Scroll untuk baca artikel
BeritaNasional

Eksistensi Pusat Peranserta Masyarakat (PPM): Tantangan dan Peluang di Era Milenial dan Generasi Z

227
×

Eksistensi Pusat Peranserta Masyarakat (PPM): Tantangan dan Peluang di Era Milenial dan Generasi Z

Share this article
Empat Dekade Pusat Peranserta Masyarakat - PPM- (ppm.doc)

ppmindonesia.com, Jakarta – Perkembangan penduduk dan kualitas sumber daya manusia Indonesia menunjukkan adanya tantangan besar yang perlu diatasi, seperti kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan.

Di sisi lain, sistem dan tata nilai budaya yang belum sepenuhnya fungsional menjadi persoalan mendasar yang menghambat upaya pembangunan berkelanjutan. Masa depan bangsa sangat bergantung pada kemampuan masyarakat untuk bersama-sama menciptakan tatanan sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih baik, selaras dengan kebutuhan dan kepentingan rakyat.

Pembangunan seharusnya dimaknai sebagai upaya menyeluruh untuk memberdayakan potensi swadaya masyarakat. Hal ini harus berakar pada kesadaran imani dan kebutuhan nyata, yang diwujudkan melalui pembentukan kelembagaan swadaya yang fungsional di setiap lingkungan masyarakat, mulai dari tingkat desa hingga jaringan kerja di berbagai tingkatan.

Dengan pendekatan ini, pembangunan menjadi proses pembelajaran kolektif yang memungkinkan masyarakat berkontribusi langsung dalam pembaruan budaya dan pengembangan kehidupan mereka.

Lahirnya Pusat Peranserta Masyarakat (PPM)

Atas dasar kesadaran akan pentingnya peran masyarakat dalam pembangunan, pada 30 Januari 1985 berdirilah Pusat Peranserta Masyarakat (PPM) di Kaliurang, Yogyakarta. Sebagai organisasi kemasyarakatan yang bersifat independen dan nirlaba, PPM didirikan untuk menjadi gerakan kebudayaan yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan Akta Yayasan Nomor 27 tanggal 5 Juni 1987 di hadapan Notaris Yudho Paripurno, SH, PPM menjadi wadah nasional yang bergerak di bidang pengembangan masyarakat, dengan tujuan utama membangkitkan prakarsa, partisipasi, dan swadaya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka.

Sejak awal berdirinya, PPM memegang teguh empat prinsip metodologi:

1.Selaras dengan pengalaman sejarah dan proses belajar masyarakat.
2.Menyesuaikan dengan momentum serta dorongan internal masyarakat.
3.Berpegang pada prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat.
4.Mengandalkan sepenuhnya pada kemampuan swadaya murni masyarakat.

Sebagai gerakan sosial, PPM bukan hanya organisasi pelayanan kepada masyarakat, melainkan juga wahana untuk menampung karya-cipta anggotanya. Karya-cipta ini kemudian berfungsi sebagai sarana untuk memberikan layanan dan kontribusi nyata kepada masyarakat.

Bidang Layanan PPM
PPM memberikan pelayanan dalam delapan bidang pengembangan utama:

1.Sosial ekonomi.
2. Pendidikan alternatif.
3.Kesehatan masyarakat.
4.Teknologi tepat guna.
5.Lingkungan hidup.
6.Sosial budaya.
7.Kependudukan dan transmigrasi.
8.Emansipasi sosial.

Pendekatan program PPM berpusat pada pengembangan qaryah thayyibah (desa sejahtera) sebagai model pembangunan berbasis komunitas. Jaringan kerjasama antar qaryah juga diperkuat untuk membangun kawasan yang lebih sejahtera.

Tantangan di Era Milenial dan Generasi Z

Setelah 40 tahun berkiprah, PPM menghadapi tantangan besar untuk tetap relevan di era milenial dan generasi Z. Perubahan pola hidup masyarakat yang cenderung konsumtif, individualistis, dan pragmatis telah memengaruhi penerimaan terhadap konsep-konsep pemberdayaan yang selama ini dibangun oleh PPM.

Selain itu, teknologi informasi telah mengubah cara masyarakat berkomunikasi dan berinteraksi. Silaturahmi tatap muka yang dahulu menjadi sarana utama dalam pembangunan sosial kini tergantikan oleh pertemuan virtual, seperti zoom meeting. Meski teknologi memberikan manfaat berupa akses informasi yang cepat, pola ini juga berpotensi mengurangi interaksi sosial yang bersifat personal dan mendalam.

Untuk menghadapi tantangan ini, PPM perlu melakukan perubahan paradigma tanpa mengurangi nilai-nilai dasar visi dan misi organisasi. Beberapa langkah strategis yang dapat diambil, antara lain:

1.Adaptasi Program dan Kaderisasi
Menyesuaikan program dengan kebutuhan dan selera masyarakat saat ini, tanpa kehilangan idealisme dan jati diri PPM.
Memperkuat kaderisasi dengan pendekatan yang relevan bagi generasi muda, termasuk melalui media digital.

2.Pemanfaatan Teknologi Informasi
Memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk memperluas jangkauan dakwah dan pemberdayaan masyarakat.
Mengintegrasikan teknologi dalam program pemberdayaan, seperti pelatihan daring, pemasaran digital untuk produk lokal, dan pengembangan aplikasi komunitas.

3.Peningkatan Kolaborasi
Membangun jaringan kerja yang lebih kuat dengan organisasi lain, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
Menggalang dukungan lintas generasi untuk memastikan kesinambungan perjuangan PPM.

PPM tetap memiliki peran strategis dalam pemberdayaan masyarakat, meskipun menghadapi berbagai tantangan di era modern. Dengan mengadaptasi strategi dan program sesuai dengan dinamika zaman, PPM dapat terus menjadi wahana yang relevan dan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.

Perjuangan 40 tahun ini adalah fondasi kuat untuk melangkah ke depan, membawa nilai-nilai kebersamaan, keimanan, dan pengabdian yang menjadi ciri khas PPM. (asyary)

 

Example 120x600