ppmindonesia.com. Jakarta -Islam adalah agama yang menjadi pedoman hidup manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dalam Al-Qur’an, Islam tidak hanya diartikan sebagai nama sebuah agama, tetapi juga sebagai konsep yang mencakup penyerahan diri, ketaatan, dan pengabdian total kepada Allah. Firman Allah dalam QS. Ali ‘Imran [3]: 19 menegaskan: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” Ayat ini menjadi landasan utama bahwa Islam adalah satu-satunya jalan yang benar menuju Allah.
Islam sebagai Jalan Penyerahan Diri
Kata “Islam” berasal dari akar kata aslama, yang berarti menyerahkan diri, tunduk, dan patuh. Dalam konteks Al-Qur’an, Islam adalah keadaan di mana seseorang dengan sepenuh hati menerima kehendak Allah sebagai panduan hidupnya.
Hal ini ditegaskan dalam QS. Ali ‘Imran [3]: 83, di mana Allah berfirman: “Apakah mereka mencari agama selain agama Allah, padahal semua yang ada di langit dan di bumi telah berserah diri kepada-Nya, baik dengan suka rela maupun terpaksa?”
Ayat ini menunjukkan bahwa seluruh makhluk pada akhirnya tunduk kepada Allah. Namun, terdapat perbedaan mendasar antara mereka yang menyerah dengan penuh kesadaran dan mereka yang tunduk karena keterpaksaan.
Sebagian manusia memilih untuk berserah diri kepada Allah dengan penuh keikhlasan, menyadari bahwa hidup mereka sepenuhnya bergantung pada-Nya.
Sebagian lainnya hanya tunduk kepada Allah di akhir perjalanan mereka, sering kali dalam keadaan terpaksa setelah menyadari keterbatasan mereka sebagai makhluk.
Islam sebagai Agama Fitrah
Al-Qur’an menggambarkan Islam sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Dalam QS. Ar-Rum [30]: 30, Allah berfirman: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah.”
Fitrah manusia adalah kesadaran bawaan bahwa mereka diciptakan untuk beribadah kepada Allah. Oleh karena itu, Islam menjadi agama yang sejalan dengan kebutuhan spiritual dan eksistensial manusia.
Setiap penyimpangan dari Islam berarti penolakan terhadap fitrah itu sendiri, yang akhirnya membawa manusia kepada kesengsaraan di dunia dan akhirat.
Islam sebagai Jalan Hidup yang Benar
Dalam QS. Al-Ma’idah [5]: 3, Allah berfirman: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam sebagai agamamu.” Ayat ini menegaskan kesempurnaan Islam sebagai sistem kehidupan yang mencakup seluruh aspek manusia, baik spiritual, moral, maupun sosial.
Islam bukan hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah), tetapi juga hubungan antar manusia (muamalah).
Prinsip-prinsip Islam memberikan panduan untuk menjalani hidup yang penuh dengan keadilan, kasih sayang, dan tanggung jawab.
Islam sebagai Jalan Keselamatan
Al-Qur’an mengajarkan bahwa hanya Islam yang dapat membawa manusia kepada keselamatan sejati. Dalam QS. Ali ‘Imran [3]: 85, Allah berfirman: “Barang siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
Ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada jalan lain menuju Allah kecuali melalui Islam. Semua ajaran, tradisi, atau keyakinan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam tidak akan diterima oleh Allah.
Hal ini menjadi peringatan bagi manusia untuk senantiasa meninjau ulang keyakinan dan praktik keagamaan mereka agar tidak menyimpang dari ajaran yang telah Allah tetapkan.
Kesadaran sebagai Inti Ketaatan
Dalam Islam, ketaatan sejati lahir dari kesadaran mendalam tentang keesaan Allah dan hubungan manusia dengan-Nya. Allah memuji orang-orang yang menyerahkan diri kepada-Nya dengan ikhlas dan berbuat kebaikan.
Dalam QS. An-Nisa [4]: 125, Allah bertanya: “Siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia berbuat kebaikan, dan dia mengikuti agama Ibrahim yang lurus?”
Ayat ini menunjukkan bahwa penyerahan diri yang benar harus disertai dengan amal kebaikan (ihsan). Ketaatan yang didasari oleh kesadaran, ilmu, dan keikhlasan adalah jalan untuk mencapai derajat tertinggi di sisi Allah.
Bahaya Menyimpang dari Jalan Islam
Salah satu ancaman terbesar bagi umat Islam adalah penyimpangan dari ajaran yang murni. Hal ini dapat terjadi ketika seseorang mengadopsi ajaran atau tradisi yang tidak bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah.
Allah memperingatkan bahaya mengikuti sesuatu tanpa ilmu dalam QS. Al-Isra [17]: 36: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban.”
Taklid buta, yakni mengikuti sesuatu tanpa memahami dasarnya, adalah salah satu penyebab utama penyimpangan dalam Islam.
Untuk menjaga kemurnian Islam, setiap muslim harus beribadah berdasarkan ilmu yang benar, bukan sekadar mengikuti tradisi atau pendapat tanpa landasan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah jalan menuju Allah yang didasarkan pada penyerahan diri, ketaatan, dan kesadaran penuh. Sebagai agama yang sempurna dan sesuai dengan fitrah manusia, Islam menawarkan pedoman hidup yang lengkap dan membawa keselamatan sejati di dunia dan akhirat.
Namun, agar perjalanan menuju Allah berjalan dengan benar, seorang muslim harus memastikan bahwa keimanan dan amalnya berlandaskan ilmu dan pemahaman yang mendalam. Penyimpangan dari jalan Islam hanya akan membawa kerugian, sebagaimana ditegaskan dalam QS. Ali ‘Imran [3]: 85.
Oleh karena itu, setiap muslim dituntut untuk senantiasa belajar, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam dengan penuh kesadaran. Hanya dengan cara ini, Islam dapat menjadi jalan yang lurus menuju ridha Allah dan kebahagiaan yang abadi.(husni fahro)