Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Keseriusan dalam Membedah Religiusitas: Tantangan dan Harapan dalam Menyelaraskan Ajaran dengan Al-Qur’an

305
×

Keseriusan dalam Membedah Religiusitas: Tantangan dan Harapan dalam Menyelaraskan Ajaran dengan Al-Qur’an

Share this article

ppmindonesia.com, Jakarta-Dalam upaya memahami religiusitas umat, khususnya melalui acara bedah religiusitas, kita harus menanamkan prinsip kesungguhan. Pertanyaan mendasar perlu diajukan kepada para peserta: “Apakah Anda benar-benar siap dan bersungguh-sungguh mengikuti bedah religiusitas ini dengan menggunakan Al-Qur’an sebagai tolok ukur (Al-Furqan)?”

Pertanyaan ini bukan tanpa alasan. Al-Qur’an dengan tegas memperingatkan agar agama tidak dijadikan permainan atau bahan olok-olok. Firman Allah dalam QS. Al-An’am [6]:70 dan QS. Al-A’raf [7]:50-51 memberikan ancaman nyata bagi mereka yang mempermainkan agama atau menjadikannya sebagai sesuatu yang tidak serius. Hal ini diperkuat dalam QS. An-Najm [53]:29-30 yang menyeru agar menjauhi mereka yang berpaling dari peringatan Allah dan hanya mengikuti hawa nafsu.

Resiko Ketidakseriusan

Jika acara semacam ini diikuti tanpa kesungguhan, maka ia berpotensi menjadi ajang perdebatan yang sia-sia dan bahkan dapat berujung pada kerugian spiritual yang besar. QS. Al-Kahfi [18]:103-106 menyebutkan tentang orang-orang yang amalnya sia-sia karena salah arah, meskipun mereka merasa telah berbuat baik.

Lebih jauh lagi, QS. Yunus [10]:7-8 dan QS. Al-Qashash [28]:77 mengingatkan kita agar tidak terjebak dalam kehidupan dunia yang melalaikan dan agar tidak melupakan tujuan akhirat. Ketidaksungguhan dalam memahami agama dapat membawa kerugian besar, baik bagi individu maupun komunitas.

Menggunakan Al-Qur’an sebagai Furqan

Dalam acara bedah religiusitas, Al-Qur’an harus digunakan sebagai Al-Furqan (pembeda antara yang benar dan salah). Hal ini penting tidak hanya untuk mengevaluasi keselarasan antara realitas umat dengan ajaran Al-Qur’an, tetapi juga untuk memperbaiki pemahaman keagamaan yang telah berkembang.

Namun, kita harus siap menghadapi kenyataan bahwa tindakan ini pada dasarnya menguji keabsahan berbagai pemahaman keagamaan yang sudah mengakar. Ini bisa memunculkan penolakan atau perlawanan dari mereka yang merasa keyakinannya terkoreksi.

Relevansi untuk Menyambut Gelombang Muallaf

Selain tujuan evaluasi, bedah religiusitas memiliki peran yang lebih luas dalam menyambut gelombang besar umat yang masuk ke dalam agama Allah (yadkhuluna fii dinillah). Mereka yang baru memeluk Islam (muallafati qulubuhum) memerlukan pendampingan yang tepat agar tidak terjebak dalam aliran atau pemahaman yang menyimpang.

Fenomena saat ini menunjukkan bahwa sebagian muallaf mengalami kebuntuan dalam memahami Islam karena mereka tidak menemukan solusi atas kegelisahan yang sebelumnya mereka hadapi. Dalam beberapa kasus, hal ini membuat mereka beralih menjadi ateis, merasa bahwa Islam tidak dapat menjawab kebutuhan spiritual mereka.

Kesimpulan: Membangun Kesungguhan dan Kesadaran

Acara bedah religiusitas adalah langkah penting yang memerlukan keseriusan, baik dari peserta maupun penyelenggara. Menggunakan Al-Qur’an sebagai tolok ukur utama bukan hanya upaya untuk mengevaluasi, tetapi juga langkah strategis untuk memperkuat keimanan umat, terutama muallaf, dalam memahami Islam yang sejati.

Pada akhirnya, kesungguhan dalam mendalami agama dengan landasan Al-Qur’an adalah jalan untuk menjaga umat dari kesesatan dan menjadikan Islam sebagai solusi universal bagi setiap gelombang tantangan yang dihadapi manusia. Apakah kita siap untuk mengambil langkah ini dengan sepenuh hati? (hunsi fahro)

Example 120x600