Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Memahami Makna Hidup: Mengatasi Kekhawatiran dan Kesedihan Menurut Al-Qur’an

279
×

Memahami Makna Hidup: Mengatasi Kekhawatiran dan Kesedihan Menurut Al-Qur’an

Share this article

ppmindonesia,com, Jakarta – Setiap manusia pada dasarnya menginginkan kehidupan yang damai, terbebas dari rasa takut, cemas, dan kesedihan.

Namun, dalam realitas kehidupan, berbagai peristiwa dan tantangan sering kali menimbulkan kekhawatiran yang menghantui dan kesedihan yang mendalam. Tidak ada seorang pun yang ingin hidup dalam kondisi seperti itu.

Bahkan, jika seseorang mengabaikan perasaan takut dan sedih, maka perlu dipastikan apakah kondisi mental dan jiwanya masih dalam keadaan yang sehat.

Sebagai makhluk yang diberikan akal dan hati nurani, manusia selalu berusaha mencari jalan untuk mencapai ketenangan batin dan kebahagiaan sejati.

Namun, bagaimana caranya agar manusia benar-benar dapat terbebas dari rasa cemas dan duka? Dalam Al-Qur’an, Allah telah memberikan petunjuk yang jelas bahwa ketenangan dan kebebasan dari kekhawatiran serta kesedihan dapat dicapai dengan mengikuti petunjuk-Nya.

Jaminan dari Allah: Hidup Tanpa Rasa Takut dan Duka

Al-Qur’an menegaskan bahwa siapa saja yang mengikuti petunjuk Allah akan mendapatkan jaminan ketenangan dalam hidup. Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya:

“Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada rasa takut atas mereka dan mereka tidak akan bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 2:38)

Ayat ini memberikan pemahaman bahwa untuk mengatasi kekhawatiran dan kesedihan, seseorang harus berjalan di atas petunjuk Allah.

Dengan mengikuti bimbingan Ilahi, manusia akan mendapatkan ketenangan, karena ia menyadari bahwa hidupnya berada dalam genggaman Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Bijaksana.

Namun, bagaimana seseorang bisa mendapatkan dan memahami petunjuk Allah dengan baik?

Langkah Awal: Mempelajari dan Mengajarkan Kitab Allah

Untuk mendapatkan petunjuk Allah, manusia perlu menempuh proses belajar dan memahami wahyu-Nya. Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan bahwa seseorang menjadi insan yang bertuhan karena ia mempelajari dan mengajarkan kitab-Nya:

“Jadilah kalian orang-orang Rabbani, karena kalian mengajarkan dan mempelajari kitab.” (QS. Ali ‘Imran: 3:79)

Proses ini menegaskan bahwa seseorang tidak dapat memperoleh petunjuk Allah tanpa kesadaran untuk belajar dan mendalami wahyu-Nya. Bahkan, keimanan seseorang pun bertumpu pada pemahamannya terhadap kitab Allah, sebagaimana firman-Nya:

“Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya, mereka membacanya dengan sebenar-benar bacaan, mereka itulah yang beriman kepadanya.” (QS. Al-Baqarah: 2:121)

Ayat ini menekankan bahwa iman bukan hanya sekadar keyakinan di dalam hati, tetapi juga harus diiringi dengan pemahaman yang benar terhadap ajaran Allah. Hanya dengan memahami wahyu-Nya secara mendalam, seseorang dapat menjalani kehidupan dengan penuh keyakinan dan terbebas dari kekhawatiran serta kesedihan.

Menjaga Konsistensi dalam Keimanan

Namun, meskipun seseorang telah memahami petunjuk Allah, tidak selamanya ia dapat menjaga keistiqamahannya. Tantangan hidup, godaan, dan kelemahan diri sering kali membuat seseorang keluar dari jalur yang benar.

Oleh karena itu, Al-Qur’an memberikan solusi bagi mereka yang ingin tetap teguh dalam keimanan dan terbebas dari kecemasan.

Dalam surah Fussilat (41:30-36), Allah menjelaskan beberapa langkah penting yang dapat menjaga seseorang tetap dalam ketenangan, di antaranya:

  1. Meneguhkan keyakinan sebagai hamba Allah – Dengan senantiasa mengingat bahwa hidup ini adalah bagian dari ketetapan-Nya, seseorang akan lebih siap menghadapi segala ujian dengan hati yang lapang.
  2. Mengajak kepada kebaikan dengan perkataan yang terbaik“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah?” (QS. Fussilat: 41:33). Kata-kata yang baik mencerminkan kejernihan hati dan ketulusan dalam berdakwah.
  3. Menghapus keburukan dengan kebaikan“Dan tolaklah kejahatan dengan cara yang lebih baik.” (QS. Fussilat: 41:34). Dengan menanggapi keburukan dengan kebaikan, seseorang akan mendapatkan ketenangan dan menghindari konflik yang dapat menimbulkan kecemasan.

Kehidupan yang dijalani dengan prinsip-prinsip ini akan membawa kedamaian dan ketenangan, karena seseorang menyadari bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendak Allah dan ia selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap keadaan.

Keselarasan dengan Fitrah Manusia

Allah telah menciptakan manusia dengan fitrah yang suci, dan segala perintah-Nya pun selaras dengan fitrah tersebut. Dalam surah Ar-Rum (30:30), Allah berfirman:

“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah yang lurus; itulah fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengannya.”

Ayat ini menunjukkan bahwa kehidupan yang paling sesuai dengan kodrat manusia adalah kehidupan yang mengikuti aturan dan petunjuk Allah. Ketika manusia menjalani hidupnya dengan cara yang bertentangan dengan fitrah, maka ia akan mengalami kegelisahan, kebimbangan, dan kesedihan.

Itulah sebabnya, dalam surah At-Taubah (9:33), Allah menegaskan bahwa Islam adalah dienul haq (agama kebenaran) yang seharusnya menjadi pedoman utama dalam kehidupan manusia.

Dengan menjadikan agama ini sebagai panduan utama, seseorang akan mendapatkan arah hidup yang jelas dan ketenangan jiwa yang hakiki.

Misi Kerasulan: Menegakkan Dienul Haq

Sebagian orang memahami bahwa Rasulullah ﷺ diutus semata-mata untuk menyempurnakan akhlak, sebagaimana sabdanya:

“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Namun, dalam Al-Qur’an, Allah juga menegaskan misi kerasulan sebagai upaya menegakkan dienul haq di atas seluruh sistem kehidupan (liyuzhirahu ‘aladdini kullihi).

Dua konsep ini sangat berbeda dalam cakupannya. Jika menyempurnakan akhlak lebih berfokus pada aspek individu, maka menegakkan dienul haq adalah upaya untuk memastikan bahwa seluruh aspek kehidupan manusia berada dalam aturan Allah.

Dengan kata lain, Rasulullah ﷺ tidak hanya datang untuk memperbaiki moralitas manusia, tetapi juga untuk menegakkan sistem kehidupan yang berlandaskan wahyu.

Itulah sebabnya, mengikuti jejak Rasulullah bukan hanya berarti berakhlak baik, tetapi juga berjuang untuk menegakkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan.

Hidup dalam Ketenangan dengan Petunjuk Allah

Ketenangan, kebebasan dari rasa takut dan kesedihan, serta kebahagiaan sejati hanya dapat diperoleh dengan mengikuti petunjuk Allah.

Manusia yang memahami dan mengamalkan wahyu-Nya akan mendapatkan jaminan kehidupan yang damai, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an:

“Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada rasa takut atas mereka dan mereka tidak akan bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 2:38)

Maka, berbahagialah mereka yang menjalani hidup dengan mengikuti petunjuk Allah. Sebab, mereka akan mendapatkan ketenangan hati, keyakinan yang kokoh, dan kebahagiaan yang hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.(husni fahro)

Example 120x600