ppmindonesia.com, Jakarta – Pernyataan Al-Qur’an pada Surah Al-Baqarah 2:2 yang menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya dan menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa (hudan lil muttaqiin) membuka ruang studi yang menarik sekaligus menantang. Suatu pernyataan yang bebas dari keraguan tentunya memiliki bukti yang dapat diverifikasi dan diukur.
Pertanyaannya: apakah pesan-pesan Al-Qur’an dapat dibuktikan dan diukur kebenarannya? Untuk menjawab ini, kita bisa merujuk pada Surah Al-An’am 6:67 yang menyatakan bahwa untuk setiap perkabaran dalam Al-Qur’an terdapat fakta pembuktiannya (mustaqorrun).
Sebagai contoh, Al-Qur’an dalam Surah Yasin 36:40 menyatakan bahwa matahari tidak dapat mengejar bulan dan malam tidak akan mendahului siang karena masing-masing bergerak pada garis orbitnya (kullun fii falakin yasbahun).
Fakta ilmiah modern telah membuktikan kebenaran pernyataan ini. Begitu pula dalam Surah Yasin 36:39, Al-Qur’an menjelaskan bahwa bulan memiliki garis edar tertentu hingga ia kembali pada posisi semula (ḥattā ʿāda ka-al-ʿurjūnil qadīm). Fenomena ini pun telah diakui oleh ilmu pengetahuan.
Dalam bidang lainnya, Surah An-Nahl 16:78 menyatakan bahwa Allah mengeluarkan manusia dari perut ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, kemudian diberikan pendengaran (sama’), penglihatan (bashar), dan kesadaran (af’idah).
Faktanya, ketika manusia lahir, organ seperti daun telinga (‘uzunun) dan bola mata (‘ainun) telah terbentuk secara fisik, tetapi fungsi pendengaran dan penglihatan berkembang seiring waktu.
Kesadaran manusia pun tumbuh melalui proses bertahap. Ini menunjukkan bahwa setiap perkabaran Al-Qur’an memiliki fakta pembuktian (mustaqorr) yang nyata, meskipun dalam beberapa hal, seperti surga dan neraka, fakta ini belum tampak karena momentumnya belum tiba.
Selain contoh-contoh tersebut, Al-Qur’an memiliki berbagai status dan fungsi yang memperkuat posisinya sebagai kitab tanpa keraguan:
Sebagai Petunjuk Bagi Orang Bertakwa (Hudan Lil Muttaqiin)
Dalam Surah Al-Baqarah 2:2, Al-Qur’an disebut sebagai petunjuk bagi orang-orang bertakwa. Petunjuk ini dirinci oleh Allah dalam berbagai ilmu dan hukum (Surah Al-A’raf 7:52, Surah Ad-Dukhan 44:3-4). Dalam Surah An-Nahl 16:89, Al-Qur’an bahkan disebut sebagai penjelasan yang lengkap untuk segala sesuatu (tibyānan likulli syai’in).
Sebagai Keterangan Bagi Umat Manusia (Bayānun Linnās)
Al-Qur’an adalah keterangan dari Allah bagi umat manusia, baik dalam statusnya sebagai petunjuk maupun sebagai penjelasan (Surah Ali Imran 3:138, Surah Az-Zumar 39:23). Dalam Surah Al-Furqan 25:33, Al-Qur’an disebut sebagai uraian terbaik (ahsana tafsīran).
Sebagai Rahmat Bagi Orang Beriman (Rahmatun Lil Mu’minīn)
Dalam Surah Al-A’raf 7:52, Al-Qur’an dijelaskan sebagai rahmat, bentuk kasih dan karunia Allah. Rahmat ini membebaskan manusia dari kecenderungan jahat dalam jiwa (Surah Yusuf 12:53) serta mencegah manusia menjadi pengikut setan (Surah An-Nisa 4:83). Selain itu, segala nikmat yang diperoleh manusia adalah karena rahmat Allah semata (Surah An-Nur 24:14, 24:21).
Sebagai Jalan yang Lurus (Shirāthal Mustaqīm)
Al-Qur’an disebut sebagai shirāthal mustaqīm dalam Surah Al-An‘am 6:153. Surah Yasin 36:3-4 menyatakan bahwa Al-Qur’an menjadi dasar penobatan Nabi Muhammad sebagai Rasulullah. Dalam Surah Al-Isra 17:9, Al-Qur’an disebut sebagai kitab yang memberi petunjuk kepada jalan yang paling lurus (yahdī lil-latī hiya aqwam).
Sebagai Hakim (Hakīm)
Dalam Surah Yasin 36:2, Al-Qur’an disebut sebagai hakim. Surah Ibrahim 14:1 menyebut Al-Qur’an sebagai kitab yang membebaskan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Dengan memegang teguh ajarannya, manusia dibebaskan dari kezaliman menuju kehidupan penuh pencerahan (Surah Al-Baqarah 2:257).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an memperkenalkan dirinya melalui berbagai ayat sebagai kitab yang benar-benar bebas dari keraguan.
Tidak hanya menjadi petunjuk, keterangan, dan rahmat, Al-Qur’an juga membimbing manusia menuju kehidupan yang lebih baik. Pesan-pesannya memberikan ruang kajian tak terbatas untuk membuktikan kebenarannya sesuai realitas yang dapat diverifikasi, sekaligus menjanjikan petunjuk bagi mereka yang bertakwa.(husni fahro)