Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Memahami Makna Shalat Berdasarkan Hadits dan Al-Qur’an

37
×

Memahami Makna Shalat Berdasarkan Hadits dan Al-Qur’an

Share this article
Example 468x60

ppmindonesia.com, Jakarta-Hadits yang berbunyi “Shalluu kamaa ra-aitumuni ushallii” (“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”) sering dijadikan dasar dalam praktik shalat umat Islam. Namun, ada pertanyaan yang layak direnungkan: bagaimana dengan mereka yang tidak pernah melihat Rasulullah SAW shalat secara langsung?

Apakah perintah ini hanya berlaku bagi para sahabat yang menyaksikan beliau? Jika demikian, bagaimana generasi setelahnya dapat melaksanakan shalat sesuai perintah hadits ini?

Apabila hadits tersebut hanya dipahami secara literal, orang yang tidak pernah melihat langsung Rasulullah shalat bisa saja beralasan bahwa mereka tidak dapat memenuhi perintah itu. Namun, tentu hadits ini tidak dimaksudkan untuk membatasi shalat hanya pada mereka yang secara fisik pernah melihat Rasulullah.

Hadits ini lebih mengarah pada peneladanan esensi shalat Rasulullah yang telah diajarkan dan diwariskan melalui generasi, baik melalui pemahaman bacaan maupun praktik yang telah diterjemahkan dalam kehidupan nyata.

Semoga kehadiran hadits ini tidak disalahpahami atau dijadikan alasan bagi sebagian orang untuk meninggalkan shalat. Sebaliknya, hadits ini harus menjadi dorongan bagi umat Islam untuk memahami dan meneladani makna shalat Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.

Definisi Shalat yang Perlu Dikaji Kembali

Definisi shalat yang umum dikenal di kalangan umat Islam adalah “aqwaalun wa af‘aalun muftatahatun bit-takbiri wa muhtatamatun bit-taslimi”, yang berarti “beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.”

Namun, definisi ini tampaknya lebih menitikberatkan pada aspek teknis atau ritual shalat, seperti gerakan dan bacaan tertentu, tanpa menekankan aspek spiritual dan transformasi moral yang menjadi tujuan utama dari shalat itu sendiri.

Padahal, dalam Al-Qur’an, shalat dijelaskan sebagai sarana untuk mengingat Allah, mendekatkan diri kepada-Nya, dan mencegah perbuatan keji (fahsya) serta mungkar (QS Al-Ankabut: 45).

Jika definisi shalat hanya sebatas rangkaian gerakan dan bacaan, hubungan antara praktik shalat tersebut dengan tujuan spiritualnya menjadi kabur. Padahal, esensi shalat menurut Al-Qur’an adalah bentuk pengabdian total kepada Allah, sebagaimana dijelaskan dalam berbagai ayat.

Shalat dalam Perspektif Al-Qur’an

Al-Qur’an sering kali menyebut istilah-istilah yang terkait dengan shalat, seperti sujud, ruku’, dan takbir, dengan makna yang lebih mendalam. Sebagai contoh:

  1. Sujud
    Dalam Al-Qur’an, sujud sering kali dikaitkan dengan kepatuhan total kepada Allah, bukan sekadar meletakkan dahi di lantai. QS Al-Isra: 107 menyebutkan, “Yakhirruuna lil-azqaani sujjadan” (“Mereka tersungkur sujud dengan dagu mereka”). Demikian pula QS As-Sajdah: 15 yang menyatakan bahwa orang beriman akan tersungkur sujud dan menangis ketika mendengar ayat-ayat Allah. Sujud dalam konteks ini adalah simbol kepasrahan dan kerendahan hati di hadapan Allah.
  2. Ruku’
    Istilah ruku’ dalam Al-Qur’an tidak hanya berarti membungkukkan badan, tetapi juga mengandung makna tunduk sepenuhnya kepada perintah Allah. QS Al-Maidah: 55 menggambarkan orang-orang yang raaki‘uun (yang ruku’) sebagai mereka yang beriman, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menjadi pemimpin dalam keimanan. Dengan demikian, ruku’ melampaui gerakan fisik, yakni menunjukkan sikap hidup yang sepenuhnya tunduk pada ajaran Allah.
  3. Takbir
    Takbir sering dipahami sebagai ucapan “Allahu Akbar” yang mengawali shalat. Namun, Al-Qur’an menggambarkan takbir sebagai pengakuan terhadap kebesaran dan keagungan Allah yang mencakup seluruh aspek kehidupan. QS Ash-Shaffat: 96, misalnya, menyatakan bahwa Allah adalah yang menciptakan manusia dan apa yang mereka perbuat. Pengakuan ini seharusnya tercermin dalam sikap hidup sehari-hari, bukan hanya dalam ritual shalat.

Dengan memahami shalat sebagai lebih dari sekadar ritual, kita diajak untuk merenungkan esensi dari setiap gerakan dan bacaan dalam shalat. Shalat bukan hanya sekadar rutinitas harian, tetapi harus menjadi sarana transformasi spiritual yang memperbaiki hubungan kita dengan Allah dan sesama manusia.

Semoga umat Islam tidak terjebak dalam formalitas, tetapi dapat memahami dan mengamalkan makna sejati shalat sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan ditegaskan dalam Al-Qur’an. Dengan begitu, shalat akan benar-benar menjadi penolong dan pencegah dari segala keburukan.(husni fahro)

Example 120x600