Scroll untuk baca artikel
BeritaEdukasi

Mengapa Pendidikan Konvensional Gagal Mengajarkan Kemandirian Finansial

258
×

Mengapa Pendidikan Konvensional Gagal Mengajarkan Kemandirian Finansial

Share this article
Ilustrasi proses belajar dan mengajar (freepik.com)

ppmindonesia.com, JakartaPendidikan konvensional sering kali dianggap sebagai kunci menuju kesuksesan hidup. Sistem ini dirancang untuk melahirkan individu yang terampil, disiplin, dan mampu menjalankan peran dalam masyarakat.

Namun, jika ditelusuri lebih jauh, banyak orang yang telah menempuh pendidikan formal bertahun-tahun tetap terjebak dalam lingkaran finansial yang stagnan. Mereka bekerja keras demi gaji, tetapi sering kali gagal membangun kekayaan atau mencapai kebebasan finansial. Hal ini menimbulkan pertanyaan penting: mengapa pendidikan konvensional gagal mengajarkan kemandirian finansial?

Pertama, sistem pendidikan tradisional lebih berfokus pada penciptaan pekerja daripada pengusaha. Dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, kurikulum dirancang untuk melatih siswa menjadi tenaga kerja yang kompeten di berbagai bidang profesional.

Siswa diajarkan untuk mengikuti arahan, mematuhi aturan, dan menyelesaikan tugas dengan baik — kualitas yang sangat penting bagi pekerja, tetapi kurang relevan dalam membangun jiwa wirausaha. Sayangnya, keterampilan seperti pengelolaan risiko, identifikasi peluang bisnis, dan inovasi jarang menjadi bagian dari pendidikan formal.

Kedua, pendidikan konvensional sering kali mengabaikan literasi finansial. Kebanyakan siswa tidak diajarkan cara mengelola uang, memahami investasi, atau membangun aset. Mereka tidak diberi wawasan tentang pentingnya menciptakan sumber pendapatan pasif atau memanfaatkan keuntungan untuk mencapai kebebasan finansial.

Sebaliknya, mereka lebih diarahkan untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji tetap, yang meskipun memberikan kestabilan, sering kali membatasi potensi pertumbuhan finansial.

Ketiga, sistem pendidikan juga cenderung mempromosikan keamanan dan kestabilan finansial di atas keberanian untuk mengambil risiko. Budaya ini membuat banyak orang merasa nyaman berada di zona aman sebagai pekerja, daripada berani keluar untuk membangun sesuatu sendiri.

Padahal, di dunia nyata, kemandirian finansial sering kali membutuhkan keberanian untuk mengambil langkah yang tidak konvensional, seperti memulai bisnis, berinvestasi, atau menjelajahi peluang baru.

Kesimpulannya, meskipun pendidikan konvensional memberikan banyak manfaat, ia memiliki keterbatasan dalam membekali individu dengan keterampilan dan pola pikir yang diperlukan untuk mencapai kemandirian finansial.

Oleh karena itu, diperlukan reformasi dalam pendekatan pendidikan, dengan memasukkan literasi finansial, kewirausahaan, dan keterampilan pengelolaan uang ke dalam kurikulum. Selain itu, masyarakat juga perlu mengambil inisiatif untuk belajar dari sumber lain, seperti mentor, buku, atau pengalaman langsung, agar dapat membangun kehidupan yang lebih mandiri secara finansial. (asyary)

Example 120x600