Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Misi Kerasulan dalam Perspektif Kontemporer: Relevansi dan Tantangan

247
×

Misi Kerasulan dalam Perspektif Kontemporer: Relevansi dan Tantangan

Share this article
Foto diambil dari depositphotos.com

ppmindonesia.com, JakartaMisi kerasulan dalam Islam adalah amanah besar yang bertujuan untuk membawa umat manusia kepada jalan yang benar, adil, dan penuh kedamaian. Dengan Al-Qur’an sebagai pedoman utama, para rasul diutus untuk menyampaikan agama yang benar (“Ad-Dienul Haq”) sebagai petunjuk bagi kehidupan manusia.

Dalam konteks modern, misi kerasulan tetap relevan namun menghadapi tantangan yang semakin kompleks, seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan global.

Relevansi Misi Kerasulan

Al-Qur’an menegaskan bahwa misi kerasulan adalah untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya (QS. Ibrahim: 14:1). Nilai-nilai universal seperti keadilan, kesetaraan, kasih sayang, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia yang terkandung dalam ajaran Islam memiliki relevansi yang kuat dengan tantangan dunia kontemporer. Dalam konteks globalisasi, isu-isu seperti ketimpangan sosial, kemiskinan, konflik antarbangsa, dan krisis lingkungan membutuhkan pendekatan yang didasarkan pada nilai-nilai luhur ini.

Surah At-Taubah (9:33) menyebutkan bahwa Allah mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan atas segala sistem, meskipun orang-orang musyrik membencinya.

Pesan ini menggambarkan bahwa Islam hadir sebagai solusi universal yang mampu memberikan alternatif bagi sistem kehidupan yang tidak adil. Dalam dunia yang semakin plural dan saling terhubung, misi kerasulan menuntut umat Islam untuk menjadi teladan dalam mewujudkan rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi semesta alam).

Tantangan Misi Kerasulan di Era Modern

Meskipun relevan, misi kerasulan tidak lepas dari tantangan yang besar. Salah satu tantangan utama adalah adanya distorsi pemahaman terhadap ajaran Islam yang sering kali dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan politik atau ideologi. Hal ini menciptakan stigma negatif terhadap Islam di beberapa kalangan, sehingga menghambat penyebaran nilai-nilai murni agama.

Selain itu, modernitas juga membawa perubahan besar dalam cara manusia berpikir dan bertindak. Pandangan materialisme, individualisme, dan sekularisme menjadi tantangan bagi umat Islam untuk tetap memegang prinsip Islam secara kaffah.

Dalam Surah Al-Baqarah (2:208), Allah memerintahkan untuk masuk ke dalam Islam secara totalitas (“udkhulu fis silmi kaffah”), yang berarti menjadikan Islam sebagai panduan dalam setiap aspek kehidupan, baik spiritual maupun sosial.

Kemajuan teknologi informasi juga membawa tantangan tersendiri. Di satu sisi, teknologi membuka peluang besar untuk menyebarkan dakwah Islam secara luas. Namun, di sisi lain, penyalahgunaan teknologi untuk menyebarkan informasi yang salah atau radikalisme dapat merusak citra Islam.

Oleh karena itu, umat Islam harus mampu memanfaatkan teknologi dengan bijaksana untuk memperkenalkan Islam yang penuh kedamaian dan kebenaran.

Strategi Menghadapi Tantangan

Untuk menjawab tantangan-tantangan ini, diperlukan pendekatan yang strategis dan adaptif. Pertama, umat Islam perlu memperkuat pemahaman mereka terhadap Al-Qur’an dan Sunnah, sehingga mampu membedakan ajaran yang benar dari penyimpangan. Pendidikan Islam yang holistik dan berbasis nilai-nilai moderasi (wasathiyah) menjadi kunci untuk membentuk generasi Muslim yang tangguh dan berwawasan luas.

Kedua, dialog antaragama perlu diperkuat untuk membangun jembatan persatuan di tengah keberagaman. Dalam Surah Al-Hujurat (49:13), Allah menegaskan bahwa manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal, bukan untuk saling bermusuhan.

Dialog yang konstruktif dapat menjadi sarana untuk menyampaikan misi kerasulan sebagai jalan perdamaian dan solusi bersama bagi masalah dunia.

Ketiga, umat Islam harus mengambil peran aktif dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk ekonomi, politik, dan lingkungan. Dengan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai landasan, umat Islam dapat memberikan kontribusi nyata untuk menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera. Hal ini sesuai dengan tujuan misi kerasulan untuk menegakkan kebenaran di seluruh aspek kehidupan manusia.

Misi kerasulan bukan hanya tugas para nabi, tetapi juga tanggung jawab umat Islam sebagai pewaris risalah. Dalam perspektif kontemporer, misi ini tetap relevan sebagai panduan untuk menciptakan dunia yang lebih baik.

Namun, untuk mewujudkannya, umat Islam harus menghadapi berbagai tantangan dengan kesungguhan dan strategi yang tepat. Dengan berpijak pada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah, serta mengadaptasi pendekatan yang sesuai dengan zaman, misi kerasulan dapat menjadi katalisator perubahan yang positif bagi kehidupan manusia secara keseluruhan. (husni fahro)

Example 120x600