ppmindonesia.com, Jakarta- Al-Qur’an Surah Az-Zukhruf (43:32) membuka pernyataan dengan sebuah pertanyaan retoris yang menegaskan bahwa Allah-lah yang membagi kehidupan kepada manusia dan meninggikan derajat sebagian atas sebagian yang lain agar terjadi saling pemberdayaan di antara mereka. Pada akhir ayat tersebut, Allah menyatakan bahwa “rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa saja yang dapat kamu kumpulkan.” Pernyataan ini menimbulkan pertanyaan: seperti apa rahmat Allah itu sehingga dinyatakan lebih baik daripada segala sesuatu yang dapat dikumpulkan oleh manusia?
Manusia cenderung menilai kekayaan yang dimiliki sebagai sesuatu yang sangat bernilai. Para konglomerat dunia, misalnya, seringkali merasa bahwa harta yang mereka miliki cukup besar untuk menjamin kebutuhan mereka dan keturunannya. Hal ini membuat mereka sulit memahami esensi dari rahmat Allah, terutama karena mereka terbiasa berbuat curang atau merasa cukup dengan kekayaan mereka (lihat QS Al-‘Alaq 96:6-7). Oleh karena itu, untuk memahami pernyataan Al-Qur’an dalam Az-Zukhruf 43:32, penting untuk menelaah ayat-ayat lain yang relevan, seperti QS Al-Maidah 5:36, QS Ar-Ra’d 13:18, dan QS Az-Zumar 39:47. Ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa meskipun orang yang kufur atau zalim memiliki segala sesuatu di bumi atau emas sepenuh bumi untuk menebus diri mereka dari siksa neraka, penebusan tersebut tidak akan diterima. Ini menunjukkan betapa besar nilai rahmat Allah atas iman yang dimiliki oleh orang-orang beriman, yang bebas dari azab neraka tanpa harus memiliki seluruh kekayaan dunia.
Keberuntungan hidup dalam keimanan tergambar jelas dalam QS Yunus 10:58, yang menyatakan bahwa dengan karunia dan rahmat Allah, manusia hendaknya bergembira karena itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan. Pernyataan ini menunjukkan bahwa rahmat Allah menduduki posisi tertinggi dalam nilai kehidupan manusia. Bahkan, QS An-Nisa 4:83 menyatakan bahwa jika bukan karena karunia dan rahmat Allah, manusia akan menjadi pengikut setan, kecuali sebagian kecil saja.
Hidup di bawah kepemimpinan setan adalah kondisi yang sangat berbahaya dan penuh penyesalan, sebagaimana dijelaskan dalam QS An-Nisa 4:75, bahwa orang-orang kufur berada di bawah kendali setan. Jika bukan karena rahmat Allah, sebagian besar manusia akan menjadi pengikut setan. Selain itu, QS An-Nur 24:14 menegaskan bahwa jika bukan karena karunia dan rahmat Allah, manusia pasti akan menerima siksa, baik di dunia maupun di akhirat, atas setiap gerak-geriknya. Bahkan, QS An-Nur 24:21 menyatakan bahwa jika bukan karena karunia dan rahmat Allah, tidak ada seorang pun yang akan bersih dari dosa untuk selamanya.
Kegentingan hidup manusia yang diwarnai dengan kecenderungan jahat dalam setiap jiwa membuat keberadaan rahmat Allah menjadi sangat penting. Tanpa rahmat tersebut, manusia hidup dalam kekhawatiran yang terus-menerus dan harus mengeluarkan biaya besar untuk memastikan keamanan dari ancaman kecenderungan jahat tersebut. Sebaliknya, kondisi yang penuh rasa aman dan sejahtera akan tercipta dengan mudah jika masyarakat dirahmati oleh Allah. Oleh karena itu, QS Al-A’raf 7:204 berpesan agar manusia mendengar Al-Qur’an dengan seksama dan berlindung kepada Allah dari gangguan setan saat membacanya.
Betapa pentingnya rahmat Allah dalam kehidupan manusia tergambar dari pernyataan bahwa rahmat Allah lebih baik dari apa saja yang dapat dikumpulkan. Hingga saat ini, belum pernah ada manusia yang mampu menghimpun kekayaan sebesar emas sepenuh bumi. Bahkan, jika kekayaan sebesar itu digunakan untuk menebus siksa neraka, ia tetap tidak akan berhasil (lihat QS Ali Imran 3:91). Artinya, emas sepenuh bumi tidak lebih bernilai dibandingkan keimanan, karena negeri akhirat adalah kehidupan yang sesungguhnya (lihat QS Al-‘Ankabut 29:64).
Dengan memahami ini, menjadi jelas bahwa rahmat Allah adalah anugerah terbesar dalam kehidupan manusia. Rahmat tersebut tidak hanya membebaskan manusia dari azab neraka, tetapi juga memberikan makna yang sejati dalam hidup, menjadikannya prioritas tertinggi dalam segala tindakan dan pilihan.(husni fahro)