Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Makna “Wasjudu Waqtarib” dan Relevansinya dalam Kehidupan

60
×

Makna “Wasjudu Waqtarib” dan Relevansinya dalam Kehidupan

Share this article
Example 468x60

ppmindonesia.com, Jakarta – Ayat Qur’an 96:19 yang memuat perintah “wasjudu waqtarib” memiliki makna mendalam: “Setia dan mendekatlah (kepada Allah).” Perintah ini menunjukkan kasih sayang Allah yang melindungi manusia dari belenggu kehidupan dengan mengarahkan mereka untuk senantiasa mendekat kepada-Nya melalui sujud, sebagai bentuk ketundukan dan penghambaan.

Perintah untuk mendekat kepada Allah ini ditegaskan kembali dalam Qur’an 22:77, yang menghubungkan sikap tersebut dengan amal perbuatan:

“Dan rukuklah, sujudlah, sembahlah Tuhanmu, dan berbuatlah kebaikan (waf’alul khaira) agar kamu berjaya.”

Ayat ini menegaskan bahwa keberhasilan sejati seorang hamba terletak pada kedekatannya dengan Allah yang tercermin melalui perbuatan baik. Namun, penting untuk dicatat bahwa bagi orang bertakwa, perbuatan baik tidak sekadar dinilai dari perspektif manusiawi yang dangkal, tetapi harus merujuk kepada petunjuk yang diturunkan dalam Al-Qur’an.

Landasan Kebaikan dalam Al-Qur’an

Dalam Qur’an 16:30, orang-orang bertakwa menjawab pertanyaan tentang apa yang diturunkan Allah kepada mereka dengan mengatakan: “Kebaikan”. Jawaban ini menunjukkan bahwa segala perbuatan baik yang dilakukan oleh orang bertakwa bersumber dari wahyu Ilahi.

Sebaliknya, dalam Qur’an 16:24, mereka yang tidak beriman merespons pertanyaan yang sama dengan: “Dongeng orang-orang terdahulu (asathirul awwalin).” Perbedaan sikap ini mencerminkan perbedaan pandangan tentang apa yang benar-benar bernilai sebagai “kebaikan.”

Untuk memahami lebih jauh, ayat-ayat Qur’an 16:24 hingga 16:33 dapat ditelaah. Dalam rentang ayat tersebut, Al-Qur’an menggambarkan sikap manusia terhadap wahyu Allah, baik yang menerimanya dengan keimanan maupun yang menolaknya dengan kesombongan.

Kebaikan yang Dituntunkan Al-Qur’an

Menentukan apa yang benar-benar baik haruslah mengacu pada pedoman Al-Qur’an. Dalam Qur’an 4:114, Allah menegaskan bahwa tidak ada nilai dalam kebanyakan perbincangan rahasia mereka, kecuali jika percakapan itu mengarah kepada:

  1. Amar bi shodaqotin: Menganjurkan sedekah.
  2. Amar bi ma’rufin: Menganjurkan kebajikan.
  3. Amar bi ishlahin bainan naas: Menganjurkan perdamaian di antara manusia.

Ayat ini memberikan kerangka jelas tentang kebaikan yang disukai Allah, yakni kebaikan yang bersifat sosial, bermanfaat, dan membawa kedamaian.

Sebagaimana disebutkan dalam pembahasan sebelumnya, Qur’an 2:276 menyatakan bahwa Allah akan “meribakan sedekah (yurbis shodaqaat),” artinya, Allah melipatgandakan keberkahan bagi orang-orang yang bersedekah dengan ikhlas.

Kesimpulan

Menjalankan perintah wasjudu waqtarib berarti senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan sepenuh hati melalui ibadah dan amal saleh yang dituntunkan Al-Qur’an.

Kebaikan dalam pandangan orang bertakwa bukanlah kebaikan yang didasarkan pada opini semata, melainkan kebaikan yang selaras dengan wahyu Ilahi. Prinsip ini, jika diamalkan dengan sungguh-sungguh, menjadi jalan untuk meraih kejayaan di dunia dan akhirat.(husni fahro)

Example 120x600