Scroll untuk baca artikel
BeritaDaerah

Sejarah dan Perkembangan Kota Bekasi: Dari Zaman Kerajaan hingga Kota Metropolitan

152
×

Sejarah dan Perkembangan Kota Bekasi: Dari Zaman Kerajaan hingga Kota Metropolitan

Share this article
Example 468x60

ppmindonesia.com, Jakarta- Bekasi, sebuah kota yang kini menjadi salah satu penyangga utama bagi ibu kota Jakarta, memiliki sejarah panjang yang telah membentuknya menjadi pusat industri dan urban yang dinamis. Meskipun kota ini kerap diasosiasikan dengan aktivitas modern dan perkembangan ekonomi pesat, jejak sejarahnya menyimpan banyak informasi tentang peradaban-peradaban besar di masa lampau, seperti Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Sunda. Artikel ini akan menggali perkembangan Kota Bekasi, mulai dari era kerajaan, kolonialisme, hingga era kemerdekaan yang membentuk Bekasi menjadi kota metropolitan seperti saat ini.

1. Bekasi pada Masa Kerajaan Tarumanegara

Nama Bekasi diyakini berasal dari kata Bagasasi atau Candrabaga, yang ditemukan dalam Prasasti Tugu, salah satu peninggalan bersejarah dari era Kerajaan Tarumanegara. Dalam prasasti tersebut, Candrabaga disebut sebagai nama sungai yang melintasi wilayah ini. Pada masa itu, Bekasi memiliki nama Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri, yang disebut-sebut sebagai ibu kota dari Kerajaan Tarumanegara. Wilayah kekuasaan kerajaan ini mencakup area yang kini dikenal sebagai Bekasi, Sunda Kelapa (sekarang Jakarta), hingga kawasan Bogor dan sekitarnya.

Sejak masa pemerintahan Raja Tarusbawa, pendiri Kerajaan Sunda yang memerintah sekitar tahun 669–723 M, Bekasi menjadi bagian penting dalam jaringan ekonomi dan politik Kerajaan Sunda. Tarusbawa sendiri diyakini berasal dari Dayeuh Sundasembawa, yang menunjukkan bahwa Bekasi merupakan daerah asal dan pusat kebudayaan pada masa awal Kerajaan Sunda.

2.Bekasi dalam Masa Kolonial Belanda

Pada masa penjajahan Belanda, Bekasi menjadi bagian dari wilayah administrasi yang disebut dengan Kewedanaan Meester Cornelis, termasuk dalam Regenschap (kabupaten). Bekasi saat itu dikenal sebagai daerah pertanian yang kaya, dikelola oleh tuan-tuan tanah keturunan Tionghoa, dan memiliki peran penting dalam penyediaan pangan bagi Batavia (Jakarta). Selama masa kolonial, kehidupan masyarakat Bekasi cenderung berada di bawah kontrol tuan tanah, dan kota ini menjadi bagian dari rantai pasokan komoditas penting bagi pemerintah kolonial Belanda.

Perubahan besar datang ketika Jepang menduduki Indonesia. Pada masa itu, Bekasi menjadi bagian dari Ken Jatinegara, dengan wilayah administratif yang diperluas hingga ke Cikarang, Kebayoran, dan Matraman. Jepang juga melakukan perubahan sosial, budaya, dan ekonomi yang berdampak pada Bekasi, meski hanya berlangsung selama beberapa tahun.

3.Bekasi dalam Masa Kemerdekaan

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tahun 1945, struktur pemerintahan di Bekasi mengalami perubahan. Bekasi sempat menjadi bagian dari Kabupaten Jatinegara, namun tuntutan masyarakat untuk membentuk wilayah otonom semakin kuat. Pada 17 Februari 1950, sekitar 40.000 warga Bekasi menggelar aksi unjuk rasa, menuntut agar Kabupaten Jatinegara diubah menjadi Kabupaten Bekasi. Tuntutan ini dikabulkan, dan berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950, terbentuklah Kabupaten Bekasi yang terdiri dari empat kewedanaan dan beberapa kecamatan, meliputi wilayah-wilayah strategis seperti Cibarusah dan Serang Baru.

Kota Bekasi tempo dulu (ppm.doc)

Pada tahun 1960, kantor pemerintahan Kabupaten Bekasi dipindahkan dari Jatinegara ke Kota Bekasi, mengikuti perkembangan wilayah yang semakin pesat. Perpindahan ini menandakan dimulainya pembangunan di Bekasi sebagai daerah administratif yang lebih maju.

4.Pembentukan Kota Administratif Bekasi

Dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan ekonomi di Bekasi, pada tahun 1981 pemerintah pusat mengesahkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 yang menetapkan pembentukan Kota Administratif  Bekasi. Kota administratif ini meliputi 16 kelurahan dan 8 desa yang sebelumnya menjadi bagian dari Kecamatan Bekasi serta sebagian wilayah Kecamatan Tambun.

Peresmian Kota Administratif Bekasi dilakukan pada 20 April 1982 oleh Menteri Dalam Negeri. Wali kota pertama yang memimpin kota administratif ini adalah H. Soedjono, yang menjabat hingga tahun 1988. Selanjutnya, beberapa wali kota bergantian memimpin hingga Kota Bekasi akhirnya ditetapkan sebagai kota otonom.

5.Bekasi sebagai Kota Metropolitan dan Pusat Industri

Saat ini, Kota Bekasi merupakan salah satu pusat industri terbesar di Indonesia dan merupakan bagian dari kawasan metropolitan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). Kota ini memiliki populasi lebih dari 2,5 juta jiwa, menjadikannya kota terbesar di Provinsi Jawa Barat dari segi jumlah penduduk. Meski berstatus sebagai kota penyangga Jakarta, Bekasi memiliki infrastruktur modern yang mendukung berbagai sektor ekonomi, mulai dari industri manufaktur hingga perdagangan dan jasa.

Dengan berjalannya waktu, Kota Bekasi semakin berkembang menjadi pilihan tempat tinggal bagi kaum urban dan pelaku industri. Kehadiran kawasan-kawasan industri, pusat perbelanjaan, dan kompleks perumahan modern telah membuat Bekasi menjadi kota yang beragam secara demografis dan sosial. Berbagai pembangunan di bidang transportasi dan fasilitas publik, seperti jalur LRT dan proyek jalan tol, juga turut mendukung aktivitas masyarakat yang dinamis dan menghubungkan Bekasi dengan wilayah-wilayah strategis lainnya.

Kota Bekasi memiliki sejarah panjang yang bermula sejak era Kerajaan Tarumanegara, berkembang pesat melalui masa kolonial, hingga menjadi salah satu kota terbesar dan terpenting di Indonesia. Dengan statusnya sebagai kota metropolitan, Bekasi tidak hanya berperan sebagai penyangga Jakarta tetapi juga sebagai pusat industri dan perumahan yang mandiri. Bekasi telah menjadi kota yang menyatukan sejarah kaya dan perkembangan modern, membentuk karakter unik sebagai bagian integral dari pertumbuhan Indonesia masa kini.(asyary)

 

Example 120x600