ppmindonesia.com, Jakarta – Misi kerasulan adalah salah satu pilar penting dalam Islam yang memiliki tujuan membawa perubahan besar bagi kehidupan manusia. Al-Qur’an sebagai pedoman utama umat Islam, secara jelas menegaskan bahwa Allah mengutus para rasul dengan membawa petunjuk dan agama yang benar (“bil huda wa dinul haq”) untuk mengangkat umat manusia dari kegelapan menuju cahaya.
Dalam Surah At-Taubah (9:33), misi ini digambarkan sebagai upaya agar agama yang benar itu menjadi yang unggul di atas semua agama lain, meskipun ditentang oleh orang-orang musyrik. Hal ini menunjukkan bahwa risalah kerasulan bersifat universal dan relevan sepanjang zaman.
Al-Qur’an menekankan pentingnya menegakkan misi kerasulan dengan penuh kesungguhan. Dalam Surah Al-Hajj (22:78), Allah memerintahkan umat-Nya untuk berjihad di jalan-Nya dengan sebenar-benarnya jihad (“jihad fi sabilillah”) sebagai bentuk pengabdian kepada-Nya. Jihad dalam konteks ini bukan hanya berarti perjuangan fisik, tetapi juga mencakup upaya intelektual, moral, dan spiritual untuk menyebarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Dengan cara ini, misi kerasulan dapat menjadi alat untuk menciptakan perubahan yang nyata di dunia.
Salah satu inti dari misi kerasulan adalah menyerukan manusia untuk memasuki Islam secara kaffah, atau totalitas. Dalam Surah Al-Baqarah (2:208), Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk masuk ke dalam Islam secara menyeluruh (“udkhulu fis silmi kaffah”) dan tidak mengikuti langkah-langkah setan. Totalitas dalam beragama berarti menjadikan Islam sebagai panduan dalam semua aspek kehidupan, baik itu spiritual, sosial, maupun ekonomi. Dengan cara ini, Islam tidak hanya menjadi agama ritual, tetapi juga sistem hidup yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Misi kerasulan juga bertujuan untuk membebaskan manusia dari berbagai bentuk kezaliman. Dalam Surah Ibrahim (14:1), Allah menyebutkan bahwa Dia mengutus rasul dengan membawa kitab suci untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya.
Kegelapan di sini mencakup segala bentuk ketidakadilan, penindasan, dan kebodohan yang menghambat kemajuan manusia. Oleh karena itu, misi kerasulan menjadi fondasi bagi terciptanya masyarakat yang adil, makmur, dan beradab.
Dalam sejarah, para rasul memainkan peran penting dalam membawa perubahan dunia. Nabi Muhammad SAW, misalnya, berhasil mengubah masyarakat Arab yang sebelumnya terpecah belah dan diliputi oleh praktik-praktik jahiliyah menjadi umat yang bersatu di bawah panji Islam.
Keberhasilan ini dicapai melalui kombinasi dakwah yang bijaksana, keteladanan moral, dan strategi yang visioner. Hal ini menunjukkan bahwa misi kerasulan bukan hanya bersifat teoritis, tetapi juga aplikatif dalam menghadapi tantangan nyata di dunia.
Namun, perjalanan menuju tegaknya misi kerasulan tidaklah mudah. Penolakan dan perlawanan dari kaum musyrikin, seperti yang disebutkan dalam Surah At-Taubah (9:33), adalah bagian dari ujian dalam menyampaikan risalah.
Tantangan ini mengajarkan umat Islam untuk tetap istiqamah, yaitu konsisten dan teguh dalam perjuangan di jalan Allah. Dalam Surah Al-Fussilat (41:30), Allah memberikan janji bahwa orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” lalu beristiqamah, akan mendapatkan ketenangan dan pertolongan dari malaikat.
Dalam konteks modern, misi kerasulan tetap relevan sebagai panduan untuk menciptakan perubahan dunia. Nilai-nilai universal yang terkandung dalam Al-Qur’an, seperti keadilan, kasih sayang, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia, dapat menjadi solusi untuk berbagai masalah global, termasuk kemiskinan, konflik, dan kerusakan lingkungan. Dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman, umat Islam dapat berkontribusi dalam membangun dunia yang lebih baik.
Akhirnya, misi kerasulan adalah amanah yang harus diemban oleh setiap Muslim. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran Al-Qur’an, umat Islam dapat menjadi agen perubahan yang membawa kebaikan bagi seluruh umat manusia. Perjuangan ini membutuhkan kesungguhan, kesabaran, dan keikhlasan, tetapi hasilnya adalah keberkahan dan ridha Allah yang tak ternilai harganya.(husni fahro)