Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Murni atau Menyimpang? Membedakan Ajaran Islam yang Sah

227
×

Murni atau Menyimpang? Membedakan Ajaran Islam yang Sah

Share this article

ppmindonesia.com. Jakarta Islam adalah agama yang sempurna dan telah diridhai Allah sebagai satu-satunya jalan hidup yang benar. Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 19). Namun, dalam praktiknya, tidak semua ajaran yang diklaim sebagai bagian dari Islam benar-benar berasal dari Allah dan Rasul-Nya.

Dalam konteks ini, penting bagi setiap muslim untuk dapat membedakan antara ajaran Islam yang murni dan yang telah menyimpang.

Islam yang Murni: Ajaran yang Berlandaskan Wahyu

Islam yang murni adalah ajaran yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Allah menjelaskan dalam QS. An-Najm [53]: 3-4: “Dan dia (Muhammad) tidak berbicara dari hawa nafsunya. Ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan.” Ayat ini menegaskan bahwa Rasulullah SAW tidak menyampaikan sesuatu kecuali yang benar-benar berasal dari Allah.

Islam yang murni mengajarkan prinsip tauhid, yakni mengesakan Allah tanpa menyekutukan-Nya. Setiap ajaran yang menyimpang dari prinsip ini, seperti menambahkan perantara dalam ibadah atau mengadopsi praktik yang tidak diajarkan oleh Rasulullah, adalah bentuk penyimpangan. Allah memperingatkan bahaya penyimpangan tersebut dalam QS. An-Nisa [4]: 48: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki.”

Ciri-Ciri Ajaran Islam yang Sah

Untuk membedakan ajaran Islam yang murni dari yang menyimpang, ada beberapa ciri utama yang dapat dijadikan pedoman:

1.Berasal dari Allah dan Rasul-Nya

Ajaran Islam yang sah harus memiliki landasan yang jelas dalam Al-Qur’an atau hadits. Segala sesuatu yang tidak memiliki dasar dari keduanya tidak dapat dianggap sebagai bagian dari Islam. Dalam QS. Al-A’raf [7]: 3, Allah berfirman: “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya.”

2.Sesuai dengan Prinsip Tauhid

Islam yang murni menempatkan Allah sebagai satu-satunya yang berhak disembah. Segala bentuk ritual atau kepercayaan yang melibatkan selain Allah, baik itu makhluk, benda, atau kekuatan lain, adalah penyimpangan dari Islam yang sah.

3.Tidak Bertentangan dengan Fitrah Manusia

Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, sebagaimana ditegaskan dalam QS. Ar-Rum [30]: 30: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” Ajaran yang menyalahi fitrah manusia, seperti menghalalkan apa yang diharamkan Allah atau sebaliknya, adalah bentuk penyimpangan.

4.Mengutamakan Ilmu dan Pemahaman

Ajaran Islam yang sah selalu mendorong umatnya untuk memahami setiap ibadah dan praktik keagamaan yang dilakukan. Dalam QS. Al-Isra [17]: 36, Allah berfirman: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” Ibadah tanpa ilmu, atau taklid buta, berisiko membawa seseorang kepada penyimpangan.

Ajaran yang Menyimpang: Ciri dan Penyebab

Penyimpangan dalam Islam dapat terjadi ketika seseorang mengikuti tradisi, pendapat, atau keyakinan yang tidak bersumber dari wahyu. Penyimpangan ini dapat dikenali melalui beberapa ciri:

1.Tidak Memiliki Landasan yang Jelas

Ajaran yang menyimpang sering kali didasarkan pada tradisi atau pendapat manusia yang tidak memiliki dasar dalam Al-Qur’an atau sunnah. Allah mengingatkan dalam QS. Al-An’am [6]: 116: “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang di muka bumi, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka.”

2.Menambahkan atau Mengurangi Syariat

Penyimpangan terjadi ketika seseorang menambahkan sesuatu dalam agama yang tidak diajarkan oleh Rasulullah atau menghapuskan bagian dari syariat yang telah Allah tetapkan. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa mengada-adakan sesuatu dalam urusan (agama) kami ini yang bukan darinya, maka ia tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim).

3.Mengutamakan Tradisi di Atas Wahyu

Dalam beberapa kasus, umat Islam lebih mengutamakan tradisi lokal yang bertentangan dengan ajaran Islam. Tradisi semacam ini sering kali dijadikan bagian dari ibadah, padahal tidak memiliki dasar dalam Al-Qur’an atau sunnah.

4.Tidak Berdasarkan Ilmu

Penyimpangan juga terjadi ketika seseorang beribadah tanpa ilmu atau hanya mengikuti kebiasaan tanpa mengetahui landasan hukumnya. Hal ini bertentangan dengan prinsip Islam yang mengutamakan pemahaman dalam setiap amal.

Dampak Penyimpangan terhadap Keimanan

Penyimpangan dari ajaran Islam yang murni tidak hanya merusak ibadah seseorang, tetapi juga dapat membawa dampak serius terhadap keimanan. Allah memperingatkan dalam QS. Ali ‘Imran [3]: 85: “Barang siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”

Penyimpangan juga dapat menyebabkan perpecahan di kalangan umat Islam, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-An’am [6]: 159: “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi bergolong-golongan, tidaklah engkau termasuk golongan mereka sedikit pun.” Oleh karena itu, umat Islam harus bersatu di atas ajaran yang murni dan tidak membiarkan penyimpangan merusak persatuan mereka.

Upaya Menjaga Kemurnian Islam

Untuk menjaga agar ajaran Islam tetap murni, umat Islam harus mengambil langkah-langkah berikut:

1.Kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah

Segala persoalan agama harus dikembalikan kepada Al-Qur’an dan sunnah, sebagaimana diperintahkan dalam QS. An-Nisa [4]: 59: “Jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnah).”

2.Mengutamakan Ilmu

Setiap muslim harus menuntut ilmu agama untuk memahami ajaran Islam dengan benar. Ilmu adalah kunci untuk membedakan antara yang haq (benar) dan batil (salah).

3.Menolak Taklid Buta

Umat Islam harus menghindari praktik taklid buta dengan hanya mengikuti tradisi atau pendapat tanpa memahami dasar hukumnya.

4.Memperkuat Ukhuwah Islamiyah

Persatuan di atas ajaran yang murni adalah kunci untuk menjaga keutuhan umat Islam. Oleh karena itu, umat Islam harus menghindari perpecahan yang disebabkan oleh ajaran-ajaran yang menyimpang.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, membedakan antara ajaran Islam yang murni dan yang menyimpang adalah kewajiban setiap muslim. Dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan sunnah, serta mengutamakan ilmu, umat Islam dapat menjaga kemurnian agama mereka.

Allah telah menjelaskan bahwa hanya Islam yang diridhai sebagai jalan hidup, dan setiap penyimpangan darinya akan membawa kerugian. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa kembali kepada ajaran yang murni dan menjadikan Islam sebagai pedoman hidup yang benar.9husni fahro)

 

Example 120x600