Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Islam sebagai Agama Sejati: Analisis Kritis terhadap Ajaran-Ajaran yang Menyimpang

235
×

Islam sebagai Agama Sejati: Analisis Kritis terhadap Ajaran-Ajaran yang Menyimpang

Share this article

ppmindonesia.com. JakartaIslam adalah agama yang Allah tetapkan sebagai satu-satunya jalan hidup yang benar dan sesuai dengan fitrah manusia. Pernyataan ini ditegaskan dalam firman-Nya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 19). Ayat ini memberikan penegasan bahwa agama yang berasal dari Allah adalah Islam, dan tidak ada agama lain yang diterima di sisi-Nya.

Namun, dalam realitas kehidupan umat manusia, banyak ajaran atau praktik yang diklaim sebagai bagian dari Islam, padahal sebenarnya tidak bersumber dari Allah. Fenomena ini menjadi tantangan serius bagi kaum muslimin untuk memastikan bahwa keimanan dan ibadah mereka benar-benar didasarkan pada wahyu yang murni, bukan pada tradisi, pendapat, atau perkabaran yang tidak memiliki landasan yang jelas.

Penyerahan Diri kepada Allah: Kesadaran atau Keterpaksaan

Dalam QS. Ali ‘Imran [3]: 83, Allah mengajukan pertanyaan reflektif: “Apakah mereka mencari agama selain agama Allah, padahal segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi telah berserah diri kepada-Nya, baik dengan suka rela maupun terpaksa?” Ayat ini menunjukkan bahwa pada akhirnya semua makhluk akan tunduk kepada Allah, meskipun melalui proses yang berbeda.

Sebagian manusia memilih untuk tunduk dan berserah diri kepada Allah dengan penuh kesadaran. Mereka memahami bahwa manusia adalah makhluk yang lemah dan bergantung sepenuhnya kepada Allah. Ketaatan mereka lahir dari hati yang ikhlas, sebagaimana tujuan penciptaan manusia disebutkan dalam QS. Adz-Dzariyat [51]: 56: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”

Namun, ada pula manusia yang menentang ketetapan Allah. Mereka menolak ajaran agama dan mengandalkan akal atau hawa nafsu mereka. Meskipun demikian, pada akhirnya mereka pun akan tunduk kepada Allah, meskipun dalam keterpaksaan (karhan).

Ajaran Islam: Wahyu atau Tradisi?

Salah satu persoalan yang sering muncul adalah munculnya ajaran atau kabar yang disandarkan kepada Islam, tetapi tidak berasal dari Allah. Sebagai contoh, seseorang mungkin mengatakan bahwa ia mendapatkan kabar dari seorang sahabat Nabi, seperti Abu Hurairah, namun kabar tersebut tidak memiliki landasan dari wahyu Allah.

Jika kita mengacu pada QS. Ali ‘Imran [3]: 19, maka hanya ajaran yang berasal dari Allah yang dapat disebut sebagai bagian dari Islam.

Allah telah menegaskan bahwa agama Islam disampaikan melalui para rasul yang membawa petunjuk (huda) dan agama yang benar (dienul haq), sebagaimana disebutkan dalam QS. At-Taubah [9]: 33: “Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan atas segala agama.

” Dengan demikian, Islam adalah agama yang sempurna dan telah Allah tetapkan untuk menjadi pedoman hidup manusia.

Namun, munculnya ajaran-ajaran yang tidak bersumber dari Allah, baik dalam bentuk tradisi, mitos, maupun perkabaran tanpa dasar, berpotensi menyesatkan umat Islam.

Dalam QS. Al-Isra [17]: 36, Allah memperingatkan agar manusia tidak mengikuti sesuatu tanpa ilmu: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban.”

Kesadaran Merdeka sebagai Kriteria Muslim Sejati

Seorang muslim sejati adalah orang yang memiliki kesadaran merdeka dalam keimanan dan ibadahnya. Dalam QS. Al-Jinn [72]: 14, disebutkan bahwa “di antara kami ada orang-orang yang muslim, dan di antara kami ada pula orang-orang yang menyimpang. Barang siapa yang berserah diri (muslim), maka mereka itulah yang memilih jalan yang lurus.”

Kesadaran merdeka ini mengharuskan seseorang untuk beribadah berdasarkan ilmu dan pemahaman yang benar. Ibadah yang dilakukan hanya karena ikut-ikutan atau taklid buta tidak mencerminkan sikap seorang muslim yang sejati. Oleh karena itu, penting bagi setiap muslim untuk memahami dasar-dasar keimanan dan ibadah mereka berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah yang shahih.

Ajaran Menyimpang dan Tantangannya bagi Umat Islam

Munculnya ajaran-ajaran yang menyimpang sering kali disebabkan oleh minimnya pemahaman umat terhadap ajaran Islam yang murni. Banyak umat yang lebih mengandalkan tradisi turun-temurun atau perkataan seseorang tanpa meneliti kebenarannya. Padahal, Islam mengajarkan bahwa setiap ibadah harus memiliki landasan yang jelas.

Fenomena ini juga menimbulkan tantangan bagi umat Islam untuk membedakan antara ajaran Islam yang murni dan ajaran yang disusupi oleh unsur-unsur luar. Sebagaimana ditegaskan dalam QS. Ali ‘Imran [3]: 85, “Barang siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima daripadanya, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.”

Islam adalah agama sejati yang ditetapkan oleh Allah sebagai pedoman hidup manusia. Namun, agar dapat disebut sebagai muslim sejati, seseorang harus memiliki kesadaran merdeka dalam beribadah dan beriman. Hal ini hanya dapat dicapai dengan mendasarkan segala amalan pada wahyu Allah dan tidak mengikuti ajaran-ajaran yang tidak bersumber dari-Nya.

Umat Islam harus senantiasa menjaga kemurnian ajaran Islam dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan sunnah yang shahih, serta menjauhi praktik-praktik yang tidak memiliki landasan yang jelas. Dengan demikian, Islam dapat menjadi rahmat bagi seluruh alam dan pedoman hidup yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat.(husni fahro)

Example 120x600