ppmindonesia.com, Jakarta– Kemusyrikan sering kali dipahami sebagai penyembahan terhadap berhala atau entitas selain Allah. Namun, dalam konteks kehidupan modern, syirik tidak selalu berbentuk ritual penyembahan terhadap patung atau objek fisik tertentu.
Kemusyrikan telah berkembang menjadi fenomena yang lebih halus, tersembunyi, dan sistematis dalam kehidupan manusia, terutama dalam aspek sosial, politik, dan ekonomi.
Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan bahwa syirik adalah dosa terbesar yang tidak akan diampuni jika pelakunya tidak bertobat. Firman Allah dalam Surah An-Nisa (4:48) menyatakan:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”
Dengan memahami konsep syirik dalam perspektif yang lebih luas, kita dapat melihat bagaimana bentuk-bentuk kemusyrikan modern telah merasuki berbagai aspek kehidupan manusia dan dampaknya terhadap praktik keagamaan serta hubungan manusia dengan Allah.
Manifestasi Kemusyrikan Modern
Syirik dalam kehidupan modern dapat muncul dalam berbagai bentuk, di antaranya:
- Kultus Individu dan Penyembahan terhadap Tokoh
Dalam banyak masyarakat, individu tertentu sering kali dijadikan sebagai sosok yang hampir “disakralkan” dan dipuja secara berlebihan. Hal ini bisa terjadi dalam dunia politik, keagamaan, maupun sosial. Pemimpin yang dianggap memiliki kekuatan luar biasa atau keistimewaan tertentu sering kali dijadikan panutan yang tidak boleh dikritik, seolah-olah mereka memiliki kekuasaan mutlak.
Padahal, dalam Islam, hanya Allah yang berhak disembah dan ditaati secara mutlak. Rasulullah ﷺ sendiri menolak penghormatan berlebihan dari para sahabatnya. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda:
“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku sebagaimana kaum Nasrani berlebih-lebihan dalam memuji Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah bahwa aku adalah hamba Allah dan rasul-Nya.” (HR. Bukhari)
Ketika individu dijadikan sebagai figur yang tidak boleh dikritik dan dianggap memiliki kekuatan yang hampir setara dengan ketuhanan, ini merupakan bentuk syirik terselubung yang merusak kemurnian tauhid.
- Ketergantungan Berlebihan pada Sistem dan Kekuasaan
Dalam dunia modern, banyak manusia yang lebih percaya pada sistem ekonomi, politik, dan teknologi daripada kepada Allah. Ada keyakinan bahwa tanpa kekuatan ekonomi, kekuasaan politik, atau kemajuan teknologi, kehidupan tidak akan berjalan dengan baik. Padahal, Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu bergantung kepada kehendak Allah.
Surah Al-Ankabut (29:41) menggambarkan perumpamaan orang-orang yang bergantung kepada selain Allah sebagai berikut:
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui.”
Ketika manusia lebih mengandalkan kekuatan duniawi daripada keimanan kepada Allah, mereka telah terjerumus ke dalam bentuk kemusyrikan modern yang tidak disadari.
- Materialisme sebagai Tuhan Baru
Materialisme adalah salah satu bentuk kemusyrikan modern yang paling nyata. Banyak orang yang menjadikan kekayaan, jabatan, dan kemewahan duniawi sebagai tujuan utama hidup mereka, bahkan lebih dari mencari rida Allah. Mereka mengorbankan nilai-nilai agama demi mendapatkan keuntungan duniawi.
Dalam Surah Al-Kahfi (18:46), Allah mengingatkan:
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus-menerus lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk dijadikan harapan.”
Ketika manusia menempatkan harta dan kekuasaan sebagai tujuan hidup yang utama, mereka tanpa sadar telah mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang tidak bernilai dalam pandangan-Nya.
- Ritual dan Tradisi yang Bertentangan dengan Tauhid
Banyak praktik keagamaan yang dilakukan oleh umat Islam saat ini yang sebenarnya bertentangan dengan konsep tauhid. Misalnya, meminta pertolongan kepada kuburan orang saleh, menggunakan jimat, atau melakukan ritual tertentu yang tidak memiliki dasar dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
Islam menegaskan bahwa hanya Allah yang memiliki kuasa atas segala sesuatu, sebagaimana dalam Surah Al-Fatihah (1:5):
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.”
Ketika seseorang mulai percaya bahwa benda tertentu atau ritual khusus dapat memberikan keberuntungan atau perlindungan selain dari Allah, maka ia telah terjerumus dalam bentuk syirik modern yang sangat berbahaya.
Dampak Kemusyrikan dalam Kehidupan Beragama
Syirik, baik dalam bentuk klasik maupun modern, memiliki dampak yang sangat besar terhadap kehidupan beragama seseorang dan masyarakat secara keseluruhan.
- Merusak Kemurnian Tauhid
Tauhid adalah inti dari ajaran Islam. Ketika kemusyrikan merasuki kehidupan seorang Muslim, ia secara tidak langsung telah mengurangi atau bahkan menghapus keimanan yang murni kepada Allah.
- Menghilangkan Keberkahan dalam Hidup
Orang yang terjerumus dalam syirik tidak akan mendapatkan keberkahan dalam hidupnya. Sebab, ia telah menggantungkan harapannya kepada sesuatu yang tidak memiliki kuasa untuk menolongnya.
- Menyebabkan Kehancuran Sosial dan Moral
Ketika masyarakat lebih mengandalkan kekuatan duniawi, tokoh tertentu, atau sistem yang mereka buat sendiri, mereka akan kehilangan nilai-nilai ketuhanan yang seharusnya menjadi pedoman utama dalam kehidupan. Hal ini akan berdampak pada penyimpangan moral, ketidakadilan, dan hilangnya kepekaan terhadap nilai-nilai agama.
Dari artikel dapat disimpulkan bahwa Kemusyrikan modern adalah tantangan besar dalam kehidupan beragama saat ini. Ia tidak lagi berbentuk penyembahan terhadap berhala secara fisik, tetapi telah bertransformasi menjadi berbagai aspek kehidupan seperti kultus individu, ketergantungan pada kekuasaan dan materialisme, serta praktik ritual yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Sebagai Muslim, kita harus selalu waspada terhadap bentuk-bentuk kemusyrikan modern ini dan kembali kepada ajaran tauhid yang murni.
Hanya dengan meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya yang berhak disembah dan ditaati secara mutlak, kita dapat menjaga kemurnian iman dan mendapatkan keberkahan dalam hidup.
Semoga kita semua senantiasa diberikan hidayah oleh Allah untuk tetap berpegang teguh pada tauhid yang benar dan terhindar dari segala bentuk kemusyrikan, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Aamiin. (husni fahro)