ppmindonesia.com, Jakarta– Dalam memahami kehidupan yang penuh tantangan dan pilihan, Allah memberikan panduan kepada umat manusia melalui wahyu-Nya. Renungan ini diawali dengan firman Allah dalam Qur’an 10:109:
“Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan. Dialah hakim yang terbaik.”
Ayat ini menegaskan bahwa tugas seorang hamba adalah mengikuti wahyu Allah tanpa keraguan, dan bersabar hingga Allah memutuskan perkara-perkara yang terjadi. Kepercayaan penuh kepada Allah sebagai Hakim yang terbaik adalah fondasi dari ketaatan seorang mukmin.
Larangan Mengikuti Selain Allah
Allah juga mengingatkan dalam Qur’an 7:3, “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti selain Dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.”
Ayat ini mengandung pesan penting agar manusia hanya menjadikan wahyu Allah sebagai petunjuk utama. Mengikuti selain Allah, baik berupa hawa nafsu, kebiasaan masyarakat, atau pendapat mayoritas tanpa landasan kebenaran, dapat menyesatkan. Hal ini dikuatkan dalam Qur’an 6:116, “Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan.”
Mayoritas manusia sering kali mengikuti prasangka dan kebiasaan yang tidak berdasarkan kebenaran. Oleh sebab itu, Allah memerintahkan agar kita tidak terpengaruh oleh mayoritas, tetapi tetap berpegang teguh pada wahyu-Nya.
Berpegang Teguh pada Jalan yang Lurus
Allah berfirman dalam Qur’an 43:43, “Maka berpegang teguhlah engkau kepada (agama) yang telah diwahyukan kepadamu. Sungguh, engkau berada di jalan yang lurus.”
Wahyu Allah adalah pedoman yang membimbing manusia menuju shirathal mustaqim (jalan yang lurus). Dengan berpegang teguh pada wahyu, seorang hamba telah berada di jalan yang benar, yang akan membawanya kepada keselamatan dunia dan akhirat.
Wahyu dalam Bahasa Arab sebagai Peringatan Universal
Wahyu Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an memiliki tujuan besar untuk menjadi peringatan bagi seluruh umat manusia. Sebagaimana Allah berfirman dalam Qur’an 42:7,
“Dan demikianlah Kami wahyukan Al-Qur’an kepadamu dalam bahasa Arab, agar engkau memberi peringatan kepada penduduk ibukota (Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) di sekelilingnya serta memberi peringatan tentang hari berkumpul (Kiamat) yang tidak diragukan adanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.”
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, bahasa yang dipahami langsung oleh Nabi Muhammad ﷺ dan kaumnya, agar mereka dapat menerima peringatan tentang tanggung jawab hidup di dunia dan akhirat. Peringatan ini juga mencakup realitas akhir kehidupan manusia: sebagian akan masuk surga, dan sebagian lainnya akan masuk neraka, tergantung pada amal perbuatannya.
Kisah Terbaik dalam Wahyu Allah
Sebagai wahyu yang sempurna, Al-Qur’an juga menjadi kitab yang memuat kisah-kisah terbaik. Allah berfirman dalam Qur’an 12:3,
“Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang yang tidak mengetahui.”
Ayat ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an memberikan pelajaran dan inspirasi melalui kisah-kisah terbaik yang penuh hikmah. Kisah-kisah ini bukan sekadar sejarah, tetapi panduan moral dan spiritual yang relevan sepanjang masa.
Kesimpulan: Jalan Lurus Bersama Wahyu
Dengan berpegang teguh kepada wahyu Allah, seorang hamba akan selalu berada di jalan yang lurus. Wahyu Allah adalah panduan utama yang harus diikuti, tanpa terpengaruh oleh mayoritas manusia yang sering kali mengikuti persangkaan belaka. Al-Qur’an sebagai wahyu yang diturunkan dalam bahasa Arab berfungsi sebagai peringatan universal, mengingatkan umat manusia tentang akhir kehidupan dan konsekuensinya.
Semoga kita semua termasuk golongan yang senantiasa mengikuti wahyu Allah, menjadikannya pedoman hidup, dan meraih keselamatan di dunia serta akhirat.(husni fahro)