkembangan Sejarah Karawang

  1. Masa Kerajaan Tarumanegara dan Sunda (375-1511 M)
    Karawang termasuk wilayah Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Sunda. Sebagai jalur penghubung antara Pakuan Pajajaran (Bogor) dan Galuh (Ciamis), Karawang memegang peran penting dalam lalu lintas perdagangan pada masa itu. Bahkan, buku catatan Portugis menyebut pelabuhan Caravan di muara Sungai Citarum sebagai salah satu pelabuhan utama Pajajaran.
  2. Kehadiran Islam di Karawang
    Pada abad ke-15, Syekh Quro (Syekh Hasanudin bin Yusuf Idofi) dari Champa datang ke Karawang dan menyebarkan agama Islam. Ia dikenal sebagai seorang hafizh (penghafal Al-Qur’an) dengan suara merdu. Tempat tinggalnya di Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang, kini menjadi kawasan wisata religi.

Murid Syekh Quro, Nyi Subang Larang, kemudian menikah dengan Raden Pamanah Rasa (Prabu Siliwangi), Raja Pajajaran, sehingga Islam mulai berkembang pesat di wilayah ini.

  1. Masa Kesultanan dan Kolonialisme
    Pada 1633, Wiraperbangsa dari Sumedanglarang ditunjuk oleh Kesultanan Mataram sebagai pemimpin Karawang. Sejak itu, Karawang berkembang menjadi pusat pertanian melalui pengairan irigasi. Pertanian padi tumbuh pesat, menjadikan Karawang sebagai lumbung padi Jawa hingga akhir abad ke-20. Pada tahun yang sama, Raden Adipati Singaperbangsa dilantik sebagai bupati pertama Karawang dengan gelar Kertabumi IV, dan tanggal 14 September diperingati sebagai hari jadi Karawang.
  2. Masa Kemerdekaan hingga Era Modern
    Karawang juga memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kini, dengan perkembangan industri, Karawang telah berubah menjadi pusat industri dan tempat tinggal bagi banyak pekerja di sekitar Jabodetabek.

Kebudayaan Karawang

Budaya Karawang sangat dipengaruhi oleh kehidupan pertanian dan pesisir. Tradisi seperti babarit, nadran (ritual nelayan), hajat bumi, hingga seni topeng dan tari Jaipong berkembang di masyarakat. Meski demikian, menurut para pengamat, kebudayaan tradisional Karawang saat ini mulai berkurang gaungnya dan perlu dihidupkan kembali.

Karawang di Masa Kini

Wilayah Karawang terdiri dari dua bagian geografis:

  • Utara: Dataran rendah dengan iklim panas dan wilayah pesisir.
  • Selatan: Wilayah perbukitan yang sejuk dengan titik tertinggi di Gunung Sanggabuana (1.291 mdpl), berbatasan dengan Kawedanan Jonggol, Bogor.

Acara hari jadi Karawang ke-389 di tahun 2022 dirayakan dengan berbagai kegiatan seperti lomba memancing, pertunjukan kesenian, dan konten kreatif. Namun, beberapa tokoh budaya merasa bahwa Karawang masih kekurangan ikon budaya yang monumental, termasuk museum sebagai pusat sejarah daerah.(asyary)

 

Example 120x600