Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Syayathinal Insi Wal Jinni: Memahami Keberadaan dan Cara Kerja Syaithan dalam Kehidupan Manus

257
×

Syayathinal Insi Wal Jinni: Memahami Keberadaan dan Cara Kerja Syaithan dalam Kehidupan Manus

Share this article
https://www.freepik.com

ppmindonesia.com, Jakarta– Pernyataan Al-Qur’an dalam surah Al-An’am ayat 112 memberikan penegasan bahwa syaithan terdiri dari jenis manusia dan jin. Selain itu, ayat ini juga menjelaskan tentang cara kerja syaithan, yaitu dengan saling membisikkan perkataan yang indah untuk menipu manusia dan menjatuhkan mereka ke dalam kesesatan.

Sayangnya, realitas masyarakat Muslim belum sepenuhnya menyadari keberadaan syaithan dari jenis manusia. Banyak yang masih menganggap syaithan semata-mata sebagai makhluk halus, padahal Al-Qur’an menegaskan bahwa syaithan adalah musuh yang nyata, bukan tersembunyi.

Untuk memahami seperti apa syaithan sebagai musuh yang nyata, kita dapat merujuk kepada surah Al-Mujadilah ayat 19. Ayat ini menjelaskan bahwa syaithan bergaul dengan manusia dan melupakan mereka dari peringatan Allah. Ketika seseorang telah melupakan peringatan Allah, ia menjadi bagian dari golongan syaithan (hizbus syaithan).

Fakta bahwa syaithan dari jenis manusia dapat bergaul dengan siapa saja, termasuk teman dekat atau bahkan kerabat, menunjukkan betapa pentingnya kewaspadaan terhadap pengaruh mereka.

Ciri utama manusia syaithan dapat dikenali dari cara mereka berinteraksi. Mereka selalu berusaha dengan berbagai cara dan siasat agar manusia melupakan peringatan Allah. Hal ini sejalan dengan penegasan dalam surah Al-A’raf ayat 16-17 dan surah Al-Isra ayat 63-64.

Oleh karena itu, umat Islam harus memahami pentingnya mengenali manusia syaithan agar tidak menjadi korban pengaruh mereka, yang bisa jadi berasal dari lingkungan terdekat, termasuk keluarga, istri, atau anak yang tanpa disadari menyiasati agar seseorang lupa kepada Allah.

Al-Qur’an juga memberikan peringatan penting dalam surah Al-A’raf ayat 175-176. Dikisahkan bahwa manusia yang telah menerima ayat-ayat Allah namun berlepas diri darinya, akan mengikuti langkah-langkah syaithan hingga mereka menjadi orang yang lalai.

Bahkan, meskipun ada peluang untuk menyelamatkan mereka, sering kali mereka lebih condong pada kehidupan dunia dan hawa nafsunya (akhlada ilal ardh wattaba’a hawahu). Al-Qur’an menggambarkan mereka seperti anjing yang tetap menjulurkan lidahnya, baik dihalau maupun dibiarkan. Artinya, nasihat dan peringatan tidak lagi bermanfaat bagi mereka.

Lebih jauh, surah Al-Maidah ayat 91 menegaskan bahwa syaithan senantiasa berusaha menimbulkan permusuhan dan kebencian melalui khamar dan perjudian, serta terus mengalihkan manusia dari peringatan Allah dan shalat. Mereka yang berpaling dari peringatan Allah, seperti disebutkan dalam surah Az-Zukhruf ayat 36, akan diberi teman dari kalangan syaithan (nuqoyyid lahu syaithan fahua lahu qoriin).

Akibat paling perih bagi orang yang berhasil dipalingkan oleh syaithan dari peringatan Allah adalah saat syaithan berlepas diri dari mereka di akhirat. Hal ini tergambar dalam surah Ibrahim ayat 22, yang menunjukkan betapa nestapanya akhir hidup orang-orang yang terpedaya oleh rayuan syaithan. Sebagai umat Islam, penting bagi kita untuk merenungkan dan memahami ayat-ayat ini agar tidak terjerumus ke dalam tipu daya syaithan, baik dari golongan jin maupun manusia. (husni fahro)

Example 120x600