ppmindonesia.com, Jakarta – Banyak yang meyakini bahwa shalawat Jibril adalah salah satu sarana pembuka rezeki. Keyakinan ini sering kali diperkuat oleh tayangan-tayangan di berbagai platform seperti YouTube, yang menghubungkan amalan tersebut dengan keberkahan dalam kehidupan. Namun, mari kita telaah hal ini berdasarkan Al-Qur’an.
1. Makna Shalawat dalam Al-Qur’an (Qs 33:43)
Dalam surah Al-Ahzab ayat 43, Allah berfirman:
“Dialah yang memberi rahmat (shalawat) kepadamu dan para malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), agar Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.”
Ayat ini menunjukkan bahwa “shalawat” dari Allah dan malaikat-Nya merupakan bentuk rahmat, kasih sayang, dan pembebasan dari kegelapan menuju cahaya kebenaran. Dengan kata lain, shalawat di sini adalah manifestasi dari petunjuk dan kasih sayang Allah yang memandu manusia keluar dari kezaliman, baik dalam dimensi spiritual maupun sosial.
2. Hubungan dengan Qs 14:1 dan Qs 57:9
Dalam Qs Ibrahim ayat 1, Allah menyebutkan bahwa Dia menurunkan Al-Qur’an untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, sebagaimana dijelaskan pula dalam Qs Al-Hadid ayat 9. Artinya, shalawat Allah dan malaikat-Nya direalisasikan melalui petunjuk Al-Qur’an yang menjadi pedoman utama dalam menjalani kehidupan. Shalawat bukan hanya sekadar bacaan, tetapi juga pengamalan Al-Qur’an yang membebaskan manusia dari kebodohan, kezaliman, dan kebinasaan.
3. Kepemimpinan Allah terhadap Orang Beriman (Qs 2:257)
Allah adalah wali (pemimpin) bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana disebutkan dalam Qs Al-Baqarah ayat 257:
“Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman).”
Dengan demikian, orang-orang yang beriman, yang mendapatkan shalawat dari Allah, adalah mereka yang telah menerima petunjuk Allah melalui Al-Qur’an. Dalam Qs 2:156-157, Allah menegaskan bahwa orang-orang yang bersabar dan mengikuti petunjuk-Nya adalah mereka yang mendapatkan shalawat, rahmat, dan keberkahan.
4. Shalawat Jibril adalah Bagian dari Shalawat Allah
Malaikat, termasuk Jibril, hanya menjalankan apa yang diperintahkan Allah (Qs 66:6). Maka, shalawat Jibril tidak mungkin berbeda dengan shalawat Allah, sebagaimana ditegaskan dalam Qs 33:43. Dengan demikian, shalawat Jibril yang disebut-sebut adalah bagian dari rahmat Allah yang diwujudkan melalui petunjuk Al-Qur’an.
5. Rezeki dan Keberkahan dalam Al-Qur’an
Jika dikatakan bahwa shalawat Jibril membuka rezeki, maka ini tidak hanya terkait dengan rezeki dalam bentuk materi semata. Allah menjanjikan berbagai keberkahan bagi siapa saja yang mengamalkan Al-Qur’an, di antaranya:
- Ampunan dosa dan pembebasan dari siksa neraka.
- Kemudahan dalam berbagai urusan kehidupan.
- Peningkatan keimanan dan ketenangan hati.
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, rezeki tidak hanya berupa materi, tetapi juga mencakup ketenangan jiwa, keberkahan hidup, dan rahmat Allah yang tak terbatas. Oleh karena itu, keberkahan dalam hidup hanya bisa diraih melalui ketaatan kepada Allah dan pengamalan ajaran Al-Qur’an secara menyeluruh.
Shalawat Jibril, jika dilihat melalui kacamata Al-Qur’an, merupakan bagian dari shalawat Allah dan malaikat-Nya yang bertujuan untuk memberikan petunjuk dan rahmat kepada manusia. Keyakinan bahwa amalan ini membuka rezeki harus dipahami dalam konteks yang lebih luas, yaitu bahwa rezeki adalah hasil dari pengamalan ajaran Al-Qur’an. Bukan hanya rezeki materi yang dijanjikan, tetapi juga rahmat, petunjuk, dan keberkahan hidup yang komprehensif.
Dengan demikian, penting bagi kita untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran Al-Qur’an secara menyeluruh agar mendapatkan rahmat Allah dalam berbagai aspek kehidupan.(husni fahro)